Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Task Force Energy, Sustainability & Climate B20 Tiga Rekomendasi menuju Transisi Energi Hijau

Pertamina bergerak cepat dengan melakukan kerja sama untuk mendukung program pemerintah mencapai net-zero emissions pada 2060.

12 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pertamina terus berkomitmen mewujudkan transisi energi, salah satunya melalui Kolaborasi Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam persiapan Presidensi G20 di tahun 2022, dan sebagai bagian dari The Business 20 (B20), Taks Force Energy, Sustainability and Climate yang dipimpin oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan pentingnya transisi menuju energi hijau untuk menciptakan masa depan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Task Force Energy, Sustainability and Climate B20, memiliki prioritas yang sama dengan G20 Indonesia, dimana kami harus menjadi katalisator pemulihan ekonomi hijau yang kuat dan berjalan seiring dengan prinsip-prinsip ketahanan energi, pemerataan energi dan kelestarian lingkungan,” ujar Nicke.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nicke juga mengajak perusahaan-perusahaan global tergabung dalam B20 untuk mengidentifikasi tiga tantangan utama yang memiliki dampak besar dari sektor energi terhadap perubahan iklim. “Yakni, pertama lambatnya transisi. Kedua, potensi gangguan dalam masa transisi yang belum dikelola dengan baik. Dan ketiga, ketidakamanan energi menjadi penghalang pencapaian pembangunan manusia dan transisi energi,” ujarnya.

Dengan melihat tantangan tersebut, Task Force Energy, Sustainability and Climate B20 memformulasikan tiga topik prioritas yang akan diturunkan menjadi rekomendasi kebijakan dan policy action yang akan dibawa oleh Task Force. Topik pertama, mempercepat transisi ke penggunaan energi yang berkelanjutan, untuk memastikan bahwa pemanasan global dibatasi maksimum 1,5 derajat celcius. Rekomendasi kebijakan untuk hal ini adalah meningkatkan kerja sama global dalam mempercepat transisi ke penggunaan energi yang berkelanjutan dengan mengurangi intensitas karbon dari penggunaan energi melalui berbagai jalur.

Topik prioritas kedua, kata Nicke, memastikan transisi yang adil dan terjangkau. Dengan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan kerja sama global, memastikan transisi yang adil, teratur, dan terjangkau menuju penggunaan energi yang berkelanjutan di seluruh negara maju dan berkembang.

Topik prioritas ketiga, kerja sama global dalam peningkatan ketahanan energi.  Rekomendasi kebijakan yang diusulkan adalah meningkatkan kerja sama global untuk keamanan energi di konsumen dengan meningkatkan akses dan kemampuan untuk mengkonsumsi energi yang bersih dan modern.

“Ketiga topik prioritas dan rekomendasi kebijakan tersebut akan menjadi dasar penyusunan Policy Action yang nantinya dapat disampaikan dari Task force Energy, Sustainabilty and Climate dengan mempertimbangkan isu-isu kritis lainnya,” kata Nicke.

Adapun Pertamina sebagai salah satu perusahaan energi global terus bergerak cepat melakukan berbagai program nyata merealisasikan kegiatan keberlanjutan energi dan dekarbonisasi. Kerja sama dengan mitra terkemuka skala nasional dan internasional juga dilakukan untuk melakukan kajian bersama dan nantinya berkolaborasi dalam pengembangan upaya-upaya menuju net-zero emissions.

Sepanjang awal tahun 2022 ini, terdapat beberapa nota kesepahaman yang diteken Pertamina untuk mendukung hal tersebut. Sebut saja, penjajakan dengan Jababeka untuk melakukan kerja sama  pengembangan green industrial estate.

Selanjutnya dengan Inpex Corporation (Inpex) untuk peluang pengembangan  pasokan clean-LNG dan clean-Gas dari terminal LNG Bontang. Serta, kerjasama dengan Chiyoda Corporation melalui studi aplikasi teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS), dan produksi hydrogen.

Yang terbaru adalah penjajakan kerjasama pengembangan green hydrogen dan green ammonia atau disebut green energy carrier  sinergi Pertamina dengan PT PLN (Persero) dan PT Pupuk Indonesia (Persero), serta Mitsubishi Corporation.

Aksi nyata juga telah dijalankan melalui dukungan Pertamina dalam pengembangan ekosistem electronic vehicle (EV) dengan perluasan jaringan stasiun pengisian baterai  (Battery Charging Station) dan stasiun penukaran baterai  (Battery Swapping Station) yang disediakan di Green Energy Station Pertamina. 

“Pengembangan energi hijau sejalan dengan komitmen Pertamina dalam transisi energi dan mengimplementasikan ESG secara terintegrasi di seluruh lini bisnis perusahaan untuk mendorong keberlanjutan bisnis di masa depan. Pertamina konsisten bergerak cepat mendukung hal ini,” ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus