Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Desa Wawobeau, Kecamatan Wawonii Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan, Muhamad Johan, tertawa menceritakan pengalaman mendapatkan sinyal telepon seluler. Saat itu dia harus mengikat telepon seluler pada batang bambu atau tongkat kayu yang ditancapkan di pinggir Pantai Langara. “Kalau sinyalnya tidak ada, kami pindahkan tancapan batang kayu atau bambu sampai dapat sinyal,” ujarnya sembari terbahak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Johan mengatakan kesulitan mendapatkan akses internet sudah berlangsung bertahun-tahun. Letak Desa Wawobeau di Pulau Wawonii masuk dalam kategori wilayah terluar, terdepan dan tertinggal (3T). Akses paling dekat ke Kabupaten Konawe Kepulauan melalui Kota Kendari dengan menggunakan kapal feri atau kapal rakyat dengan waktu tempuh sekitar empat jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masyarakat Desa Wawobeau kini tidak lagi harus ke pinggir laut Langara untuk mendapatkan sinyal seluler. Badan Aksebilitas Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika menyediakan akses internet melalui layanan internet BAKTI Aksi.
Layanan internet BAKTI Aksi disediakan di titik-titik lokasi tertentu di wilayah 3T dan wilayah perbatasan. Program ini bertujuan sebagai pemerataan akses internet untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Johan mengaku bersyukur layanan internet BAKTI Aksi sangat bermanfaat bagi warga Wawobeau. Akses internet kini terpasang 24 jam di kantor desa. “Sekarang tidak ada lagi warga desa yang mengikat telepon seluler di batang bambu yang ditancapkan di pinggir pantai,” ujarnya.
Akses internet dari BAKTI kini dapat dimanfaatakan seluruh masyarakat. “Pada malam hari, banyak anak sekolah yang mengerjakan tugas belajar. Jadi tidak hanya dimanfaatkan aparat desa, tapi semua warga,” kata Johan.
Johan berharap akses internet diperluas. Tidak hanya untuk layanan masyarakat di kantor desa, tapi juga untuk menunjang perekonomian.
Di Kantor Kelurahan Kelurahan Lansilowo, Kecamatan Wawonii Utara, akses internet yang disediakan BAKTI menjadi “barang” berharga bagi warga. Masyarakat memanfaatkan layanan internet untuk beragam keperluan.
Saputra, 19 tahun, memanfaatkan internet dari BAKTI Aksi untuk mendaftar sebagai prajurit TNI AD di Kendari. “Saya mendaftar secara online,” ujarnya.
Selain di kantor desa dan kelurahan, akses internet gratis yang diberikan BAKTI juga terpasang di beberapa sekolah di Konawe Kepulauan. Seperti di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Wawonii Utara, Konawe Kepulauan. Layanan internet tersebut tidak hanya dimanfaatkan siswa dan tenaga pengajar sekolah, tapi juga dari siswa sekolah lain.
Kepala SMP Negeri 1 Wawonii Utara, Muhamadong, mengatakan beberapa siswa sekolah dasar (SD) sering meminjam labolatorium komputer. Menurut dia, akses internet diperlukan karena saat ini kurikulum sekolahnya adalah Merdeka Belajar. “Beberapa buku yang belum ada, kami gunakan buku online,” ucapnya.
Warga sekitar SMP Negeri 1 Wawonii Utara juga sering memanfaatkan akses internet sekolah. “Warga menggunakan internet pada malam hari,” kata Muhamdong.
Adapun Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Wawonii Utara, Rosidah Asnal, kini tidak lagi mengajak muridnya ke Langara untuk mencari sinyal. Sejak BAKTI menyediakan akses internet gratis kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan di sekolah.
“Kami sangat terbantu akses internet BAKTI, khususnya dalam pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Sebelumnya kami turun ke Langara untuk mencari sinyal dengan membawa anak-anak menggunakan mobil bak atau motor,” kata Rosidah.
Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri Wawonii Utara, Martiningsih, mengaku akses internet memudahkan mencari materi bahan ajar. Dia tidak perlu keluar kampung untuk mendapatkan bahan pelajaran untuk siswa.
Menurut Martiningsih, tantangan di tempat mengajar adalah sambungan listrik yang sering padam. “Listik padam akses internet juga padam. Biasanya kami menghidupkan genset agar internet tetap bisa diakses,” kata perempuan berusia 36 tahun ini.
Tidak ada BTS, bisa ada Aksi (Akses Internet)
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Sulawesi Tenggara, Ridwan Badallah, mengapresiasi program layanan internet BAKTI Kominfo. “Kami bisa mengatasi blank spot, karena di Sultra masih ada 300 titik blank spot,” ujarnya.
Dia mengatakan BAKTI telah memasang sekitar 100 base tranciever station (BTS) di Sulawesi Tenggara. Sebelumnya, beberapa kabupaten tidak ada sinyal. Program akses internet BAKTI Aksi membantu masyarakat dan daerah mengejar ketertinggalan.
Staf Divisi Lastmile Direktorat Infrastruktur BAKTI, Dakhroni Purwahidayatullah, mengatakan layanan internet 4G telah diperbarui dengan kapasitas sampai 8 Mbps di masing-masing lokasi. Penyediaan BTS Bakti dilaksanakan melalui dua skema, sewa layanan pada 1.682 lokasi yang dibangun bertahap sejak 2015 hingga 2020.
Kemudian, pembangunan BTS 4G di 5.618 lokasi mulai 2021 menggunakan skema belanja modal. “BTS berfungsi menyediakan jaringan seluler dan internet pada lokasi yang terisolasi dari akses telekomunikasi atau blank spot,” kata Dakhroni.