Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Riset Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengungkapkan dampak besar hilirisasi industri tambang terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan di Indonesia, khususnya untuk komoditas tembaga, bauksit, dan pasir silika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam riset bertajuk "Kajian Dampak Hilirisasi Industri Tambang terhadap Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan: Tembaga, Bauksit, dan Pasir Silika", tim FEB UI menyoroti bagaimana hilirisasi menjadi pilar penting menuju Indonesia Emas 2045.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hilirisasi adalah jalan kita menuju kemandirian ekonomi. Dengan meningkatkan investasi untuk menghasilkan produk bernilai tambah, kita menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memastikan sumber daya alam memberikan manfaat maksimal untuk bangsa,” ujar Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI, Nur Kholis.
Menurut riset ini, langkah hilirisasi dimulai dengan pembangunan smelter tembaga dan bauksit serta pengembangan produk dari pasir silika. Proyek-proyek tersebut telah berdampak langsung pada daerah seperti Kabupaten Gresik (Jawa Timur), Kabupaten Mempawah (Kalimantan Barat), dan Kabupaten Batang (Jawa Tengah). Di wilayah ini, pembangunan smelter menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi lokal, meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), menciptakan ribuan lapangan kerja, serta mendongkrak pendapatan daerah.
Nur Kholis menambahkan, hilirisasi menjadi syarat penting agar sektor industri pengolahan mampu mendukung visi Indonesia Emas 2045. Produk hasil smelter perlu diolah lebih lanjut untuk menciptakan nilai tambah hingga ke tingkat produk akhir. “Jika proses ini berjalan sesuai rencana investasi, hilirisasi akan memperkuat struktur industri nasional dan membuka peluang ekonomi baru,” katanya.
Riset ini juga menyoroti manfaat hilirisasi dari perspektif sosial dan lingkungan. Selain menciptakan lapangan kerja, kebijakan ini membantu pengurangan ketergantungan pada impor barang antara, mengurangi emisi karbon melalui efisiensi rantai produksi, serta mendorong inovasi teknologi di sektor pengolahan mineral.
Hilirisasi, menurut FEB UI, adalah kunci untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok global. Dengan langkah strategis ini, Indonesia tidak hanya meningkatkan daya saing industrinya tetapi juga memastikan keberlanjutan sumber daya alam untuk generasi mendatang.
"Kami juga menemukan bahwa, selain pendapatan negara, pendapatan daerah provinsi dan kabupaten/kota yang terkait juga meningkat melalui Dana Bagi Hasil (DBH) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebagai contoh, pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan, dan pajak penerangan jalan di daerah hilirisasi menunjukkan tren pertumbuhan yang signifikan. Pendapatan daerah ini dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur publik yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," kata Nur Kholis yang juga Ketua Tim Pelaksana riset.
Meski demikian, hilirisasi juga mendapat tantangan seperti keterbatasan infrastuktur dan teknologi, masih terbatasnya tenaga kerja yang terampil, permintaan pasar yang fluktuatif, dan dampak negatif terhadap lingkungan. Nur Kholis mengatakan bahwa pemerintah perlu melakukan sejumlah langkah strategis dalam menghadapi tantangan tersebut. Misalnya pengembangan sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan teknologi, penerapan teknologi ramah lingkungan, diversivikasi produk, dan penguatan kerjasama internasional.
"Hilirisasi industri tambang, khususnya tembaga, bauksit, dan pasir silika juga perlu terus untuk didorong untuk menerapkan teknologi yang ramah lingkungan di seluruh fasilitas pengolahan mineral tambang. Pengelolaan limbah yang efektif harus menjadi bagian yang terintegrasi dari pelaksanaan hilirisasi. " katanya memaparkan. (*)