Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trend mobil '90: babak baru ...

Persaingan pasar sedan di Idonesia semakin kompetitif. muncullah mobil-mobil dengan berbagai desain baru yang cenderung semakin ramping dan efisien.Berbagai merk tampil dengan teknologi mutakhir.

31 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasar sedan di Indonesia kian marak. Pada awal tahun kuda ini, di jalan-jalan meluncur aneka macam tipe baru. Ada yang tampil dengan desain sporty, ada pula yang classic. Semuanya terlihat cantik, anggun, dan berwibawa. Kelengkapan standarnya serba electric, mesinnya pun semakin mutakhir. BAGI industri otomotif, dekade 1990 ini memang merupakan babak baru. Betapa tidak, tahun lalu, angka penjualan sedan menukik dari 20 persen menjadi 17,5 persen. Persaingan pasar bertambah kompetitif. Mau tak mau mereka yang bergerak di bidang industri otomotif harus lebih jeli membaca keinginan konsumen. Maka, muncullah mobil-mobil dengan sentuhan-sentuhan baru. Di luxury class, misalnya, tampil Mercedez Benz, BMW, Volvo, Ford, Toyota Crown, Peugeot, dan Nissan. Pada tahun kuda ini nyaris semuanya berlomba-lomba memperkenalkan produk terbarunya. Sejak Januari lalu, misalnya, PT Tjahja Sakti Motor (TSM) yang berada di bawah bendera PT Astra Internasional (AI), meluncurkan BMW 318i dan 520i dengan performa baru. Dibandingkan dengan pendahulunya, BMW 520i mengalami pembaruan, baik desain maupun mesin. Jika dulu tipe mesinnya M-10/105 hp (tenaga kuda), sekarang M-40/115 hp. Dulu momen puntirnya 14,5 kgm/4.500 rpm, kini menjadi 16,5 kgm/4.000 rpm. Mesin mobil yang ditujukan untuk para top executive ini mengandalkan BMW Motronic Engine Management. Menurut Jammy Setiadi, Direktur TSM, munculnya BMW Motronic untuk memenuhi tuntutan pasar yang menghendaki jaminan optimasi tenaga yang dihasilkan mesin serta pengiritan bahan bakar. Pada Motronic, suplai bahan bakar, pengapian, timing pengapian, oktan bahan bakar, putaran dan panas mesin serta suhu air dikendalikan secara elektronik, dengan memori. "Memori menerima input dari sensor-sensor yang ada," ujar Jammy. Konon, tiap detiknya mampu menampung 5.000 sampai 10.000 input. Input tadi masuk ke control unit, kemudian diproses, hingga memungkinkan mesin berjalan secara optimal dalam kondisi apa pun. BMW Motronic yang telah dimodifikasi ini memiliki 55 pin control unit dengan dua final injection stage. Tiap stage-nya berfungsi untuk tiga silinder. Dengan sistem Monotronic ini, segala kerusakan yang terjadi dapat dideteksi melalui diacnostic socket pada engine department. "Jadi, Motronic ini bagaikan manajer suatu perusahaan yang menerima segala input, kemudian memberikan saran-saran," tutur Jammy. Jammy menargetkan, hingga akhir 1990, setidaknya terjual 900 unit 520i dengan harga Rp 134,8 juta per unit serta 1.800 unit 318i dengan harga Rp 75,1 juta on the road. Bila tercapai, ini lonjakan besar. Tahun lalu, 520i hanya terjual 646 unit, sementara 318i laku 1.067 unit. Sejak 1988, BMW memang sudah berhasil menunjukkan keandalannya. Mobil ini agaknya kian diminati para top eksekutif. Angka penjualannya meningkat 60,7 persen, dari 1988 ke 1989. Atau dari 1.066 unit menjadi 1.713 unit, yang terdiri dari 318i maupun 520i. SEMENTARA itu, Indomobil Group sejak awal tahun ini, diam-diam memperkenalkan Volvo 740 Turbo Intercooler melalui PT Central Sole Agency (CSA), agen tunggal Volvo. Sebelumnya, Volvo telah memasarkan versi 240 GL, 340 serta 740 GL. Kemudian meluncur versi 740 GLE baru. Dibandingkan dengan sedan luxury class lainnya, agaknya Volvo punya kekhasan tersendiri. Inilah satu-satunya mobil mewah yang tampil dengan desain klasik. Lantaran desainnya itu pula, pada 1988 Volvo 740 GL terpilih sebagai mobil resmi para Menteri Kabinet kita, menyisihkan dua merk mobil kelas atas lainnya. Kala itu Sekretariat Negara membeli 80 unit. "Ini merupakan gengsi dan menciptakan citra tersendiri buat Volvo," tutur Angky Camaro, Marketing Director CSA, dengan nada bangga. Tampilnya Volvo sebagai mobil standar menteri, sedikit-banyak turut mendongkrak pasar. Menurut Angky, tahun lalu versi 240 GL serta 740 GLE, terjual sekitar 400 unit. Setahun sebelumnya, hanya 364 unit. Bila angka tersebut dibandingkan dengan omset pra 1988 -- saat CSA belum bergabung dengan Indo Mobil Group -- maka akan terlihat lonjakan yang cukup tinggi. Kala itu, dalam setahun Volvo hanya terjual sekitar 20-30 unit. Lantas, bagaimana target tahun ini? "Untuk seri tujuh -- 740 GLE dan 740 Turbo -- kami mengharapkan terjual 500 unit. Pembagiannya fifty-fifty," ujar Angky, yang juga Marketing Managing Director PT Indomobil Niaga International (INI). Lonjakan sekitar 25 persen yang diperkirakan Angky bakal "memakan korban" itu, bukan tak mungkin terwujud. Apalagi, Indomobil telah memutuskan hanya berkonsentrasi di seri tujuh. Versi 340 kini tak lagi dipasarkan. Demikian pula 240 GL, secara bertahap akan dikurangi. Bahkan, pada Januari lalu, Volvo 740 Turbo Intercooler terjual 24 unit. Saat itu permintaan konsumen tak bisa terpenuhi seluruhnya. "Karena barangnya masih terbatas," ungkap Angky. Keunggulan 740 Turbo, terletak pada tenaga yang dihasilkan. Bila GLE yang dijual Rp 119 juta per unit hanya bertenaga 131 hp, maka Turbo yang dilepas Rp 140 juta per unit tenaganya 182 hp. Semua itu tidak mengurangi safety yang menjadi simbol bagi Volvo. Sistem rem triangle split serta rem cakram (disc brake) berventalasi yang dirancang secara akurat, membuat kerjanya lebih sempurna dan memberi rasa aman. Bahkan permukaan bodi seluas 23 meter persegi, dirancang dengan baja Sweden galvanisasi. Proses anti karat dan pengecetan dilakukan dengan sistem celup Catodic Electro Deposition. FORD pun tak mau kalah dalam menyemarakkan bursa mobil di tahun kuda ini. Setelah berjaya dengan Lasser TX-3-nya -- yang telah 2 kali dinobatkan sebagai car of the year oleh Ikatan Mobil Indonesia (IMI), untuk tahun 1987 dan 1989 -- kali ini Ford meluncurkan tipe-tipe terbaru Telstar dan Lasernya. Telstar 2.000 cc tampil dengan 3 pilihan, Telstar Grand yang 4 pintu, Telstar Thunder yang 5 pintu, atau Telstar Automatic. Ketiganya dirancang khusus untuk mereka yang berselera tinggi. Menggunakan 12 katup hidrolis otomatis AHVLA (Automatic Hydraulic Valve Adjusters), mesinnya halus dan berdaya 109 hp pada 5.300 rpm. Dengan sistem suspensi automatic adjustable suspension (AAS) generasi ke-2, Telstar bisa dikendarai dengan nyaman pada segala jenis permukaan jalan. Untuk mereka yang dinamis, Ford juga meluncurkan Laser Champ yang berdaya 1.800 cc. Dengan konstruksi mesin DOHC (Double Over Head Camshaft), 16 katup, dan fuel injection, Champ melesat tanpa terkalahkan, sementara penggunaan bahan bakarnya tetap irit. Sama halnya dengan tipe-tipe lain keluaran Ford, Champ juga menggunakan sistem rem cakram pada keempat rodanya, sehingga tetap aman di jalan basah sekali pun. Di kelompok Lasser ini, tampil pula Laser Gala (1.600 cc) dan Laser Sonic (1.300 cc) yang juga 16 katup. Keduanya menggunakan rem booster yang memungkinkan pengereman mendadak tetap ringan dan lembut. Berbeda dengan tipe-tipe Laser terdahulu yang menggunakan instrumen digital, Laser keluaran baru ini kembali ke tipe analog, sesuai dengan standar Amerika. "Selain lebih mudah dilihat pengemudi, akurasinya juga lebih tinggi. Lihat saja, mobil-mobil mewah pun menggunakan tipe analog seperti ini," ujar Robby Ludong, Sales & Marketing Manager PT Indonesian Republic Motor Company (IRMC), yang memasarkan Ford di Indonesia. Dengan desain Amerika dan diproduksi di Jepang, Ford mencoba menampilkan gairah Amerika dengan harga Jepang yang bersaing. Untuk kelas 1.800 cc yang DOHC itu, misalnya, IRMC melepas harga on the road Rp 53,5 juta. "Tipe ini paling laris, mencakup sekitar 50 persen penjualan kami," kata Robby. Desainnya unik, terutama bila dilihat dari vender depan maupun belakang. "Desain ini begitu aerodinamis, sehingga hambatan anginnya sangat kecil," tutur Robby. Dengan memadukan dua keunggulan ini, Ford bisa meraih sekitar 25 persen pangsa pasar di kelasnya (1.300-2.000 cc). Berhasil memasarkan 1.846 unit pada tahun lalu, tahun ini Ford bertekad meraup sekitar 3.000 unit. SEDANGKAN PT Toyota Astra Motor (TAM), tampaknya sampai saat ini masih mengandalkan Toyota Crown Royal Saloon yang diluncurkan tahun lalu. Tahun ini TAM merasa lebih tertantang untuk meningkatkan pemasaran Crown, yang tahun lalu hanya terjual 323 unit. "Untuk Crown kami memang relatif kecil," ungkap Alam Wiyono, Marketing Director TAM. Tetapi, di model lain, TAM -- yang bulan lalu memperkenalkan logo Toyota barunya -- terus melejit dengan Corona dan Corolla-nya. Penjualan Corona, misalnya, berhasil melonjak. Bila pada 1988 laku 1.099 unit, maka tahun 1989 terjual 1.298 unit, atau meningkat 18,1 persen. Dan sejak Desember 1989, TAM sudah mempromosikan New Corolla Energetic. Padahal tahun lalu angka penjualan Corolla mencapai 3.326. Dengan hadirnya New Corolla Energetic, yang telah mengalami penyempurnaan, tahun ini TAM berambisi meningkatkan penjualan Corolla, setidaknya mencapai 5.000 unit. "Sejak Desember tahun lalu, tiap bulannya terjual 400 unit," kata Alam, optimistis. Untuk ketiga modelnya, Crown, Corona, dan Corolla (tanpa Starlet), tahun lalu TAM berhasil meraup angka penjualan 4.988 unit, atau sekitar 15 persen dari total penjualan sedan yang 31.900 unit. Angka itu agaknya dimungkinkan berkat kerja keras Toyota dalam menampilkan konstruksi mesin DOHC dengan 16 katup. Twin Cam atau DOHC ini mampu menghasilkan tenaga yang lebih besar dan responsif. Tak kalah pentingnya adalah pemakaian bahan bakar tetap efisien. Meskipun keunggulan mesin DOHC ini baru terasa pada kecepatan tinggi yang cocok untuk jalan-jalan di luar kota, namun Toyota berhasil melakukan terobosan. Caranya, tenaga putaran mesin (rpm) tinggi pada twin cam, dialihkan ke putaran mesin rendah sampai menengah, agar cocok dengan situasi di dalam kota. Sehingga dalam kecepatan tinggi, sedang atau rendah, karakteristik twin cam-nya tetap terasa. Dari sinilah lahir konstruksi mesin Toyota twin cam 16 valve, yang kini digunakan Corona dan Corolla, serta 24 valve (katup) yang digunakan Crown. DI tengah persaingan yang ketat di tahun kuda ini pula Peugeot, melalui agen tunggalnya, PT Multi France Motor (MFM) -- yang bernaung di bawah bendera AI -- sejak awal Oktober 1989, meluncurkan seri 405SR. Mobil ini diharapkan mampu menembus pasar luxury class. Dan ini bukan sekedar impian. Reputasi dan ketangguhan Peugeot 405 dalam dunia otomotif, memungkinkan harapan itu terealisir. Tahun 1988, misalnya, merk ini meraih penghargaan The Best Car of The Year di Eropa dan Australia. Di Amerika Serikat Peugeot menyandang gelar The Best Imported Car 1988. Ini ditambah lagi dengan ketangguhannya meraja rela di reli "gila" Paris-Algier-Dakkar sepanjang 12.000 kilometer sejak 1987, 1988, dan 1989. Malahan, pada awal 1990 lalu, di event serupa, Peugeot memborong posisi satu sampai tiga. Tetapi, bukan itu saja yang membuat Agus Susanto -- General Manager AI serta MFM -- yakin, Peugeot 405SR bakal menggebrak dan merebut pasar mobil Jepang di Indonesia. Baik performance-nya, teknologi mesin, safety serta desain orisinal yang ditampilkan, memang ditujukan bagi kalangan eksekutif menengah ke atas. Hal itu juga terlihat dari interior yang menawan, tempat duduk yang dirancang secara ergonomis sehingga sesuai dengan kontur tubuh, seatbelt dan kemudi yang adjustable, serta perlengkapan serba elektronik. Mulai dari power window, central door lock, centre arm rest, sampai AC dan radio-tape. Selain itu, tradisi yang khas dari Peugeot, masih melekat pada 405SR. Kecanggihan sistem independent transverse torsion bar, menjanjikan ketenangan saat diluncurkan. Ini dimungkinkan karena getaran suspensi yang sangat minim. Perpaduan antara engine performance, suspensi, serta tempat duduk yang comfortable, mampu menciptakan kenyamanan khas yang hanya dimiliki Peugeot. Sebab itu, tak berlebihan jika Agus optimistis dan bangga terhadap merk yang mereka pasarkan itu. Hingga Akhir Januari lalu, misalnya, Peugeot 405SR yang dilepas seharga Rp 59,5 juta per unit -- on the road -- sudah terjual 500 unit. "Target kami sebulan 200 unit," ungkap Bintoro Tjitrowirjo, Promotion Manager AI Motor Vehicle Division. Meski begitu, Agus dan Bintoro menyadari, untuk mencapai target itu bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi bisnis mobil bersifat long term, bukannya hit and run. Sebab itu pelayanan purna jual mendapat perhatian penuh. Selain suku cadang tersedia, bengkel pun dikembangkan. Di Jakarta saja kini terdapat enam bengkel Peugeot. Garansi setahun juga diberikan pada pembeli, tanpa melihat kilometer yang telah dicapai. "Bila calon pembeli datang ke Peugeot, kami akan menciptakan suasana feel at home," tutur Bintoro berpromosi. PT Imora Motor yang mengageni Honda, rupanya tak mau kalah berpacu. Pertengahan Januari lalu, mereka meluncurkan Maestro Accord dan Grand Civic model '90 yang telah mengalami modifikasi. Maestro Accord -- konon tampil lebih dynamic elegance -- memiliki bobot tujuh kilogram lebih ringan dari "kakaknya", Honda Prestise. Salah satu kelebihan Maestro, kata Ang Kang Ho, boss Imora Motor, terletak pada bodinya yang aerodinamis serta ruang kabin yang lebih luas. "Selain memberi keleluasaan bagi pengemudi, juga mampu mengurangi friksi angin dalam kecepatan tinggi," ujar Ang Kang Ho. Selain itu, Interiornya yang mewah, tampaknya juga memberikan kenyamanan bagi pemiliknya. Segi kenyamanan mengendarai mobil, memang salah satu segi yang ditampilkan Maestro Accord. Terbukti dengan dipasangnya peredam suara sistem Honey Comb (HC) pada langit-langitnya. Selain itu, lantainya diberi lapisan ganda komposit. Sedangkan dinding pintunya bersekat lapis tiga. Kelengkapan Maestro Accord juga memberi berbagai kemudahan tambahan bagi pengemudi. Seperti power window, electric door mirror, control door lock, dan automatic antene. Melalui kedua produk itulah, pada tahun ini Imora siap menggebrak pasar. Dan itu telah diisyaratkan oleh Ang Kang Ho. Dia ingin meraih omset 10.000 unit, meningkat sekitar 30 persen dari tahun lalu. Maklum, pada 1989 omset Honda memang menukik tajam. Bila pada 1988 omset Accord mencapai 2.728 unit, tahun 1989 merosot 12 persen, sebesar 2.400 unit. Begitu pula Civic. Dari 6.934 pada 1988, jatuh 28,7 persen atau sebanyak 4.946 unit pada tahun berikutnya. Ang Kang Ho menyadari untuk memenuhi target itu tidak mudah. Namun dia berharap Accord Maestro yang dilepas Rp 75 juta per unit on the road, dapat menarik konsumen lapisan atas yang biasa menggunakan sedan 2.000 cc. Sebaliknya, boss Imora Motor ini sama sekali tidak khawatir pangsa pasar Honda diisi sedan lain, yang juga mengalami modifikasi. "Dari pengalaman 20 tahun, kita sudah tahu keinginan konsumen," tutur Ang Kang Ho sambil tersenyum. Keyakinan Imora Motor agaknya tidak berlebihan. Sekalipun tahun lalu omset Honda merosot, dalam dekade 1980-an Honda selalu tampil sebagai market leader di kelasnya. Pada 1989, misalnya. Di kelas 2.000 cc (biasanya dibagi dalam luxury class dan medium class) Accord tetap memimpin. Begitu pula dengan Civic di kelas 1.600 cc (kalaupun pembagiannya berdasarkan small class), tetap tak tertandingi. Bahkan, sejak Mei 1975 sampai Juli 1989, Imora telah berhasil meraup omset 100.000 unit. SEDANGKAN Grup Suzuki, melalui PT Indomobil Niaga International (INI), meluncurkan New Forsa Amenity GLX (5 pintu) dan New Forsa Amenity GS (3 pintu). Inilah generasi kedua Forsa. Baik desain maupun bodi berubah total. Isi silindernya pun kini 1.300 cc, dengan konstruksi mesin OHC (Over Head Camshaft). "Forsa Amenity ini mobil kecil tapi selengkap mobil 2.000 cc," tutur Barry G. Lesmana, Marketing Director IMNI. Disebut lengkap, kata Barry, karena produknya ini dilengkapi central door lock, power window, dengan dashboard dan interior yang menawan. Stabilitasnya pun lebih sempurna. Ini dimungkinkan karena Amenity menggunakan sistem 4 wheels independent suspension pada keempat rodanya. Dengan perubahan total itulah, Barry berharap, Amenity yang diluncurkan sejak 22 Januari lalu, bisa meningkatkan omset Forsa, setidaknya 7 persen, pada tahun ini. Luar biasa. Padahal, tahun lalu, di kelas 1.000-1.300 cc (mini class) -- yang diramaikan oleh Toyota Starlet, Daihatsu Charade, dan Fiat UNO -- Forsa GLX meraup omset 3.055 unit, atau 49 persen dari total pasar mini class, yakni 6.182 unit. Itu pun praktis diraih dalam tempo 11 bulan, karena Forsa GLX sudah habis terjual sejak November 1989. Target itu, agaknya, tak sulit digapai Forsa. Apalagi ketiga pesaingnya, hingga akhir Februari, belum memberikan isyarat untuk memperkenalkan produk terbaru mereka. Ini juga terlihat dari omset Amenity ketika pertama kali dilepas ke pasar. Dalam seminggu, tepatnya akhir Januari lalu, Amenity yang dijual Rp 30 juta per unit on the road, laku terjual 200 unit. "Tiap bulannya kami targetkan 400 unit," tandas Philips Wirayadi, Marketing General Manager IMNI. ADAPUN PT National Motors Company (NMC), yang juga berada di bawah bendera Indomobil Group, tahun ini menggelindingkan Mazda 323 Interplay. Dengan mesin berkompresi yang tidak terlalu tinggi namun lebih comfort, "Interplay kita tujukan terutama untuk pemakaian di dalam kota," kata Poeng W.I. Lubis, Marketing Director NMC. Tak heran bila pada perkenalan perdananya Interplay sukses di pasaran. Seperti halnya Mazda Capella, tipe otomatis Interplay dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi pengemudi dalam menghadapi kondisi jalan kota-kota besar yang sering macet. Mazda ingin menghapus trauma konsumen, bahwa mobil-mobil tipe otomatis sering rewel. Padahal, mobil otomatis ini tak bisa didorong bila mogok untuk menghidupkannya. "Kuncinya 'kan pada accu, selama accu-nya baik tak bakal ada masalah. Dan, kualitas accu sekarang sudah sangat baik," ujar Angky Camaro. Selain Forsa Amenity, Mazda Interplay, Indomobil Group juga giat mempromosikan Mazda MX-6, Nissan Sentra, dan Nissan Cefiro. Dua yang pertama tampil dengan tipe coupe dua pintu. Dengan kontruksi mesin DOHC 16 valve 2.000 cc, MX-6 dijual Rp 75 juta per unit. Konon, keunggulan mesinnya terletak pada Shutter Valve (SV), bagian dari Variable Inertia Charging System (VICS). Saat putaran mesin rendah, SV seketika tertutup. Sebaliknya, pada putaran mesin tinggi, segera terbuka. Dengan VICS inilah, kehandalan mesin DOHC MX-6 akan terasa. Adapun kehadiran Nissan Cefiro 2.000 cc, diharapkan dapat meningkatkan omset Nissan, yang sebelumnya telah meluncurkan Nissan Laurel dan Sunny/Sentra. Tahun lalu, omset Nissan mencapai 1.098 unit. Angka ini melonjak tinggi dibandingkan omset tahun sebelumnya yang hanya 402 unit. Dengan tampilnya Cefiro, peningkatan itu bukan tak mungkin terjadi. Sejak Oktober lalu, Cefiro yang dihargai Rp 87,5 juta per unit on the road, setiap bulannya terjual 60 unit. "Mulai 1 Maret lalu, tiap bulannya kita targetkan laku 75 unit," ujar Yanto, Sales Manager PT Nayaka Wirawan, distributor tunggal Nissan. RAMAINYA persaingan mobil sedan tampaknya merembet ke jenis mobil niaga. Baik Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Isuzu dan Suzuki terus berpacu berebut pangsa pasar. Indomobil Group, misalnya, tak henti-hentinya menggaungkan keperkasaan Hino Super Ranger. Begitu pula TAM, yang masih mengandalkan Dyna Rino-nya. Hal serupa juga dilakukan PT Pantja Motor, agen tunggal Isuzu, yang berada di bawah bendera AI. Isuzu, yang tahun lalu hanya meluncurkan dua kategori angkutan niaga, yakni Bison 2.3 dan 3.3 (kategori 2) serta Isuzu CXW (kategori 5), tahun ini memperkenalkan produk terbarunya. Di antaranya Isuzu NHR (kategori 2) dan Isuzu FSR (kategori 3). Produk terbaru itu diharapkan dapat mendongkrak omset Isuzu, yang tahun lalu mencapai 3.000 unit. Angka yang diincar Isuzu tidak tanggung-tanggung. Menurut St. Didit Purwanto, di tahun kuda ini Isuzu ditargetkan meraup omset 8.000 unit, serta 32.400 unit pada 1991, mencakup empat kategori yang ada. "Tahun ini kami harus meningkatkan posisi di tiga besar," tandas A. Lunardi, Managing Director PT Pantja Motor. Lonjakan yang cukup besar itu ditargetkan bukan tanpa perhitungan. Sebab, menurut Ir. Roestam Darwis, Vice President Director PT Pantja Motor, Oktober mendatang Isuzu siap melakukan gebrakan pasar. Mereka akan meluncurkan satu produk terbarunya untuk kategori satu. Bentuk dan namanya masih rahasia. Namun, dari pabrik asalnya diberi nama AUV (Asian Utility Vehicle). Konon, AUV bermesin diesel 2.300 cc. Dalam tempo tiga bulan di akhir tahun ini, AUV ditargetkan terjual 2.000 unit. Mulai Januari 1991, omset per bulannya diharapkan mencapai 2.000 unit. Optimisme tersebut bukan tanpa alasan. Selain situasi ekonomi Indonesia yang semakin baik, menurut Lunardi, lonjakan omset Isuzu dari 1988 menuju 1989 cukup baik, yakni 15 persen. Sedangkan pertumbuhan dari 1989 menuju 1990 diperkirakan mencapai 18 sampai 20 persen. Keyakinan itu makin bertambah dengan keberhasilan Isuzu merajai pangsa pasar angkutan komersial di Thailand tiga tahun belakangan. Menurut Bangkok Post edisi 13 Januari 1990, tahun 1988 lalu omset Isuzu mencapai 31.387 unit. Setahun kemudian melejit menjadi 48.542 unit, alias naik 54,66 persen. Di kelas angkutan komersial, kedua angka tadi tak tertandingi merk lain. Sementara itu kondisi di Thailand maupun Indonesia dari berbagai segi tak jauh beda. "Sebab itu kami optimis," Lunardi menegaskan. Optimisme seperti itu bukan hanya monopoli Isuzu. Daihatsu -- juga di bawah naungan AI -- yang tahun lalu merebut 16,5 persen pangsa pasar dengan keberhasilannya menjual 29.500, di tahun kuda ini bertekad memacu penjualan menjadi 42.000, alias 20 persen dari pangsa pasar. Untuk itu, Daihatsu tak mau kalah dalam mengikuti trend tahun '90 yang performance-nya lebih baik dan lebih efisien. Charade 1.300 cc tipe Salon (dengan bagasi) yang mereka keluarkan menyambut dasawarsa baru ini, misalnya, menggunakan mesin 16 katup. "Ini standar kendaraan-kendaraan kelas atas," ujar Jus Winata, Marketing Director. Dengan mesin ini efisiensi ditingkatkan, pembuangan gas lebih bersih dan pemasukan bahan bakar lebih merata, sehingga praktis bahan bakar yang dipakai akan menghasilkan tenaga lebih baik. Daihatsu CS, yang tempo hari menggunakan mesin 1.000 cc, juga akan dimodifikasi menjadi 1.300 cc. Lantas, Daihatsu Zebra juga tampil lebih comfort, dengan interior lebih lega, AC yang lebih sejuk. Dengan teknik Bodytech Full Press yang dipergunakan, kualitas karoserinya juga menjadi lebih baik dan stabil. Dengan berbagai keunggulan yang ditawarkannya, Jus percaya target yang dipatoknya bakal berhasil dijangkau. ITULAH berbagai tipe dan merk mobil yang kini meramaikan pasar industri otomotif Indonesia. Bila ditilik lebih cermat, banyak perubahan yang terjadi pada sedan-sedan yang dilepas tahun ini. Baik mesin, desain, model, spec, dan tentu saja harganya. Hal itu memang telah diisyaratkan oleh Subronto Laras, Ketua Gaikindo. Menurutnya, trend mobil pada 1990 ke atas cenderung semakin ramping dan efisien. Pada sedan, misalnya, semakin banyak jenis hatch-back dan lift-back yang muncul. Selain itu, Subronto melihat cukup banyak perubahan yang terjadi pada mesin-mesin mobil. Kecenderungan mesin kecil dengan power besar, mendorong orang berlomba-lomba menciptakan gammick. Lahirlah mesin twin cam, 16 valve, multi valve engine, dan sebagainya. Tapi apakah mesin-mesin itu cocok setelah bensin super dihapuskan nanti? Agaknya masih perlu dikaji lagi. "Kita belum tahu apa yang akan terjadi nanti," tutur Subronto. Sebab, tanpa bensin beroktan tinggi, bagi mobil-mobil yang berkompresi tinggi, memang sulit untuk meluncur secara normal. "Akibatnya, mungkin bisa seperti tahun 1960-an. Mobil yang menggunakan bensin beroktan tinggi akan 'ngelitik' bila diisi dengan bensin beroktan rendah yang biasa dijual di tepi jalan," Ketua Gaikindo itu memberi contoh. Repotnya, kini hampir semua sedan menggunakan CR (Compression Ratio) yang tinggi. Mulai dari 8:1 sampai 9:1 ke atas. Padahal, bilamana CR mencapai 8,5:1 ke atas, idealnya sudah harus meneguk bahan bakar beroktan tinggi, seperti bensin super. Lantas, bagaimana? Ternyata, Anda tak perlu khawatir. Semua jenis sedan tadi rupanya sudah siap dengan senjata masing-masing. BMW, misalnya, sekalipun CR-nya 8,8, namun adanya BMW Motronic memungkinkan mobil tersebut mengikuti kebijaksanaan pemerintah untuk menghapus bensin super. Karena, BMW Motronic mampu menyesuaikan dengan kadar oktan dari bahan bakar yang digunakan. Akan halnya dengan produk Toyota, semua CR-nya di atas sembilan. Tetapi, menurut pihak TAM, bahwa CR 8,5 ke atas harus menggunakan oktan tinggi, sebetulnya bukan harga mati. Perbandingan itu memang berlaku sebelum 1989. Namun, sejak tahun lalu, mesin Toyota telah didesain sedemikian rupa, dengan sistem pencampuran udara bahan bakar yang sempurna. Sehingga, patokan perbandingan kompresi bukan lagi 8,5, di atas 9,0 pun tak ada masalah. Selain itu, semua mesin Toyota yang dipasarkan di Indonesia sudah dilengkapi dengan selektor oktan, pemilih angka oktan. Dengan oktan selektor ini, memungkinkan pengendara menyetel oktan yang dikehendaki sesuai bahan bakar yang digunakan. "Jadi bagi Toyota tak ada masalah," ujar Alam Wiyono. Bagaimana dengan Honda? Sejak Desember tahun lalu, Imora pun sudah mengkaji kemungkinannya. Hasilnya? "Pakai super atau premium, Honda nggak ada persoalan," ujar Ang Kang Ho. Demikian pula Suzuki Forsa, yang tipe mesinnya tak memerlukan oktan tinggi. "Jadi kami tak perlu mengkajinya," kata Barry. Bagi Mazda, Nissan Cefiro, dan Nissan Centra, penghapusan bensin super itu juga tak perlu dipusingkan. Mesinnya telah disesuaikan untuk kadar oktan rendah. Hanya satu, Mazda MX-6, yang masih memerlukan oktan tinggi. Demikian pula dengan Volvo, yang CR-nya 8,7. "Sebetulnya kompresi di bawah sembilan masih aman," ujar Angky. Meski begitu, Volvo sudah dilengkapi dengan knocking revise automatic. Sehingga mampu menyesuaikan sendiri dengan kadar oktan yang digunakan. Tapi tokh sebenarnya para pemakai mobil berkompresi tinggi tak perlu cemas. Awal April ini, jadi begitu Super 98 dihapuskan, akan tampil RON-92. Bahan bakar beroktan tinggi ini diproduksi oleh 4 perusahaan swasta: PT Elnusa, yang berafiliasi dengan Pertamina, PT Humpuss, PT Sinar Pedoman Abadi, dan PT Panutan Selaras. Untuk memproduksi RON-92, mereka akan membeli bahan baku Premium 87 dari Pertamina, dan mencampurnya dengan methyl tertiary buthyl ether (MTBE). Patokan harga RON-92 ini akan ditetapkan pemerintah, belum diketahui berapa persisnya. "Swasta tidak dilarang kalau mau memasang harga lebih rendah dari patokan pemerintah, agar lebih bersaing," tutur Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita. Pilihan lain pun tersedia. PT Laris Chandra (LC), agen tunggal STP (Scientifically Treated Petroleum) Oil Treatment, menawarkan cara lain yang bisa ditempuh para pemilik sedan beroktan tinggi. Sejak Januari lalu, LC sudah memperkenalkan STP Octane Pefformance Booster (OPB). "Produk ini diciptakan selain untuk efisiensi bahan bakar, juga untuk menghadapi penghapusan Super 98," tutur Tonny Chandra, Marketing Director LC. Menurut Tonny, hampir semua mesin baru pada mobil-mobil sedan dapat menggunakan oktan rendah. "Karena mesinnya masih baru, takkan 'ngelitik'," tandas Tonny. Tetapi, jika putaran mesin sudah mencapai 10.000 mil ke atas, timbunan karbon atau deposit semakin menumpuk. Timbunan deposit inilah yang menyebabkan tuntutan oktan meninggi. Saat itulah OPB dicampurkan pada bensin untuk membersihkan deposit yang ada. Sehingga dapat menurunkan permintaan oktan. "Jadi produk ini bukan menaikkan kadar oktan. Tetapi menurunkan permintaan oktan," tandas Tonny. PERKEMBANGAN mesin otomotif yang semakin mutakhir, kini memungkinkan mobil-mobil sedan melejit dengan kecepatan lebih tinggi. Namun, semua itu memang kurang begitu berarti, bila tanpa dukungan ban yang high performance. Untuk menjawab tantangan itulah, PT Goodyear Indonesia menawarkan produk ban terbarunya: Eagle GA. Inilah hasil inovasi teknologi mutakhir Goodyear. Disebut mutakhir, sebab konstruksi ban ini memang diciptakan untuk kecepatan tinggi, yaitu 210 km/jam. Telapak lebar dengan aspek rasio rendah, ban ini ditopang dengan konstruksi sabuk serat baja, yang ketangguhannya telah diuji. Tidak berlebihan, bila Goodyear mempromosikan karyanya sebagai ban high performance. "Biasanya, ban high performance tingkat kebisingannya tinggi," ujar Mohammad Yasin, Sales Director PT Goodyear Indonesia. Namun, tidak demikian dengan Eagle GA. Meski putaran roda mencapai 210 km/jam, tingkat kebisingan yang dihasilkan rendah. Ini dimungkinkan oleh elemen telapak Eagle GA yang dibuat berbeda-beda ukuran maupun letak 'kembang'-nya. Keunggulan ini juga terlihat pada jalan basah, karena hujan, misalnya. Ban ini didesain sedemikian rupa, permukaannya diberi dua alur tengah yang berfungsi membuang air ke segala arah. Selain itu, Eagle GA punya lebih dari seribu elemen telapak, sehingga memungkinkan ban ini melesat dengan daya cengkeram yang prima. "Kami menyediakan segala ukuran untuk semua jenis dan merk mobil sedan," kata Yasin. Sementara itu PT Oroban tak mau ketinggalan. Agen tunggal Pirelli ini sejak beberapa tahun terakhir sudah menggelindingkan ban-ban tipe HR, VR, dan ZR. Ban tipe HR diciptakan untuk kecepatan maksimal 210 km/jam, VR 240 km/jam, dan ZR 324 km/jam. Ketiga tipe ban itu menggunakan konstruksi serat baja sebanyak enam lapis. Selain itu juga dicampur bahan nylon dan rayon pada permukaan (karet) ban. "Perbedaan dari ketiga tipe ban itu terletak pada komposisi bahan-bahannya," ujar Setiana Tirta, Marketing Director PT Oroban. Keunggulan Pirelli dalam memproduksi ban high performance, praktis tak tertandingi, memang. Malahan, pangsa pasar di Indonesia untuk tipe VR dan ZR -- terutama untuk P-6, P-600, P-7 dan P-700 -- kini didominasi Pirelli. Maklum, selain kedua tipe itu belum banyak dijual perusahaan lain, dalam memasarkan Pirelli, PT Oroban juga lebih mengkonsentrasikan diri pada kedua tipe tadi. Ini juga terlihat dari pangsa pasar produk Pirelli, yakni 8 persen VR, 8 persen ZR, dan 7 persen HR. Menurut Setiana Tirta, kemampuan ban Pirelli dalam meredam kebisingan berbeda. P-6 dan P-600 yang mempunyai aspek rasio (ketebalan ruang ban) 60-65, sangat meredam kebisingan. Sedangkan P-7 dan P-700 tingkat kebisingannya agak tinggi. Sebab, ban ini mempunyai aspek rasio rendah, yakni 45-55, sehingga jarak antara velk dengan permukaan jalan dekat. Akibatnya, tingkat kebisingan yang dikeluarkan lebih besar. "Tapi, biasanya ban ini digunakan oleh mereka yang senang kecepatan tinggi, tanpa mempedulikan kebisingannya," tutur Setiana berterus terang. AGAKNYA tahun kuda mendorong orang berpacu menghasilkan yang terbaik. Berbagai merk yang tampil ke arena menawarkan berbagai teknologi mutakhir, kemudahan dan kenyamanan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Berbagai tawaran yang menggiurkan ini tampil bukan hanya dalam kelengkapan belaka, melainkan juga dalam cara pemilikannya. Berbagai fasilitas kredit (loan) maupun sewa beli (leasing) ditawarkan lembaga-lembaga keuangan. Strategi pemasaran pun kian canggih dan agresif. Sekedar showroom kini tidaklah mencukupi. Para produsen berlomba menyelenggarakan berbagai pameran, maupun mensponsori suatu acara. Atau mengadu kebolehan dalam lomba ketahanan semacam Enduro Race 90, yang diselenggarakan tokoh otomotif Tinton Suprapto. Penawaran melalui iklan dan promosi pun tak kalah menggigit. Dalam suasana kompetisi begini, tentunya yang beruntung adalah konsumen, yang mempunyai begitu banyak pilihan, begitu banyak kelebihan dan kemudahan, serta harga yang bersaing. Banyak yang ditawarkan, tapi semuanya terpulang kepada selera dan kemampuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus