Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harganas dan HAN 2019, Momentum Gerakan Kembali ke Meja Makan

Gerakan Kembali ke Meja Makan di Jabar menyadarkan pentingnya kebersamaan seluruh anggota keluarga dalam beraktivitas.

29 Agustus 2019 | 20.16 WIB

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat membuka peringatan Harganas XXVI dan HAN 2019 tingkat provinsi Jabar di Lapangan Canghegar Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi pada Kamis, 29 Agustus 2019.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat membuka peringatan Harganas XXVI dan HAN 2019 tingkat provinsi Jabar di Lapangan Canghegar Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi pada Kamis, 29 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO JABAR — Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI dan Hari Anak Nasional (HAN) 2019 menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas interaksi antar anggota keluarga guna mewujudkan ketahanan keluarga. Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, menyatakan hal itu saat membuka peringatan Harganas XXVI dan HAN 2019 tingkat provinsi Jabar dengan tema “Hari Keluarga Hari Kita Semua: Anak Juara, Kaluarga Juara, Jawa Barat Juara” di Lapangan Canghegar Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Kamis, 29 Agustus 2019.

Menurut Uu, Gerakan Kembali ke Meja Makan ini bertujuan menyadarkan pentingnya kebersamaan seluruh anggota keluarga dalam beraktivitas, seperti menunaikan ibadah maupun makan malam, harus kembali digerakan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peringatan Harganas dan HAN tahun ini juga mengedepankan keterlibatan individu dalam tatanan keluarga melalui empat penerapan pendekatan keluarga. Di antaranya keluarga berkumpul (reunting), keluarga berinteraksi (interacting), keluarga berdaya (empowering), serta keluarga peduli dan berbagi (sharing and caring).

"Dalam momen Harganas dan HAN ini mari kita luangkan waktu untuk anak. Jangan sampai waktu kita habis untuk pekerjaan," ucapnya.

Saat ini, kata Uu, masih banyak persoalan terkait pembangunan keluarga. Dari 12.675.921 keluarga di Jabar, 1.123.951 atau 8,99 persen masih dalam kondisi pra-sejahtera. "Yaitu makan dua kali sehari, memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, sekolah, bekerja, bepergian, jenis lantai rumah terluas bukan tanah, bila sakit dibawa ke fasilitas kesehatan," katanya.

Selain itu, rata-rata usia wanita menikah pertama diangka 20,2 tahun. Data tersebut menggambarkan, wanita di Jabar menikah sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Meski begitu, jumlah peserta KB aktif meningkat. Pada 2018, jumlah peserta KB di Jabar mencapai 7.486.443. Kondisi itu tidak lepas dari kerja keras Kader KB, PKB/PLKB, dan TPD.

Guna menyelesaikan persoalan terkait pembangunan keluarga, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar meluncurkan sejumlah program. Di antaranya adalah seperti Ngabaso (Ngabring Ka Sakola), Sekoper Cinta (Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita), Motekar (Motivator Ketahanan Keluarga).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut  Uu, diperlukan pendampingan dan bimbingan anak, memberikan asupan gizi yang baik, melakukan pola asuh sesuai tingkat perkembangannya, memperkuat nilai-nilai agama, serta menjadikan sekolah sebagai rumah kedua, untuk mengakselerasi pembangunan keluarga. 

"Semua ini memerukan dukungan nyata dari semua pihak menuju  keluarga Jabar yang berketahanan dan menjadi provinsi yang layak anak," kata Uu. (*)

Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus