Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CEO PT Technomedia Interkom Cemerlang (Edufecta), Ucu Komarudin, menyatakan bahwa education technology (edutech) menjadi kebutuhan mutlak digitalisasi ribuan kampus swasta di Indonesia. Edutech dapat meningkatkan mutu layanan bagi mahasiswa sekaligus modal bagi pengajar meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tanpa adaptasi edutech, ribuan kampus swasta akan sulit meningkatkan mutu layanan mereka kepada mahasiswa di tengah tren digitalisasi. Pada sisi lain, pengajar juga akan terus terjebak dalam pekerjaan administrasi dan sulit meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi,” ujar Ucu dalam webinar bertajuk “Strategi Organisasi Pendidikan Sebagai Basis Menuju Center of Exellence” di Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, ada 3.115 perguruan tinggi di Indonesia. Sebanyak 2.990 kampus berstatus Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan 125 sisanya Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Masalahnya, PTS belum mampu beradaptasi dengan digital. “Sampai saat ini, digitalisasi masih sekadar dimaknai pengajaran menggunakan aplikasi komunikasi menggunakan audio video tetapi belum mengintegrasikan pada seluruh sistem perguruan tinggi,” tuturnya.
Karena itu, tantangannya adalah mengintegrasikan sistem tersebut dengan Kemendikbudristek. Ucu menjelaskan, kerja sama antara Edufecta dengan APTISI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Swasta Indonesia) yang memiliki ribuan kampus swasta, berperan nyata dalam membantu percepatan digitalisasi.
Edufecta dirancang untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di ruang kelas serta meningkatkan hasil pendidikan. Edufecta diyakini mampu mengurai beragam permasalahan kurikulum serta menyederhanakan sistem administrasi pendidikan hanya dalam satu platform digital.
Webinar yang diselenggarakan oleh Center for Entrepreneurship, Tourism, Information and Strategy (Centris) Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta, juga menghadirkan Kepala Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed) TNI AD, Mayjen Totok Imam Santoso; serta Andriew Lim, Profesor Technopreneurship and Innovation in Hospitality di Hotelschool The Hague, Amsterdam, Belanda. (*)