Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wakaf dan Perannya dalam Mengatasi Krisis Ekonomi

Optimalisasi wakaf harus didukung dengan manajemen nazir dari filantropi agar wakaf benar-benar terlihat dampaknya untuk masyarakat luas, terutama di masa krisis ekonomi.

29 Maret 2025 | 20.42 WIB

Wakaf dan Perannya dalam Mengatasi Krisis Ekonomi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – Terminologi wakaf saat ini berkembang ke arah wakaf produktif, sehingga dapat digunakan untuk kegiatan sosial dan ekonomi, serta pemberdayaan masyarakat. Perubahan paradigma turut mengurai belenggu pola pikir wakaf yang semula masjid, makam, dan madrasah menjadi aset yang mendatangkan keuntungan bagi pemangku kepentingan serta manfaat wakaf dapat dirasakan oleh penerima manfaat.

Dari sudut pandang wakaf, instrumen ekonomi syariah ini mampu menghadirkan asas keadilan sosial di masa krisis ekonomi. Asas keadilan sosial pada wakaf menganut nilai keadilan dan kesejahteraan dalam membangun sistem sosial.

Ini senada dengan Sara Konrath dalam buku Achieving Excellence in Fundraising Fourth Edition, bahwa kebahagiaan timbul karena donatur memiliki kesamaan nilai dengan filantropi sebagai institusi pengelola wakaf. Nilai-nilai tersebut berhubungan dengan kemanusiaan

Di kalangan muslim, untuk menarik minat berwakaf mesti ada kesamaan nilai dari program wakaf filantropi dan wakifnya, yaitu seseorang yang mewakafkan hartanya. Melansir dari Indeks Wakaf Nasional Tahun 2022, perolehan tanah wakaf di Indonesia tersebar di 440,5 ribu titik dengan total luas mencapai 57,2 hektar.

Di balik potensial wakaf, tersimpan tantangan untuk meningkatkan kesadaran berwakaf di kalangan muslim. Optimalisasi wakaf harus didukung dengan manajemen nazir dari filantropi agar wakaf benar-benar terlihat dampaknya untuk masyarakat luas, terutama di masa krisis ekonomi.

Filantropi Islam mengajarkan untuk peduli kepada sesama melalui salah satu instrumen ekonomi syariah, yaitu wakaf. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial, sehingga gemar menolong sesama umat. Kepercayaan nilai yang sama harus dijaga oleh pengelola dana wakaf kepada donaturnya.

Selain dari kesamaan nilai dan kepercayaan, wakaf identik dengan sejarah dari sahabat Nabi Muhammad yang kerap membuat paradigma ekonomi untuk keadilan sosial. Dilihat dari sisi historis, wakaf menekankan kepada sudut pandang ekonomi untuk kesejahteraan umat secara berkelanjutan. Contohnya, sahabat nabi, yaitu Utsman bin Affan, membeli sumur Raumah, lalu warga boleh mengambil air dari sumur secara gratis.

Aspek ekonomi pada wakaf sumur Utsman bin Affan dilakukan dengan cara mengalirkan air ke kebun kurma, lalu surplus penjualan digunakan untuk mengembangkan skala bisnis kurma. Surplus juga digunakan untuk membangun hotel di kawasan Markaziyah untuk kebutuhan pariwisata di dekat Masjid Nabawi. Itu semua berawal dari aset wakaf yang dibeli oleh Utsman bin Affan untuk keperluan masyarakat dengan memperhatikan aspek syariah dan keberlanjutan bisnis.

Untuk membuat aset wakaf yang mampu menghasilkan surplus, maka institusi pengelola wakaf mesti memiliki kapabilitas dan meritokrasi dalam manajemen nazir. Dalam konteks kapabilitas, maka wakaf sudah pasti berurusan dengan asas profesionalitas manajemen. Asas ini dapat dijelaskan dengan konsep TQM (Total Quality Management) yang terdiri dari transparansi, pertanggungjawaban publik, dan jaminan aset wakaf terus produktif untuk menghasilkan surplus aset. Dengan kata lain, kesuksesan pengelolaan wakaf bergantung pada dinamika organisasi dan kualitas sumber daya untuk menciptakan solusi inovatif dan relevan yang dapat membantu masyarakat keluar dari jurang krisis ekonomi.

Sudah semestinya wakaf dipandang sebagai bisnis sosial, di mana tujuannya untuk menyebarkan manfaat seluas-luasnya melalui surplus wakaf. Ada aspek penting lainnya untuk menciptakan aset wakaf dapat digunakan secara berkelanjutan. Melansir dari Tabung Wakaf Dompet Dhuafa, perlu adanya community development sebagai market sekaligus wadah untuk memberikan edukasi terkait perawatan barang wakaf. Contohnya, wakaf di masa bencana berperan untuk pemulihan atau rekonstruksi. Pada dasarnya, pembangunan aset wakaf membutuhkan kolaborasi yang apik pada seluruh pemangku kepentingan.

Mewujudkan kebaikan wakaf secara berkelanjutan tidak bisa dilakukan sendirian. Dompet Dhuafa sebagai pengelola wakaf membutuhkan kolaborasi Anda untuk mengurangi masalah sosial, seperti masalah ketahanan pangan. Ketahanan pangan akan tercapai jika kita perhatian kepada nasib petani dan peternak. Anda dapat turut meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak dengan wakaf melalui Dompet Dhuafa di tautan di sini. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

 

Fifia Asiani

Fifia Asiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus