Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

info-tempo

Dapur Cinta: Resep Sukses Trenggalek Melawan Stunting

Di tengah perjuangan nasional melawan stunting, Trenggalek muncul sebagai mercusuar harapan dengan keberhasilannya menurunkan prevalensi stunting secara signifikan

15 November 2024 | 13.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – Prevalensi stunting di Indonesia merupakan isu kesehatan masyarakat yang signifikan, mencerminkan tantangan dalam pemenuhan gizi dan kesehatan anak. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting mengalami penurunan dari 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada tahun 2022, dan prevalensi stunting per Juni 2023 tercatat sebesar 21,5 persen. Angka itu masih belum memenuhi standar WHO di bawah 20 persen, sehingga penurunan stunting secara nasional di era Presiden Jokowi dinilai gagal. Dengan prevalensi 21 persen itu, Indonesia masih berada di deretan lima besar negara dengan stunting tertinggi di Asia Tenggara.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) penurunan prevelensi stunting dalam satu dekade pemerintahan Jokowi, jumlahnya cenderung lamban. Sejak 2014 hingga 2024, rata-rata penurunan prevalensi stunting hanya sebesar 1,2 persen dan tahun 2024 ini bahkan sangat rendah, hanya 0,1 persen. FITRA mengemukakan bahwa salah satu penyebab rendahnya rerata penurunan prevalensi stunting karena penggunaan anggaran yang kurang tepat.

Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang dapat menghambat pertumbuhan anak dan mempengaruhi kemampuan emosional, sosial dan fisiknya. Stunting yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang dapat dicegah melalui perbaikan gizi, pola asuh anak, dan akses terhadap sanitasi dan air bersih. Menurut H. L. Bloom gaya hidup, lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), pelayanan kesehatan, dan faktor genetik saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan seseorang. Pada tumbuh kembang anak, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh. Pertumbuhan sendiri mengacu pada peningkatan ukuran dan jumlah sel serta jaringan antar sel. Perkembangan adalah peningkatan kapasitas untuk struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.

Kabupaten Trenggalek telah mencatatkan sejarah gemilang dalam upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Di tengah perjuangan nasional melawan stunting yang masih menghadapi berbagai tantangan, Trenggalek muncul sebagai mercusuar harapan dengan keberhasilannya menurunkan prevalensi stunting secara signifikan. Dari angka 9,733 persen pada tahun 2022, Trenggalek berhasil menekan prevalensi stunting menjadi hanya 7,737 persen di tahun 2023 (angka dihitung berdasarkan data pada https://satudata.trenggalekkab.go.id/). Pencapaian luar biasa ini tidak lepas dari peran sentral program inovatif "Dapur Cinta" yang digagas oleh ibu-ibu PKK Trenggalek di bawah kepemimpinan visioner Bupati Mochamad Nur Arifin.

Dapur Cinta, singkatan dari "Dapur Cegah dan Atasi Stunting", merupakan bukti nyata bahwa solusi kreatif berbasis masyarakat dapat memberikan dampak luar biasa dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang kompleks. Program ini tidak hanya berfokus pada penyediaan makanan bergizi, tetapi juga memberdayakan masyarakat, khususnya para ibu-ibu PKK, untuk menjadi garda terdepan dalam perang melawan stunting. Melalui Dapur Cinta, ibu-ibu PKK di Trenggalek dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah bahan pangan lokal menjadi hidangan bergizi tinggi yang disukai anak-anak.

Keberhasilan Dapur Cinta tidak terlepas dari pendekatan holistik yang diterapkan. Program ini tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil dan menyusui. Dengan memastikan asupan gizi yang cukup sejak masa kehamilan, Trenggalek telah meletakkan fondasi kuat untuk generasi yang lebih sehat. Lebih dari sekadar program nutrisi, Dapur Cinta telah menjadi gerakan sosial yang mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap pentingnya gizi seimbang.

Salah satu kunci sukses Dapur Cinta adalah kolaborasi lintas sektor yang solid. Bupati Trenggalek berhasil menggalang dukungan dari berbagai pihak, mulai dari dinas kesehatan, pendidikan, pertanian, hingga tokoh masyarakat dan pemuka agama. Sinergi ini memungkinkan pendekatan yang komprehensif dalam menangani akar masalah stunting, tidak hanya dari sisi kesehatan tetapi juga sosial ekonomi. Inovasi lain yang patut diapresiasi adalah sistem distribusi makanan bergizi yang efektif. Dapur Cinta tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga memastikan bahwa makanan bergizi sampai ke tangan yang membutuhkan. Dengan memanfaatkan jaringan PKK hingga tingkat RT/RW, program ini berhasil menjangkau hampir seluruh balita dan ibu hamil di Trenggalek. Sistem pemantauan yang ketat juga diterapkan untuk memastikan bahwa setiap anak mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Keberhasilan Dapur Cinta juga tidak lepas dari pendekatan budaya yang diterapkan. Program ini berhasil mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam kampanye gizi, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat. Misalnya, penggunaan istilah dan konsep yang familiar dalam bahasa lokal untuk menjelaskan pentingnya gizi seimbang. Hal ini membuat masyarakat merasa memiliki dan terlibat aktif dalam program, bukan sekadar menjadi objek pembangunan. Aspek edukasi dalam Dapur Cinta juga patut mendapat sorotan. Program ini tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga pengetahuan. Melalui berbagai kegiatan seperti kelas memasak, seminar gizi, dan konsultasi kesehatan, masyarakat Trenggalek dibekali pemahaman mendalam tentang stunting dan cara pencegahannya. Pendekatan ini memastikan bahwa perubahan yang terjadi bukan hanya sementara, tetapi berkelanjutan karena masyarakat telah memiliki kesadaran dan kemampuan untuk menjaga gizi keluarga mereka sendiri.

Dapur Cinta juga menunjukkan bahwa program penurunan stunting tidak harus mahal. Dengan memanfaatkan potensi lokal dan memberdayakan masyarakat, Trenggalek berhasil menciptakan model yang efektif dan efisien. Hal ini menjadi contoh bahwa dengan kreativitas dan komitmen, daerah lain juga dapat mencapai keberhasilan serupa tanpa harus bergantung pada anggaran yang besar. Keberhasilan Trenggalek dalam menurunkan angka stunting melalui Dapur Cinta telah mendapatkan penghargaan dalam skala nasional. Penghargaan ini berupa insentif fiskal senilai Rp 5.664.213.000 ini diserahkan Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam Rakornas Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 4 September 2024. Prestasi ini semakin memantapkan posisi Trenggalek sebagai salah satu daerah terdepan dalam inovasi pembangunan kesehatan di Indonesia.

Namun, di balik kesuksesan ini, tantangan masih tetap ada. Menjaga konsistensi dan keberlanjutan program menjadi kunci untuk memastikan bahwa penurunan angka stunting dapat terus berlanjut. Diperlukan komitmen jangka panjang dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, untuk memastikan bahwa Dapur Cinta tidak hanya menjadi program sesaat, tetapi menjadi bagian integral dari strategi pembangunan kesehatan Trenggalek. Dalam konteks ini, peran kepemimpinan daerah menjadi sangat krusial. Bupati Trenggalek telah menunjukkan bahwa dengan visi yang jelas dan eksekusi yang tepat, perubahan besar dapat diwujudkan. Ke depan, diperlukan sosok pemimpin yang tidak hanya mampu melanjutkan keberhasilan ini, tetapi juga membawa inovasi baru untuk menghadapi tantangan kesehatan yang terus berkembang.

Calon Bupati Trenggalek 2024 perlu memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya program seperti Dapur Cinta. Mereka harus memiliki visi untuk tidak hanya mempertahankan, tetapi juga mengembangkan program ini lebih jauh. Misalnya, dengan mengintegrasikan teknologi digital untuk pemantauan gizi yang lebih akurat, atau memperluas cakupan program hingga ke daerah-daerah terpencil yang mungkin belum terjangkau sepenuhnya. Selain itu, calon pemimpin Trenggalek juga perlu memiliki kemampuan untuk menjalin kerjasama yang lebih luas. Kolaborasi dengan institusi pendidikan tinggi, lembaga penelitian, dan bahkan kerjasama internasional dapat membuka peluang baru untuk pengembangan program. Misalnya, kerjasama riset untuk mengembangkan formula makanan yang lebih efektif atau metode edukasi gizi yang lebih inovatif.

Aspek pemberdayaan ekonomi juga perlu mendapat perhatian lebih. Calon Bupati harus memiliki strategi untuk mengintegrasikan Dapur Cinta dengan program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan UMKM. Dengan demikian, program ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan program juga harus menjadi prioritas. Calon pemimpin Trenggalek perlu memiliki rencana konkret untuk memastikan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan dalam program ini digunakan secara efektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Sistem monitoring dan evaluasi yang kuat perlu dikembangkan untuk memastikan bahwa program terus berjalan pada jalur yang benar.

Lebih jauh lagi, Kabupaten Trenggalek harus memiliki roadmap untuk menjadikan Kabupaten Trenggalek sebagai pusat pembelajaran nasional dalam penanganan stunting. Dengan keberhasilan yang telah dicapai, Kabupaten Trenggalek memiliki potensi untuk menjadi model bagi daerah lain di Indonesia. Ini bukan hanya akan meningkatkan prestise daerah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui wisata edukasi kesehatan. Dalam konteks yang lebih luas, keberhasilan Dapur Cinta di Trenggalek memberikan pelajaran berharga bagi upaya nasional dalam memerangi stunting. Program ini menunjukkan bahwa solusi efektif tidak selalu harus datang dari pusat, tetapi bisa muncul dari kreativitas dan kearifan lokal. Ini seharusnya menjadi dorongan bagi pemerintah pusat untuk lebih memberdayakan dan memberikan ruang inovasi bagi daerah dalam mengatasi permasalahan kesehatan.

Pada akhirnya, Dapur Cinta bukan sekadar program penurunan stunting. Ia adalah bukti nyata bahwa dengan kepemimpinan yang visioner, kolaborasi yang solid, dan pemberdayaan masyarakat, perubahan besar dapat diwujudkan. Trenggalek telah menunjukkan jalan, dan kini saatnya bagi daerah lain untuk mengikuti. Bagi Trenggalek sendiri, tantangan ke depan adalah memastikan bahwa api inovasi ini terus menyala, dan untuk itu diperlukan pemimpin yang tidak hanya mampu melanjutkan keberhasilan, tetapi juga membawa Trenggalek ke level berikutnya dalam pembangunan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, pemilihan Bupati Trenggalek 2024 menjadi momen krusial. Ini bukan hanya tentang memilih pemimpin daerah, tetapi juga tentang menentukan masa depan kesehatan dan kesejahteraan generasi mendatang. Masyarakat Trenggalek memiliki tanggung jawab besar untuk memilih pemimpin yang tidak hanya memahami nilai dari program seperti Dapur Cinta, tetapi juga memiliki visi, kapasitas, dan komitmen untuk membawa Trenggalek menjadi pionir dalam inovasi kesehatan di Indonesia. Dengan pilihan yang tepat, Trenggalek tidak hanya akan mempertahankan prestasinya dalam menurunkan angka stunting, tetapi juga akan menjadi contoh bagi seluruh Indonesia tentang bagaimana sebuah daerah dapat menghadapi dan mengatasi tantangan kesehatan dengan cara yang inovatif, efektif, dan berkelanjutan. (*)

*Penulis: Putu Aditya Ferdian Ariawantara - Dosen Ilmu Administrasi Publik, FISIP Universitas Airlangga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus