Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hidayat: Kemerdekaan Indonesia Tak Lepas dari Peran Ulama dan Santri

Hidayat Nur Wahid menjelaskan sosialisasi yang sedang digalakkan MPR kepada masyarakat Indonesia adalah menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3.

23 Oktober 2017 | 19.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid Peringati Hari Santri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO MPR – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nur Wahid menjadi keynote speech dan membuka resmi acara Silaturahmi Kebangsaan dan Sosialisasi Empat Pilar MPR, di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 23 Oktober 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2017 ini mengambil tema sentral “Peran Strategis Santri Dalam Membangun Rumah Kebangsaan”. Acara dihadiri Ketua Forum Ulama dan Habaib (FUHAB) DKI Jakarta KH. Syukron Makmun, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Program Pendidikan Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Yon Mahmudi, serta ratusan santri dan santriwati berbagai pondok pesantren.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepada para peserta terkait dengan Sosialisasi Empat Pilar MPR, Hidayat Nur Wahid (HNW) menjelaskan bahwa sosialisasi yang sedang digalakkan MPR kepada seluruh elemen masyarakat di seluruh wilayah Indonesia adalah menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3.

“Jadi saya tekankan sekali lagi bahwa Sosialisasi ini adalah menjalankan perintah UU bukan semau-semaunya MPR,” katanya.

Berbicara soal peran dunia santri untuk Indonesia, menurut HNW sangat luar biasa. Kebangkitan pergerakan perjuangan Indonesia sampai dengan mencapai kemerdekaannya, tak lepas dari peran ulama, santri, serta umat Islam Indonesia.

Beberapa tokoh pejuang Indonesia yang juga ulama, antara lain Pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol. Mereka adalah sosok pejuang Islam dengan ciri ke-Islamannya yang sangat khas dan diakui sejarah Indonesia sebagai pahlawan nasional.

HNW mengatakan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia yang dilakukan para ulama dan dunia santri tidak hanya dalam bentuk perjuangan fisik saja, tapi perjuangan pemikiran dan intelektual. Salah satunya perkumpulan organisasi Jamiat Kheir yang didirkan tahun 1901 M.

Organisasi tersebut adalah kumpulan para ulama yang dibentuk lebih bersifat organisasi sosial kemasyarakatan, dengan tujuan membantu fakir miskin baik dalam segi material maupun spiritual, mendidik dan mempersiapkan generasi muda Islam untuk mampu berperan pada masa depan, serta menolong umat yang lemah dalam sektor ekonomi.

Saat ini, kata HNW, pesantren sangat berkembang pesat di semua wilayah Indonesia. Hampir setiap organisasi Islam, seperti NU, Muhammadiyah, dan Persis, memiliki banyak pesantren. Kiprah dan peran dunia santri untuk Indonesia juga masih terjaga hingga kini, di antaranya ada yang namanya Santri Bela Negara.

“Intinya, jika kita bicara tentang bangsa, negara, dan dunia santri, saya rasa sangat nyambung. Sebab yang ada dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia itu sangat kompatibel dengan dunia pesantren,” ujarnya

Menurut HNW, tidak benar melabeli Islam dengan berbagai macam label negatif, seperti radikal, teroris, atau tidak Pancasilais. “Dunia santri dan rakyat Indonesia mesti waspada jangan sampai diadu domba antara ulama dan santri kita, dengan pemerintah, TNI, dan Polri. Jika ada, itu dapat dipastikan kerjaan pihak-pihak yang tidak suka kepada Islam dan negara,” tuturnya. (*)

Nurul Tirsa Sari

Nurul Tirsa Sari

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus