Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peluang keuntungan dalam dunia trading tidak selalu datang dari pasar yang sedang naik. Ketika kondisi pasar mengalami tren menurun atau bearish, strategi short selling atau shorting menjadi cara sebagian trader untuk meraih profit dari penurunan harga aset. Meskipun begitu, strategi ini tidak bisa diterapkan sembarangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Shorting hanya dapat dilakukan pada instrumen derivatif seperti kontrak berjangka (futures) yang memang dirancang untuk memperdagangkan aset tanpa harus memilikinya secara fisik. Shorting memberi kesempatan bagi trader untuk tetap mendapatkan keuntungan meski pasar sedang bearish. Namun, shorting hanya bisa dilakukan pada aset derivatif seperti futures.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Beberapa crypto currency saat ini sudah dapat diperjual belikan kedalam bentuk kontrak derivatif. Sebagian besar crypto currency sudah dapat diperjual belikan kedalam bentuk kontrak tersebut, seperti misalnya btc usdt perp, Ethereum, Solana, XRP, Doge, Pepe, dan lain sebagainya.
Adapun shorting sendiri adalah aktivitas trading saat trader membuka posisi dengan meminjam aset kripto dari exchange untuk dijual di pasar terbuka dengan ekspektasi harganya akan turun. Nantinya, trader akan membeli lagi kripto tersebut di harga yang lebih rendah dan mengembalikannya ke exchange. Selisih harga keduanya menjadi keuntungan yang didapat.
Sebagai contoh, seorang investor meminjam 100 lembar saham eth usdt perp yang saat ini harganya Rp10.000. Ia pun menjual saham tersebut dan memperoleh Rp1.000.000. Setelah beberapa hari, harga saham ETHUSDT turun menjadi Rp8.000. Investor membeli kembali 100 lembar saham seharga Rp800.000 dan mengembalikannya ke broker. Sehingga investor tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp200.000, belum termasuk biaya dan bunga.
Dengan shorting, trader memiliki kesempatan untuk tetap bisa memperoleh keuntungan di tengah pasar yang sedang bearish. Strategi ini juga bisa digunakan sebagai alat lindung nilai (hedging) untuk melindungi investasi yang dimiliki dan mampu menjaga efisiensi harga di pasar.
Namun, shorting memiliki potensi kerugian yang besar karena menggunakan mekanisme leverage. Trader bisa mengalami potensi kerugian yang tidak terbatas, mengalami margin call dan squeeze short. Oleh sebab itu trader harus memahami potensi resikonya sebelum memutuskan melakukan shorting.
Shorting pun dapat dilakukan melalui pasar derivatif seperti futures contract, perpetual contract, dan contracts for difference (CFD). Lewat produk derivatif tersebut, trader bisa berspekulasi terhadap pergerakan harga kripto tanpa harus memiliki asetnya. Namun, shorting memerlukan strategi trading yang lebih advanced. Berikut, beberapa strategi shorting yang bisa trader lakukan untuk menghindari kerugian.
1. Double Top
Double top adalah pola bearish reversal saat harga mencapai titik puncak dua kali, namun gagal untuk melewati titik puncak pada percobaan kedua. Di saat bersamaan, terdapat pullback yang moderat di antara dua titik puncak tersebut. Pola double top terkonfirmasi ketika harga menembus batas bawah dari titik terendah pada pullback sebelumnya (neckline).
Kemunculan pola double top bisa menjadi sinyal untuk membuka posisi short seiring harga diekspektasikan akan mengalami tren koreksi. Trader bisa menjadikan area di bawah neckline sebagai titik masuk ketika shorting.
Penembusan titik tersebut mengkonfirmasi double top dan harga diekspektasikan akan jatuh. Namun, waspadai harga akan menguji titik neckline tersebut sebelum benar-benar mengalami downtrend.
Untuk menghindari risiko, trader dapat memasang stop-loss di atas titik neckline atau swing high terbaru. Selain itu, memasang posisi short bisa dilakukan ketika harga sudah tidak mencoba menguji titik neckline dan memulai tren bearishnya.
2. Descending Triangle
Pola berikutnya yang bisa digunakan sebagai strategi dalam membuka posisi short adalah descending triangle. Pola ini terbentuk dari serangkaian lower highs yang semakin lama semakin mengecil. Jika trader menarik garis yang menghubungkan titik-titik lower high tersebut akan membentuk garis diagonal.
Pada descending triangle juga terdapat serangkaian titik terendah yang menjadi level support. Lalu, jika trader menarik garis yang menghubungkan titik-titik terendah tersebut akan membentuk garis horizontal. Ketika garis diagonal dan horizontal tadi dihubungkan, maka akan terbentuk pola segitiga yang melandai ke bawah alias descending triangle.
Titik pertemuan antara dua garis tersebut yang kemudian dijadikan sebagai patokan untuk membuka posisi short. Jika harga akhirnya menembus level support yang berada di garis horizontal, maka dapat diekspektasikan harga akan terkoreksi lebih lanjut. Oleh sebab itu, area di bawah level support pada descending triangle bisa menjadi titik masuk yang ideal.
3. Head and Shoulder
Head and Shoulders adalah pola bearish reversal yang bisa memberikan sinyal untuk membuka posisi short. Ia dimulai dengan pergerakan harga yang mencapai harga titik atas (pundak kiri), turun, lalu rebound titik atas kedua yang lebih tinggi. Terakhir, harga aset kembali turun dan membuat titik atas terakhir (pundak kanan) yang mirip dengan titik atas pertama.
Saat dilihat, tiga titik atas tersebut akan membentuk tiga bukit dengan bukit tengah lebih tinggi daripada yang lain, seperti sebuah kepala dengan pundak kiri dan kanan. Hal paling penting dalam pola head and shoulder adalah sebuah neckline yaitu garis yang ditarik lurus sebagai fondasi saat harga turun. Apabila penurunan harga setelah pundak kanan turun menembus garis ini, artinya pola head and shoulder terkonfirmasi terjadi.
Mirip dengan double top, trader bisa menjadikan area neckline sebagai titik masuk. Ketika neckline tertembus maka bisa langsung segera membuka posisi short.
4. Trading Saat Sentimen Buruk
Shorting juga menjadi strategi yang efektif saat pasar atau sektor tertentu dilanda tekanan akibat berita negatif atau gejolak ekonomi. Misalnya, saat isu resesi merebak, konflik geopolitik memanas, atau suku bunga mengalami kenaikan, harga saham cenderung turun.
5. Event-Driven Short Selling
Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan momen tertentu yang berdampak negatif pada perusahaan, seperti kegagalan peluncuran produk, batalnya proses merger atau akuisisi, hingga skandal besar yang mencoreng reputasi.
6. Pair Trading (Market Neutral)
Strategi ini melibatkan membeli saham undervalued dan menjual saham overvalued dalam sektor yang sama, seperti long pada saham bank yang sehat ataupun short pada saham bank yang lemah. Hal ni membantu meminimalkan risiko pasar karena posisi long dan short saling menyeimbangkan.
Dengan kombinasi analisis teknikal, fundamental, dan manajemen risiko yang baik, shorting bisa menjadi alat yang efektif dalam portofolio investasi khususnya dalam menghadapi kondisi pasar yang tidak menentu. Namun, strategi ini sebaiknya digunakan oleh mereka yang sudah berpengalaman dan memiliki pemahaman mendalam tentang pasar modal.
Perlu diketahui, semua aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat kripto dengan harga yang fluktuatif. Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat sebelum berinvestasi, karena aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.