Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Pulau Berhala merupakan pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. Pulau ini termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), yaitu kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pulau Berhala berada di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Merupakan satu dari 12 pulau terluar di Indonesia dengan jarak 25 mil dari ibu kota Kecamatan Tanjung Beringin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pulau Berhala yang diapit oleh 2 pulau kecil—Pulau Sokong Nenek dan Pulau Sokong Siembang—tidak terdapat penduduk yang menetap. Hanya petugas Kamla (Keamanan Laut) dari TNI-AL dan petugas Navigasi dari Departemen Perhubungan yang mendiami pulau eksotik ini. Pulau ini memiliki kawasan pantai pasir putih yang asri, hutan lebat.
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai berupaya mengoptimalkan posisi strategis, potensi pertanian dan kelautan yang berwawasan lingkungan di wilayahnya. Kebijakan tersebut menjadikan Pulau Berhala sebagai salah satu sasaran strategis.
Pulau berhala melalui Perda Kabupaten Serdang Bedagai No. 12 Tahun 2006 telah ditetapkan sebagai kawasan Eco Marine Tourism atau kawasan wisata bahari yang berwawasan lingkungan.
Namun, potensi sumberdaya Pulau Berhala belum dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Beberapa kelemahan nelayan dan masyarakat pulau adalah keterbatasan permodalan, usaha yang masih bersifat tradisional, serta lemahnya daya saing dengan nelayan luar (andon).
Atas pertimbangan itu, diperlukan kajian untuk mengidentifikasi potensi Pulau Berhala, serta menilai prospek pengembangan Pulau Berhala sebagai kawasan ekowisata. Kajian berikutnya yakni menilik kondisi prasarana dan sarana yang ada sehingga dapat ditetapkan pengembangannya. Tentunya disesuaikan dengan kondisi fisik kawasan dan keinginan wisatawan agar layak menjadi daerah tujuan wisata.
Untuk melengkapi kedua kajian di atas, diperlukan juga kajian terhadap peluang investasi Pulau Berhala dengan menyediakan database potensi pulau sehingga menghasilkan informasi yang akurat dan up to date, siap ditawarkan kepada investor.
Potensi dan Pengembangan
Untuk mengetahui potensi dan pengembangan Pulau Berhala, dilakukan kajian analisis deskriptif. Supaya mendapatkan hasil analisis yang diharapkan, maka dilakukan melalui studi literatur. Data dan informasi yang digunakan diambil dari berbagai literatur atau publikasi ilmiah lainnya. Data dan informasi berupa potensi sumberdaya alam, sumberdaya fisik, sarana dan prasarana, dan sumberdaya manusia, serta ekosistem pesisir Pulau Berhala.
Pulau Berhala memiliki nilai kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata pantai dengan nilai rata-rata 91,24 persen (Siringo-Ringo, 2019). Hal senada disampaikan Yulianda (2007) yang menyatakan bahwa Pulau Berhala sangat sesuai sebagai kawasan untuk kegiatan wisata pantai. Parameter yang dijadikan acuan antara lain kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, dasar perairan, kemiringan pantai, arus perairan, kecerahan perairan, non biota berbahaya, penutupan lahan pantai, dan ketersediaan air tawar
Pada awal atau akhir tahun di sepanjang pantai pulau ini merupakan areal peneluran penyu. Terdapat dua jenis penyu di pulau ini yaitu penyu sisik dan penyu hijau. Saat ini terdapat beberapa ekor penyu yang dipelihara oleh para penjaga pulau (TNI AL). DI samping penyu, wisatawan juga dapat melihat lumba-lumba di sekitar perahu angin.
Untuk mengetahui suatu nilai yang diberi oleh pemberi barang atau jasa dan diterima oleh penerima barang atau jasa, diperlukan pengukuran Willingness to Accept (WTA) dan Willingness to Pay (WTP).
Berdasarkan hasil Penelitian Irpan Suriadi Siringo-Ringo, 2019 menjelaskan Nilai rata-rata WTA untuk kegiatan wisata bahari Pulau Berhala yang diajukan oleh masyarakat setempat yang berperan sebagai pelaku usaha senilai Rp. 91.000, sementara nilai rata-rata WTA untuk suatu kegiatan wisata di Pulau Penyengat yang dapat dibayar oleh wisatawan adalah senilai Rp. 116.000. Sehingga terdapat surplus sebesar Rp. 25.000.
Patut diingat, pembatasan pengunjung perlu dilakukan mengingat pengembangan wisata bahari di Pulau Berhala mengusung konsep Edu-ekowisata dan meminimalisir pencemaran. Perlu dilakukan penentuan daya dukung kawasan, antara lain dengan membatasi trek perjalanan, pemandangan, tempat camp permanen dan penyediaan akomodasi dan membatasi jumlah wisatawan (Pickering dan Hill 2007). Dengan luas pulau 14,75 Ha dan dibutuhkan luasan sebesar 50 m2 untuk setiap orang beraktivitas maka daya dukung Pulau Berhala untuk dikunjungi wisatawan sebanyak 3.360 orang.
Saat ini jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Berhala masih sedikit dibandingkan dengan daya dukung pulau, sehingga terbuka peluang besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata bahari. Konsep pengembangan lebih diarahkan ke “marine ecotourism” daripada “mass tourism”. Apalagi ada tren wisata minat khusus (niche products) dan tipologi wisatawan allocentris yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat lokal merupakan peluang besar pengembangan kepariwisataan berbasis alam (nature) dan budaya (culture) secara terfokus.
Karakteristik dari niche produk adalah fokus, menemukan sesuatu yang sebelumnya diabaikan atau kebutuhan yang diabaikan. Tema-tema terkait dengan niche produk termasuk kesadaran lingkungan, tanggungjawab sosial, wisatawan ingin memiliki pengalaman baru di bidang pariwisata. Produk-produk niche yang dapat dikembangkan untuk merespon kebutuhan pasar antara lain ekowisata, wisata-relawan atau wisata-amal, wisata olahraga, wisata-festival, dan wisata petualangan.
Berdasarkan indeks kesesuaian wisata (94,23 persen), Pulau Berhala termasuk dalam kategori (sangat sesuai), dimana nilai tersebut sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari dengan melakukan kegiatan-kegiatan ekowisata bahari seperti memancing, melihat keindahan pantai, snorkeling ataupun diving, dengan mengikutsertakan wisatawan dan masyarakat lokal.
Selain itu, berdasarkan 10 parameter indeks kesesuaian ekowisata bahari, maka didapatkan indeks kesesuaian ekologi Pulau Berhala termasuk dalam kategori sangat sesuai untuk dikembangkan sebagai lokasi wisata. Berdasarkan potensi sumberdaya pesisir yang ada, Pulau Berhala dapat dikembangkan sebagai kawasan ekowisata yang berkelanjutan untuk memelihara ekosistem pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Sarana dan Prasarana
Di Pulau Berhala terdapat mercusuar pada puncak bukit pulau untuk membantu navigasi kapal laut. Untuk mencapai puncak mercusuar, wisatawan harus menaiki anak tangga sebanyak 800, ditambah 80 anak tangga pada menara suar. Pada puncak mercusuar ini pengunjung dapat melihat seluruh pulau, dengan keadaan hutan yang masih alami serta melihat Pulau Datuk milik Malaysia.
Pulau Berhala mempunyai cadangan air bersih yang bersumber dari beberapa mata air yang tak pernah kering di tengah bukit pulau. Sumber air ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pulau.
Di Pulau Berhala tidak ada penginapan, namun terdapat mess milik TNI yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung di pulau ini. Biaya mess sebesar 30 ribu rupiah per orang dalam satu malam. Mereka menyediakan kamar untuk ditempati oleh pengunjung. Mess laki-laki dan perempuan pun terpisah. Di pulau ini juga terdapat fasilitas dramaga untuk bersandarnya kapal-kapal milik TNI maupun nelayan atau wisatawan yang berkunjung. Namun pulau ini belum memiliki sarana listrik maupun jaringan seluler sehingga akses untuk komunikasi sangat sulit.
Di pulau itu terdapat tempat penangkaran yang dibuat oleh para marinir. Mereka membuatnya dari bak-bak besar yang di dalamnya diisi pasir berisi telur penyu yang diambil dari pantai. Lalu ada juga bak yang berisi bayi-bayi penyu yang baru lahir.
Pulau Berhala dapat diakses dari pelabuhan terdekat seperti pelabuhan kuala tanjung dan dari Pantai Cermin, Serdang Bedagai dengan menggunakan perahu cepat. Jika dari Kota Medan, butuh waktu perjalanan 2-3 jam untuk sampai di pelabuhan, dan waktu tempuh mencapai 4 – 5 jam. Pulau Berhala tidak mempunyai fasilitas kapal wisata atau kapal penumpang. Kapal yang tersedia yaitu kapal nelayan, atau kapal travel, yang biasanya sudah dibooking oleh agen perjalanan.
Selain fasilitas akses transportasi yang masih terbatas, Pulau Berhala juga belum memiliki infrastruktur sarana dan prasarana untuk mendukung pariwisata. Selama ini wisatawan yang berkunjung ke pulau ini masih menggunakan mess milik petugas marinir TNI.
Untuk menjadikan Pulau Berhala sebagai kawasan wisata, maka diperlukan peningkatan moda transportasi laut berupa trayek kapal cepat yang terjadwalkan secara rutin. Selanjutnya adalah segera dilakukan jalan lingkungan, pembangunan dermaga penyeberangan berskala nasional dan internasional, pembangunan pos penjagaan di dermaga sebagai pintu masuk pulau, pembangunan dan pengembangan prasarana komunikasi nirkabel untuk piranti komunikasi dan jaringan operator, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya untuk kegiatan wisata, singgah dan pertahanan keamanan, perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air sebagai cadangan sumber air baku, dan pembangunan dan pengamanan area peneluran penyu.
Di samping itu, perlu pembangunan fasilitas penunjang lainnya antara lain tempat bilas, penyewaan alat, menara pengawas, rambu batas aman renang, tenda, sewa alat/pakaian, area snorkeling, windsurfing, tower/menara pengamat, kantor penjaga pantai, penjaga pantai, alat-alat komunikasi, penunjuk arah angin, lajur ke luar-masuk perahu, menara pengawas, panggung/tribun penonton, ruang peralatan olahraga, glass bottom boat, titik pengambilan foto, jalur untuk berjalan kaki, dan jogging track.
Potensi Investasi
Terdapat dua jenis investasi yang cocok dikembangkan di Pulau Berhala yang masuk dalam jenis pulau kecil yaitu pertama investasi yang berbasis pada ketersediaan dan daya dukung sumber daya hayati dan jasa lingkungan, seperti konservasi, pariwisata bahari, budidaya laut, dan penangkapan ikan. Kedua, investasi yang berbasis pada ketersediaan sumber daya alam dan lingkungan non hayati, seperti energi dan sumber daya mineral (Adrianto et al, 2011).
Pulau Berhala memiliki panorama pantai yang landai dan indah. Air lautnya biru dan jernih, hamparan pasir putih dan sebagian berbatu yang membentang di sekeliling pulau serta terumbu karang yang masih alami merupakan pemandangan yang indah untuk dinikmati. Terdapat sumur yang digali hanya sekitar 10-15 meter dari bibir pantai dengan airnya yang bening, tawar, dan tidak berbau. Potensi pariwisata lainnya adalah kegiatan memancing, menyelam, dan berlayar.
Keindahan dan keragaman biota bawah lautnya dan kejernihan airnya dapat disetarakan dengan lokasi-lokasi Snorkling Diving di Long Island Malidives (Maladewa), Nusa Penida (Bali), Perairan Maluku, Pulau Rubiah (Sabang, Aceh).
Tinggi gelombang perairan sekitar perairan Pulau Berhala berkisar antara 1,8 – 2,5 meter. Pulau Berhala pada dasarnya memiliki kondisi perairan yang relatif tenang dan cukup jernih. Kecepatan arus di perairan Pulau Berhala berkisar 0,05-0,35 meter/detik. Selain flora dan fauna darat, Pulau Berhala juga memiliki hamparan pasir putih dengan sentuhan bebatuan sepanjang -+700 meter menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Selain berbagai jenis ikan, Pulau Berhala juga didiami berbagai macam satwa yang dilindungi antara lain Biawak, Penyu, Ular, Napu (sejenis Kancil) dan lain-lain.
Berdasarkan hal di atas, dengan memperhatikan faktor sumber daya alam, baik jasa lingkungan, sumber daya hayati maupun non hayati, maka Pulau Berhala memiliki potensi investasi yang layak untuk dikembangkan. Status lahan pulau sebagai aset pemerintah akan mempermudah proses investasi.
Pembangunan aksesibilitas oleh pemerintah sangat diperlukan dalam memajukan kawasan Pulau Berhala. Dengan membangun aksesibilitas di pulau akan meningkatkan daya tarik investasi. Hal ini akan mempermudah dan menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi.