Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan usaha milik negara holding industri pertambangan, MIND ID atau Mining Industry Indonesia, yang beranggotakan PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk berkomitmen mencapai target penurunan emisi dari sektor energi serta proses industri dan penggunaan produk (IPPU) sebesar 15,8 persen pada 2030, dan net zero emission Indonesia 2060.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Komitmen terhadap keberlanjutan merupakan wujud dari tujuan mulia MIND, yakni we explore natural resources for civilization, prosperity, and a brighter future, yang dituangkan dalam Strategi Keberlanjutan,” kata Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Dany Amrul Ichdan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sustainability Pathway, kata dia, merupakan landasan bagi MIND ID dalam pengelolaan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang berdasarkan regulasi nasional dan internasional, yaitu ISO 26000 dan ICMM (International Council of Mining and Metals). “Program dekarbonisasi merupakan bentuk dari salah satu pilar Sustainability Pathway, yaitu Lingkungan dan Perubahan Iklim,” ucap Dany.
MIND ID adalah holding industri pertambangan yang dibentuk pada 27 November 2017 dengan menggunakan INALUM sebagai induk perusahaan yang memiliki mayoritas saham pada ANTAM, Bukit Asam, Timah, dan Freeport Indonesia. Pada 17 Agustus 2019, holding bertransformasi menjadi MIND ID untuk membedakan fungsi INALUM sebagai holding dan perusahaan operasional.
MIND ID mencatat, tutur Dany, emisi yang dihasilkan anggota grup berasal dari dua cakupan. Pada 2019, rona cakupan 1 yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil (batu bara dan marine fuel oil) untuk proses pengolahan dan bahan bakar diesel untuk kendaraan proyek/alat berat mencapai 2,8 juta ton setara karbondioksida (CO2e) emisi gas rumah kaca (GRK). Sementara rona cakupan 2, yang berasal dari penggunaan listrik grid PLN untuk kegiatan operasi dan produksi, sebesar 0,1 juta ton CO2e.
Sebagai bentuk komitmen untuk mencapai target pengurangan emisi GRK, ia mengimbuhkan, MIND ID mulai 2021 telah mengidentifikasi inisiatif-inisiatif penurunan emisi, di antaranya rencana peralihan pemakaian bahan bakar dari marine fuel oil (MFO) ke gas alam cair oleh ANTAM dan Timah. Emisi GRK yang dapat dikurangi dari peralihan ini ditaksir sebesar 121.700 ton CO2e per tahun. Sementara, solusi berbasis alam dengan menggunakan metode carbon offset (menyerap karbon dari lingkungan) yang dilakukan Bukit Asam dan Timah dapat menurunkan emisi GRK sebesar 470.807 ton CO2e per tahun.
Program lain adalah pengembangan fasilitas penanganan batu bara di stasiun pemuatan kereta api Bukit Asam yang dapat mengurangi emisi GRK sebesar 21.000 ton CO2e per tahun dan implementasi bus listrik yang dapat mengurangi emisi GRK sebesar 100 ton CO2e per tahun.
Sedangkan di PT INALUM (Persero) dilakukan pengembangan calcined petroleum coke alias kokas, dan unit kilang alumina yang berdekatan dengan perusahaan. Upaya ini dapat menurunkan emisi GRK sebesar 8.011 ton CO2e per tahun. INALUM juga menggagas desain baru pot reduksi untuk meningkatkan efisiensi sekaligus menekan emisi GRK sebesar 12.873 ton CO2e per tahun.
Selain beberapa inisiatif tersebut, Grup MIND ID juga mulai menggunakan energi terbarukan dari tenaga surya. Tak hanya itu, MIND ID menjajaki pula proses elektrifikasi, penggunaan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS); dan penambangan litium karbonat tingkat baterai untuk mendukung industri kendaraan listrik.
Menurut Dany, kegiatan penurunan emisi merupakan upaya berkelanjutan MIND ID yang dilakukan sejak 2018. Setiap anggota Grup MIND ID telah mengembangkan dan menjalankan berbagai inisiatif dekarbonisasi dari proses produksi dan operasi. Di tambang emas bawah tanah Pongkor, dia mencontohkan, ANTAM mengubah metode penambangan dari fishbone dan upperhole secara seri menjadi fishbone dan upper hole secara paralel. Inisiatif ini telah berjalan sejak 2020 dan dapat mengurangi emisi sebanyak 571 ton CO2e per tahun.
Sedangkan di Bukit Asam dilakukan penggantian sistem penanganan batu bara yang dapat menghemat konsumsi bahan bakar solar sebesar 2.207.016 liter per tahun atau Rp 17,8 miliar per tahun. Jika sebelumnya Bukit Asam menggunakan metode konvensional dengan dump truck dan ekskavator, kini menggunakan bucket wheel excavator. Sistem ini telah diterapkan sejak 2019 dan berhasil menurunkan emisi GRK sebesar 5.253 ton CO2e per tahun.
Selanjutnya di INALUM, sistem optimasi pot dan pengendalian operasional telah diterapkan di pabrik peleburan untuk mengurangi efek anoda (anoda effect) yang dipicu oleh rendahnya konsentrasi alumina di dalam elektrolit. Kondisi itu meningkatkan resistensi dalam pot, menimbulkan ketidakstabilan, dan mengurangi tingkat produksi aluminium. Kontrol komputerisasi untuk pengoperasian pot yang dilaksanakan sejak 2020 itu berhasil menurunkan emisi GRK sebesar 49.926 ton CO2e per tahun.
Adapun Timah menginisiasi carbon offset pada 2020 dengan melakukan reklamasi di lahan bekas tambang seluas 561 hektare dan menanam 154.130 batang pohon, seperti kelapa sawit, sengon, dan buah-buahan. Inisiatif ini berhasil mengurangi emisi GRK sebesar 70.339 ton CO2e per tahun.
Infografis Upaya Penurunan Emisi GRK.