Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pandemi Covid-19 tak menyurutkan ekspansi bisnis PT The Himalaya Drug Company yang bergerak di bidang skincare dan healthcare di Indonesia. Produk yang ditawarkan meliputi kosmetik, perawatan wajah, supplemen kesehatan, dan produk lainnya yang dikenal di mancanegara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perusahaan induk Himalaya, Himalaya Global Holdings Ltd, telah memiliki jaringan distribusi dan penjualan di lebih dari 110 negara, mulai dari benua Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah, Amerika Utara dan Tengah, kepulauan Karibia, Oceania, hingga Amerika Selatan. "Pandemi Covid-19 memang memukul berbagai industri, termasuk bisnis kami. Akan tetapi, justru di masa pandemi ini kami berhasil masuk ke jaringan ritel Alfamart," kata Presiden Direktur PT Himalaya Drug Company, Jasminder Singh, dalam wawancara Jumat, 3 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan pada akhir 2019 menjadi titik balik The Himalaya. Pada tahun itu perusahaan yang menawarkan produk skincare dan healthcare dengan bahan dasar herbal ini, berhasil masuk ke jaringan ritel raksasa di Indonesia.
“Di masa pandemi, orang-orang tidak pergi ke mall, namun mereka tetap berbelanja di mini market untuk berbagai kebutuhan. Dengan tersedianya produk kami di jejaring retail mini market, tentunya hal tersebut merupakan sebuah keuntungan,” kata Jasminder.
Himalaya sebenarnya sudah masuk ke pasar Indonesia sejak 2013, namun produknya belum pernah menyentuh jaringan ritel sebesar Alfamart. Minimarket ini tercatat memiliki 17.000 toko dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Produk Himalaya sebelumnya dapat dijumpai di jejaring SOHO Group.
"Masalah jerawat adalah masalah yang umum untuk banyak orang. Kami hadir, menawarkan Masker Neem untuk mengatasi jerawat dan kini, kami semakin dekat dengan konsumen," kata Jasminder.
Untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya, Himalaya gencar melakukan pemasaran secara online, termasuk menggunakan jalur digital, hingga memakai jasa influencer. Jasminder mengatakan tiga e-commerce raksasa di Indonesia, yakni Shopee, Tokopedia, dan Lazada, turut berkontribusi signifikan mendongkrak penjualan Himalaya.
Pada 2021, Himalaya berhasil menembus saingan Alfamart, yakni Indomaret, yang tentunya semakin mengukuhkan keberadaan produk-produk mereka di pangsa pasar yang mereka sasar, yakni premium mass market’. Menurut data industri, gerai Alfamart dan Indomart, jika ditotal berjumlah sekitar 30.000 di Indonesia.
Siapa sangka, kombinasi antara pemasaran secara digital dan kemudahan akses produk Himalaya melalui puluhan ribu gerai dari jejaring ritel, ternyata mampu menggeser dominasi pemain-pemain besar di Indonesia. “Kini kontribusi Indonesia terhadap keseluruhan penjualan sudah mencapai sekitar 50 persen dari total pasar di Asean,” kata Jasminder.
Dia mengatakan sebelum produk-produk Himalaya dijual ke konsumen, ada tahapan yang dilakukan. “Kami melakukan riset secara tahunan, lalu ada percobaan klinis sebelum dapat digunakan oleh end users. Produk kami pun terbuat dari bahan-bahan alami dan tanpa bahan kimia,” ujar Jasminder.
Memasarkan produk yang 100 persen impor, Jasminder mengatakan pada awalnya memang perlu perjuangan mendapatkan izin BPOM. Namun, kini Himalaya berhasil merebut pangsa pasar signifikan di pasar mass-premium.
“Populasi di Indonesia, banyak yang berusia cukup muda, lalu negara ini adalah negara dengan populasi ke-empat terbesar di dunia. Hal ini tentunya menawarkan pangsa pasar yang bagus untuk produk-produk kami,” kata Jasminder.
Saat ini, penjualan Himalaya masih didominasi di wilayah Jawa, namun ke depannya, seiring dengan pertumbuhan ekonomi di wilayah lainnya di Indonesia, Kalimantan menawarkan pangsa pasar yang cukup menarik ke depannya.
Melihat potensi besar dari beragam produknya tersebut, tahun depan Himalaya berencana membuka pabrik di Surabaya. “Tepatnya pada Februari 2022 kami berencana membuka pabrik di Indonesia, hanya untuk produk masker dan face wash,” kata Jasminder.