Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama lengkapnya, Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi. Perempuan kelahiran Jakarta, 6 September 1973, akrab disapa dengan panggilan Puan Maharani. Rakyat Indonesia mengenalnya sebagai sosok perempuan dengan karir cemerlang dalam politik, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puan merupakan perempuan pertama menduduki ketua parlemen sejak Indonesia merdeka. Kiprahnya tidak hanya di parlemen. Dia juga pernah menjabah Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan periode 2014-2019 pada periode pertama pemerintahan Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semasa menjadi menteri koordinator, Puan gencar mendorong terpenuhinya kuota 30 persen perempuan dalam parlemen. Dia juga melakukan pemberdayaan kaum perempuan dalam Program Keluarga Harapan (PKH) sehingga lebih mandiri secara ekonomi.
Sebagai Ketua DPR, Puan mengemban tugas berat mengubah persepsi lembaga parlemen yang selama ini santer dengan beragam isu dan skandal. Pandangan sinis masyarakat terhadap kinerja DPR, khususnya dalam pembuatan undang-undang yang kerap kontroversial.
Puan mengaku sulitnya mengubah persepsi masyarakat terhadap lembaga parlemen. Sejak memimpin parlemen dia sudah bekerja keras membangun DPR yang modern, terbuka, dan bermanfaat bagi masyarakat. “Saya mengakui bahwa stigma yang menyatakan DPR tidak pernah bekerja atau tidak memenuhi harapan masyarakat bukanlah hal yang bisa diubah dengan mudah,” ujarnya.
Sebagai ketua, kata Puan, dia berusaha menjalankan fungsi DPR sesuai tugasnya. “Saya selalu mengedepankan keterbukaan dalam melaksanakan mekanisme di DPR,” tuturnya.
Salah satunya adalah dalam penyampaian aspirasi dari rakyat. Menurut Puan, masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya melalui surat atau menyampaikan dalam diskusi atau dialog yang digelar DPR.
Dia ingin elemen masyarakat yang ingin menyampaikan kritik dan aspirasi terlebih dahulu memahami konteks dan substansi permasalahannya. Sehingga pencapaiannya bisa lebih tepat dan relevan dengan situasi yang sedang dihadapi.
Puan mencontohkan, DPR pernah membuka ruang partisipasi bagi elemen dan masyarakat untuk mengikuti pembahasan rancangan undang-undang tindak kekerasan seksual. Proses pengumpulan aspirasi disiarkan melalui siaran televisi.
“Kami menerima apresiasi dari lembaga nonpemerintah dan elemen masyarakat yang menyadari bahwa fungsi legislatif dalam membuat undang-undang tidaklah mudah. Mereka dapat mengirimkan surat dan berdialog dengan kami, serta memberikan masukan,” kata Puan.
Parlemen juga membuka ruang dialog dan mencari jalan tengah dalam pembahasan undang-undang. “Agar semua masukan dapat menjadi kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara,” ujarnya.
Salah satu terobosan yang dilakukan Puan adalah membuka "Ruang Merdeka Belajar" di Gedung DPR. Program ini mengajak mahasiswa di seluruh Indonesia untuk magang selama tiga bulan mengikuit berbagai kegiatan-kegiatan di parlemen.
Mahasiswa yang mengikuti program ini akan menjadi pengamat dari semua kegiatan parlemen dari rapat di komisi sampai paripurna. Para mahasiswa dapat melihat dan mengamati dinamika yang mucul dalam proses pembahasan dan pembuatan undang-undang.
“Saya membuka ruang komunikasi yang seluas-luasnya dan transparan mungkin untuk berdialog dan berdiskusi, bukan hanya dengan saya, tetapi dengan seluruh anggota DPR dan perwakilan dari fraksi-fraksi,” kata Puan.
Di balik kegigihannya membenahi DPR, Puan tetap konsisten memperjuangkan kaum perempuan hingga ke dunia internasional. Pada 2022, seturut Presidensi Indonesia di G20, DPR turut menjadi tuan rumah Parliamentary Speakers Summit at G20 atau P20.
Pada perhelatan internasional ini, Puan mendorong isu kesehatan selama berlangsungnya pandemi Covid-19. Ia mengajak negara-negara anggota G20 untuk bekerja bersama untuk memastikan kesempatan yang sama dan keadilan yang merata terkait dengan isu kesehatan dan ekonomi.
Puan Maharani konsisten mendorong peran perempuan dan kesetaraan gender. Mengedepankan keterbukaan dalam memimpin parlemen.
Menurut dia, salah satu yang patut menjadi perhatian dunia selama masa pandemi adalah kaum perempuan. Perempuan adalah kelompok yang paling rentan dan menjadi korban selama Covid-19. Karena itu, Puan mewakili Indonesia menekankan pentingnya kesetaraan gender di negara-negara anggota G20.
Isu perempuan dan kesetaraan gender selalu disuarakan Puan dalam pertemuan parlemen perempuan internasional. Isu yang diusung adalah pentingnya pengakuan dunia internasional terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan kebijakan negara.
Pengakuan terhadap perempuan, kata Puan, adalah keniscayaan. Indonesia memiliki banyak tokoh perempuan yang menempati posisi tinggi. “Indonesia pernah memiliki presiden perempuan, wakil perempuan, menteri-menteri perempuan, dan banyak lagi. Maka, sudah sewajarnya kaum perempuan bangkit berjuang,” ucapnya.
Puan merupakan putri satu-satunya presiden keenam RI, Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan. Puan juga cucu Presiden pertama Indonesia, Sukarno. Ayahnya, Taufik Kiemas adalah tokoh politik dan mantan Ketua MPR periode 2009-2013.
Sebagai putri dari tokoh bangsa, Puan menjalankan kiprahnya sebagai ketua parlemen dengan sebaik-baiknya. “Saya tidak terbebani (keturunan presiden). Saya jalani dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Puan mengatakan kebetulan lahir dari kakek seorang proklamator dan ibu wakil presiden dan kemudian menjadi presiden. “Ini bukan suatu beban,” kata dia.
“Apapun yang saya bisa sampaikan atau saya kerjakan, ya saya jalankan sebaik-baiknya, semampu saya sebagai manusia biasa,” ucapnya.
Untuk itu, kata Puan, dukungan keluarga sangat penting dalam meraih keberhasilan atas amanah yang diberikan. “Tanpa dukungan keluarga, pencapaian tersebut tidak akan mudah”.
Dia juga mengingatkan kaum perempuan berlaku seimbang sesuai kodrat sebagai istri dan ibu rumah tangga. Seperti yang dilakukan Puan. Di parlemen dia adalah Ketua DPR. Sedangkan di rumah, Puan adalah seorang istri dan ibu dari putra-putrinya.
Ketika berada di rumah, Puan kerap melakukan kegiatan bersama putra-putrinya. “Menonton televisi, makan bersama dan tertawa bersama,” ucapnya.
Puan juga sering menceritakan tentang kegiatan di parlemen dan misinya membangun Indonesia kepada suami dan anak-anak di rumah. Puan mengaku beruntung keluarganya memberikan dukungan dalam menjalankan tugas-tugas di DPR.
“Proses ini tidak mudah. Membutuhkan kesabaran dan waktu. Namun, dengan dukungan keluarga yang kuat, sehingga kami dapat melangkah maju dan mengambil peran dalam mengaktualisasikan diri di dunia luar,” kata Puan.