Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bandung Barat Dapat Alokasi Kegiatan RJIT 1.000 Hektare

Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier akan memberikan dampak optimal dalam memenuhi kebutuhan air irigasi.

12 Juni 2019 | 11.03 WIB

Bandung Barat Dapat Alokasi Kegiatan RJIT 1.000 Ha
Perbesar
Bandung Barat Dapat Alokasi Kegiatan RJIT 1.000 Ha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO BISNIS – Kabupaten Bandung Barat mendapatkan alokasi kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) seluas 1.000 hektare. Program Kementerian Pertanian (Kementan) ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan jaringan irigasi tersier.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Satu contoh alokasi kegiatan RJIT terletak di P3A Cimunaka pada lahan 50 hektare. Kegiatan tersebut sangat penting guna mengurangi potensi kelongsoran dan kebocoran pada saluran irigasi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Terlebih lokasi persawahan pada topografi lahan lereng yang lazim ditemui di Kabupaten Bandung Barat. Sehingga dengan kegiatan RJIT akan memberikan dampak optimal dalam memenuhi kebutuhan air irigasi," ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, Selasa, 11 Juni 2019.

Panjang saluran irigasi terbangun mencapai 300 meter (saluran satu sisi). Saluran irigasi yang dibuat merupakan hasil memanfaatkan sumber air Cipadakati. Sumber air ini dapat dimanfaatkan oleh ratusan hektare lahan di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikalongwetan, Bandung Barat. 

"Dengan irigasi tersebut, produktivitas hasil pertanaman pada P3A Cimunaka dapat mencapai 5,6 ton per hektare," kata Sarwo Edhy.

Berbicara pertanian, tentu tidak terlepas dari aspek ketersediaan prasarana dan sarana pertanian. Salah satu aspek tersebut berkaitan dengan upaya penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan irigasi. Ketersediaan air irigasi sangat berdampak terhadap penentuan pola tata tanam.

Ketersediaan air irigasi didistribusikan dalam sistem jaringan irigasi yang terbagi menjadi jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier/kuarter. Kerusakan pada salah satu jaringan irigasi berdampak pada rangkaian distribusi air irigasi, yang berakibat pada kurangnya suplai kebutuhan air irigasi. 

"Dampak fatal dari kerusakan jaringan irigasi adalah perubahan pola tata tanam dan bahkan penurunan indeks pertanaman," tuturnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, melalui program RJIT, mengalokasikan anggaran dalam upaya perbaikan irigasi di tingkat tersier. 

"Salah satu tujuannya adalah untuk menjaga distribusi air irigasi tetap terjaga di tingkat tersier," katanya.

Kegiatan RJIT dilaksanakan dalam pola padat karya dengan satuan anggaran luas hektare kepemilikan lahan. Penerima manfaat kegiatan merupakan kelompok tani atau gabungan kelompok tani (Poktan/Gapoktan).

"Dana ditransfer langsung ke Poktan/Gapoktan yang akan mengelola jaringan irigasi tersebut," ujarnya. (*)

Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus