Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di depan corong mikrofon, pandangan Megawati Soekarnoputri menyapu semua sudut Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sambil tersenyum, ia bertanya pada ratusan ribu pendukungnya. “Sudah mantap belum coblos nomor 3?” ucapnya menanti kepastian saat kampanye akbar bertajuk "Konser Salam Metal 3 Menang Total-Suara Rakyat, Hati Rakyat" pada Sabtu, 3 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stadion langsung bergemuruh menyatakan siap memilih Calon Presiden dan Wakil Presiden, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Hingga tiga kali Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu meminta ketegasan. Ia pun mengingatkan para simpatisan tidak ingkar saat masuk ke bilik suara di Pemilihan Presiden 14 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memilih Ganjar-Mahfud, kata Megawati, menjadi bukti untuk bangkit melawan ketidakadilan yang ia saksikan setidaknya satu tahun terakhir. Berbagai cara dimainkan lawan politiknya yang khawatir kekuasaan berpindah tangan.
“Hari-hari ini ibu sedang prihatin,” ucap Megawati yang menyebut dirinya ibu. “Kalian harus tahu, kita tidak boleh dipecah-pecah hanya karena (oknum) menginginkan dilanggengkan kekuasaannya. Jadi, kalau ada yang berniat yang merugikan masyarakat Indonesia, apakah kamu takut?”
Ia mengingatkan ‘warga banteng’ jangan takut, karena perundangan di Indonesia melindungi masyarakat. Apa pun jabatannya, presiden, menteri, TNI, hingga Polri. Semua tetaplah warga Indonesia yang punya kedudukan sama. Kendati begitu, manusia kerap khilaf ketika memegang kuasa dan lupa sebenarnya amanat itu berasal dari rakyat.
Megawati lalu menyegarkan memori pendukungnya tentang peristiwa di Gunung Kidul pada Selasa, 30 Januari 2024. Ketika Presiden Joko Widodo berkunjung dan membagikan kaos, salah satu pria yang ikut menyambut membentangkan spanduk dukungan terhadap Ganjar-Mahfud. Spanduk itu bertuliskan “Selamat Datang Pak Jokowi, Kami Sudah Pintar, Kami Pilih Ganjar!”
Diduga, oknum aparat dari arah mobil kepresidenan merebut spanduk pemuda tersebut. Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Gunung Kidul Endah Subekti, yang juga hadir di lokasi langsung protes karena menurut dia, oknum aparat itu melayangkan pukulan kepada sang pemuda hingga hidungnya patah.
“Ibu (Endah) sudah minta baik-baik,” ujar Megawati dengan bibir begetar. Peristiwa ini menjadi rangkaian kasus serupa yang terjadi di berbagai daerah selama kampanye terbuka berlangsung. Salah satu yang masih segar diberitakan yakni kepolisian yang menyita telepon seluler (ponsel) milik Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, Aiman Witjaksono.
Hal inilah yang membuat anak perempuan Presiden Sukarno itu terenyuh. “Puan sampai tiga kali bilang sabar kepada saya,” ucap Megawati. “Saya tidak kuat (melihat hal ini). Kekuasaan dibuat untuk mengintimidasi rakyat, mengintimidasi konstitusi.”
Padahal, Megawati melanjutkan, Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa rakyat punya kekuatan dan posisi yang sama di mata hukum. Hal ini mestinya dipegang teguh oleh kepolisian agar tidak semena-mena dan berpihak pada salah satu paslon. “Ibu pengalaman begini sejak Bung Karno dijatuhkan. Sudah cukup, jangan lagi mengintimidasi. Polisi kok dibelah-belah. Ada yang baik dan ada yang takut, ada yang hanya siap saja.”
Semua peristiwa tersebut menjadi gambaran jelas agar tidak serampangan memilih pemimpin negara. “Nyoblosnya lima menit. Kalau salah pilih pemimpin, sengsaranya lima tahun loh,” kata Megawati. Walau demikian, ia tidak melarang ‘warga banteng’ menerima bantuan sosial yang belakangan marak disalurkan. “Nggak apa, terima saja. Tapi nanti coblosnya jangan goyang, ya. Uang bansos itu uang rakyat kok.”
Megawati kembali menegaskan, cara apa pun yang digulirkan oknum-oknum tertentu jangan menjadi halangan pendukungnya semakin lantang bersuara, semakin teguh berjuang membela keadilan. Semua rakyat, ujar dia, dilindungi undang-undang. Terlebih bila Ganjar-Mahfud mampu meraih kemenangan. Mahfud MD adalah akademisi senior di bidang hukum dan akan memastikan keadilan ditegakkan di tanah air.
“Kalau takut diintimidasi, jangan jadi anggota PDI Perjuangan, keluar saja. Karena anak-anak saya kayak banteng ketaton,” seru Megawati. Banteng ketaton merupakan monumen di Stadion Wilis, Kota Madiun. Dibuat oleh Trijoto Abdullah, seniman pemahat perempuan pertama Indonesia pada 1947. Sebagai simbol perlawanan rakyat Madiun terhadap Agresi Militer Belanda I. Banteng ketaton dapat diartikan banteng yang luka terkena senjata dan tetap melawan atau mempertahankan diri dengan gigih.
Sebagai perlambang perjuangan yang gigih ini, sebanyak 1.000 kentongan bambu telah disiapkan di bawah kursi stadion. Megawati mengajak seluruh hadirin memukulnya berulang-ulang. Gemuruh kentongan itu menggema dan melolong panjang, laksana lenguhan banteng yang siap bangkit melawan ketidakadilan.
Dukungan Nyata Figur Publik
Keberanian untuk bangkit melawan tindakan semena-mena yang terus menimpa pendukung Ganjar-Mahfud dibuktikan secara nyata oleh sejumlah figur publik. Abde Negara Nurdin, gitaris Slank telah mundur dari jabatan Komisaris PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.
Diikuti oleh Mahfud yang lengser dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Terakhir pada 2 Februari 2024, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok juga mengundurkan diri dari posisinya sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Tak ayal, kehadirannya di GBK langsung dikerubungi massa.
Keputusan ini mendapat apresiasi Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan, Muhammad Mardiono. “Ini memberikan semangat besar-besar kepada rekan-rekan yang juga berjuang di seluruh Indonesia. Kendati kita banyak hambatan dan halangan, kita pasti bisa,” kepada Info Tempo di sela konser.
Adapun, konser ini dimeriahkan sederet musisi nasional. Antara lain grup metal Dead Squad, Kotak, Shandy Sandoro, Young Lex, Eka Deli, Tipe-X, Slank hingga Oppie Andaresta. Juga menghadirkan 700 penari yang membawakan karya Guruh Soekarnoputra.
Sementara itu, Ketua DPR Puan Maharani kali ini tidak berorasi melainkan ikut menyumbang suara bersama grup Extravaganjar membawakan karya Gombloh, Kebyar-Kebyar. Tergabung dalam grup Extravaganjar antara lain Sandy Andarusman, Tamara Geraldine, Once Mekel, Anang Hermansyah, dan Adi Adrian (KLA Project). Grup ini dibentuk sebagai dukungan nyata terhadap pemenangan Ganjar-Mahfud.
Dukungan Slanker terhadap konser ini juga patut dihargai. Selain menambah semarak suasana di GBK dengan bendera khasnya, ikut berjoget dan meneriakkan dukungan kepada Ganjar-Mahfud, mereka datang berduyun dari seluruh Jabodetabek tanpa iming-iming mendapat imbalan transportasi dan akomodasi.
Riko, Slanker asal Karawang yang datang sejak pagi bersama rombongan menggunakan tiga mobil pribadi, mengaku sukarela berangkat sejak subuh. "Kami datang independen, biaya sendiri. Semua bergerak untuk Slank, harus hadir. Kami pokoknya ikut satu komando junjungan kami (Slank) untuk mendukung Ganjar-Mahfud, " katanya.