Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota London, Sadiq Khan, telah memerintahkan administrasinya untuk mengkaji patung serta nama jalan yang memiliki kaitan dengan perbudakan. Hal tersebiut menyusul perobohan patung Edward Colston di Bristol yang diketahui adalah pedagang budak di Abad 17.
"Keberagamaan adalah salah satu kekuatan kita. Namun, patung, nama jalan, serta ruang publik masih menyimpan keterkaitan dengan era yang telah berlalu (perbudakan)," ujar Khan sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 9 Juni 2020.
Khan mengakui bahwa evaluasi ini tidak akan gampang. Sebab, perbudakan dan kolonialisme memegang porsi cukup besar dari sejarah Inggris. Kekayaan Inggris, kata ia, bahkan banyak yang berasal dari perdagangan budak.
Di Abad 15-19, budak menjadi salah satu alat tukar dalam perdagangan di Eropa dan Amerika. Untuk membayar suplai senjata dan mesiu dari Eropa, banyak pedagang menggunakan budak-budak sebagai alat bayarnya. Budak-budak itu kemudian dikirim ke Amerika untuk bekerja di perkebunan.
Para budak umumnya bekerja di perkebunan gula, tembakau, dan kapuk. Hasil kerja budak kemudian dikirim kembali ke Eropa di mana mereka diperdagangkan awalnya.
"Kurang lebih 17 juta pria, perempuan, dan anak-anak dari Afrika yang diambil paksa dari rumah mereka untuk kemudian diperdagangkan dalam salah satu pasar global terbrutal sepanjang Abad 15-19," sebagaimana dikutip dari Reuters.
Inggris sesungguhnya sudah sudah menghapus praktik perbudakan trans-atlantik pada tahun 1807. Namun, perbudakan tidak langsung hilang saat itu juga. Sekarang pun, benih-benihnya masih ada dalam wujud rasialisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
London bukan satu-satunya tempat yang akan mengkaji keberadaan patung, jalan, ataupun fasilitas publik dengan jejak perbudakan. Di Glasgow, Skotlandia, aksi serupa juga berlangsung di mana demonstran anti-rasialisme mengganti nama-nama jalan dengan figur berpengaruh di komunitas kulit hitam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISTMAN MP | REUTERS