Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Para pemuda Indonesia kini dihadapkan pada perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi. Agar tak kehilangan jiwa nasionalisme dan tergerus budaya asing, pendidikan karakter menjadi modal utama agar berkarakter kuat, berpikir kritis, dan berintegritas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan karakter yang bersandar pada ideologi Pancasila. Tentunya penanaman nilai-nilai nasionalisme dan pembangunan karakter yang kuat menjadi keharusan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, mengatakan pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sesuai Renstra Kemendikbud 2020-2024 keenam ciri tersebut, yaitu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa dan berakhlak mulia, bergotong royong, serta global. Elemen tersebut harus ditanamkan melalui pendidikan karakter mulai jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Berlandaskan tujuan mulia itu, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbud berkomitmen melakukan penguatan literasi, numerasi, dan karakter agar terbentuk sumber daya manusia yang unggul demi tercapainya Indonesia maju. Kepala Puspeka Kemendikbud, Hendarman menegaskan penanaman nilai-nilai Pancasila dalam penguatan karakter pemuda Indonesia amat diperlukan.
“Dengan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara, maka akan ada perubahan paradigma dan mengubah perilaku seseorang, khususnya para generasi muda,” katanya.
Hendarman menambahkan, pemahaman Pancasila dan budaya Indonesia yang kuat akan menjadi bekal bagi generasi muda untuk terjun ke masyarakat global, tanpa kehilangan ciri dan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.
Agar pengamalan nilai Pancasila tetap berjalan dan penguatan karakter generasi muda tercapai, Puspeka terus melakukan berbagai inovasi dan strategi, di antaranya melakukan kajian mengenai pengamalan nilai-nilai Pancasila dan kebijakan Merdeka Belajar.
Puspeka juga mengembangkan konten kampanye nilai-nilai Pancasila dan menyebarluaskan konten melalui media terbuka dan tertutup, melakukan monitoring, supervisi, dan evaluasi pengamalan nilai-nilai Pancasila dan kebijakan Merdeka Belajar. Upaya tersebut dibarengi dengan memperkuat jejaring mitra dengan pelaku pendidikan dan masyarakat serta instansi lainnya dan memperkuat pendidikan karakter yang sesuai dengan kebudayaan setempat dan tahapan tumbuh kembang peserta didik.
Hendarman melanjutkan, momentum Sumpah Pemuda pada 28 Oktober hari ini sejatinya menjadi pengingat agar memaknai Pancasila sebagai pilar pendidikan karakter bangsa. Pancasila menjadi landasan semangat pergerakan yang dilakukan oleh para pemuda-pemudi Indonesia terdahulu dan perjuangan harus dilanjutkan pemuda di era sekarang.
Senada dengan hal itu, Guru berkebutuhan khusus berprestasi dari Papua Fandy Dawenan, mengatakan penguatan karakter berlandaskan Pancasila dalam ranah pendidikan sangat diperlukan agar keutuhan bangsa tetap terjaga.
“Kalau mereka tidak mengamalkan Pancasila atau jauh dari prinsip-prinsip yang ada dalam Pancasila maka yang dikhawatirkan terjadinya disintegrasi bangsa atau perpecahan,” katanya.
Pancasila juga mampu mendorong semangat generasi untuk lebih kreatif dan inovatif, serta mendukung generasi muda dalam membuat perubahan, khususnya bagi kaum difabel. “Perlu kesabaran agar mereka bisa memahami dan menerapkannya sehari-hari,” kata Fandy. Ia percaya semangat Pancasila akan melekat dan menumbuhkan rasa nasionalisme, seperti pemuda dahulu saat mendeklarasikan Sumpah Pemuda. (*)