Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO BISNIS- Menurut data dari badan kesehatan dunia (WHO) stroke menjadi penyebab utama kecacatan di seluruh dunia, dan menjadi penyebab kematian keempat tertinggi di dunia setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit pernapasan kronik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Prodi D3 Keperawatan, Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia (UKI), Ns. Hasian Leniwita, M.Kep mengatakan semua lapisan masyarakat sebaiknya diajarkan sesuai dengan kapasitasnya mendapat keterampilan pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Ini penting untuk dapat membantu petugas kesehatan menolong penderita yang ada dalam fase gawat darurat,” ujar Hasian dalam Webinar dengan tema “Manfaat Bantuan Hidup Dasar pada Serangan Jantung dan Stroke di Masyarakat Umum” dalam rangka PKM Prodi D3 Keperawatan, Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia, Rabu (19/8).
PKM dilaksanakan melalui aplikasi Zoom dan diikuti secara virtual oleh masyarakat umum. Tim PKM Prodi D3 Keperawatan, terdiri dari Ns. Hasian Leniwita, M.Kep., Adventus MRL, SKM, M.Kes., Ns. Yanti Anggraini, M.Kep.
Bantuan Hidup Dasar adalah suatu usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat seseorang mengalami keadaan yang mengancam nyawa atau keadaan kegawatdaruratan.
Ns. Yanti Anggraini, menjelaskan penyakit jantung koroner adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan pembuluh darah jantung. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki ataupun berjalan jauh.
“Pengobatan penyakit jantung koroner adalah dengan memeriksa tekanan darah dengan teratur, olahraga teratur, diet rendah garam dan diet rendah kalori. Lalu periksa gula darah dengan teratur dan pertahankan gula darah normal dengan diet dan periksa profil lemak secara teratur. Hindari merokok dan tidak minum minuman beralkohol. Hidup seimbang dan hindari stress,” tuturnya.
Yanti menjelaskan langkah-langkah pertolongan pertama saat serangan jantung, yaitu :
1. Lakukan 3A, yaitu Aman diri, Aman lingkungan dan Aman pasien.
2. Mengecek respon keadaan korban.
3. Meminta bantuan pertolongan tim medis jika tidak ada respon.
4. Mengecek pernapasan korban dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan
5. Memeriksa Nadi Karotis yaitu nadi besar yang ada di leher.
6. Tentukan titik penekanan, 2 jari di atas pertemuan 2 tulang iga. Saat menentukan titik tekan, lepaskan baju korban untuk mempermudah menentukan titik tekan.
7. Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar. Lakukan 30 kali penekanan sedalam 5 cm dan 2 kali pemberian udara. Lakukan BHD ini sebanyak 5 siklus. Tidak dianjurkan pemberian udara dari mulut ke mulut. Lakukan Bantuan Hidup Dasar (penekanan) sampai adanya respon pada korban.
“Jika sudah melakukan 5 siklus, cek kembali apakah ada pernapasan spontan atau tidak, dan nadi karotis teraba atau tidak. Jika tidak ada pernapasan spontan dan nadi karotis tidak teraba ulangi lagi tindakan BHD,” ujar Yanti.
Ketua tim PKM, Ns. Hasian Leniwita, menambahkan bahwa stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular. “Tekanan darah yang terkendali dibawah 130/80 mmHg akan menurunkan risiko seseorang untuk terkena stroke. Stroke dapat terjadi karena seseorang individu yang sehat memiliki faktor risiko stroke, riwayat stroke sebelumnya. Kelompok usia lanjut dan laki-laki lebih mudah terkena stroke,” ujarnya.
Faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan adalah hipertensi, diabetes, merokok, kolesterol darah yang tinggi, trigliserida darah yang tinggi, obesitas, gangguan tidur, infeksi, penyakit jantung.
Seluruh 42 peserta Webinar mendapat keterampilan pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar dan PKM diakhiri dengan diskusi interaktif dari seluruh peserta.(*)