Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aher Pastikan Ekosistem Tebing Keraton Tetap Lestari

Salah satu daya tarik Tebing Karaton adalah wisata matahari terbit atau matahari tenggelam yang indah dan menawan dengan diselimuti kabut tebal.

13 Februari 2018 | 19.48 WIB

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengunjungi salah satu objek wisata populer Tebing Keraton  di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Selasa, 13 Februari 2018.
Perbesar
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengunjungi salah satu objek wisata populer Tebing Keraton di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Selasa, 13 Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO JABAR – Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengunjungi salah satu objek wisata populer di Bandung, yakni Tebing Keraton, di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda. Aher, sapaan akrab Gubernur, datang guna memastikan perubahan yang dilakukan pengelola berdampak positif bagi kondisi iklim mikro sekitar tebing. Tebing Keraton sendiri merupakan salah satu titik yang dilintasi jalur migrasi burung raptor dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Aher menjelaskan, sejak 2014 Tebing Karaton menjadi salah satu objek wisata populer di Bandung Raya. “Wisatawan yang datang tidak hanya dari Nusantara bahkan dari mancanegara. Jaraknya juga cukup dekat dari pusat Kota Bandung, kurang lebih 14 kilometer atau 7 kilometer dari pintu Pos 1 Tahura Ir. H. Djuanda,” katanya, Selasa, 13 Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Aher, untuk memudahkan akses wisatawan, Balai Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda memasang paving blok untuk jalur tracking dan selasar pada 2014. Ternyata, hal itu telah mengubah iklim mikro pada tebing yang terletak di ketinggian 1.200 meter di bawah permukaan laut (mdpl). Ini menyebabkan suhu di area tebing lebih meningkat dari sebelumnya.

Hal itu berdampak pada menjauhnya kabut dari sekitar selasar Tebing Karaton. Secara langsung maupun tidak langsung, ternyata itu juga dapat mengganggu jalur migrasi burung raptor dunia. “Padahal, salah satu daya tarik Tebing Karaton ini adalah wisata matahari terbit atau matahari tenggelam yang sangat indah dan menawan dengan diselimuti kabut tebal,” ujarnya.

“Selain itu, masalah kelembaban tinggi telah memberi pengaruh terhadap kondisi paving blok yang berlumut sehingga menjadi licin, terutama jika musim penghujan tiba,” ucapnya.

Pada Mei 2017, Aher telah meresmikan Tebing Karaton ini sebagai tempat wisata sekaligus sebagai Pusat Pemantauan Migrasi Burung Raptor Dunia. Untuk mengembalikan kondisi iklim mikro di sekitar Tebing Karaton dan meningkatkan fungsinya sebagai pusat pemantauan migrasi burung raptor dunia, perlu dilakukan penataan selasar.

“Mengangkat paving yang telah terpasang dan kemudian menggantinya dengan material lebih ramah lingkungan dirancang sedemikian rupa sehingga secara umum tidak menempel langsung dengan tanah,” tuturnya.

Proses penatan selasar Tebing Karaton ini dilaksanakan pada 2017 dengan didanai anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Provinsi Jawa Barat. Penataan selanjutnya diarahkan melalui mekanisme pendanaan mitra CSR 2018 maupun melaui APBD 2019. “Mohon dukungannya dari warga Jawa Barat. Mari jaga keindahan Tebing Keraton dan jalur migrasi burung raptor,” katanya. (*)

Nurul Tirsa Sari

Nurul Tirsa Sari

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus