Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah remaja dan pelatih tim sepak bola sekolah yang terjebak di dalam Gua Tham Luang, Thailand, kembali muncul ke publik untuk mengikuti upacara pemakaman keagamaan. Ke-12 remaja laki-laki berusia 11-16 tahun dan pelatih mereka yang berusia 25 tahun, pulang dari sebuah rumah sakit di Provinsi Chiang Rai pada Rabu, 18 Juli 2018 dan memulai kembali aktivitas mereka sehari-hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada Kamis, 19 Juli 2018, beberapa remaja yang terjebak di gua dan sanak kerabat mereka ikut dalam upacara keagamaan di kuil Wat Pha That Doi Waoi di Maer Sai, sebuah kuil kuno dengan pemandangan indah pedesaan sekitarnya. Wartawan tidak diperbolehkan mendekat dengan remaja tersebut dan keluarga mereka untuk memberi mereka ruang privasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dari total 12 orang, sebagian besar dari jumlah itu berasal dari distrik Mae Sai, suatu wilayah yang dekat dengan perbatasan Myanmar-Thailand. Beberapa dari anggota tim sepak bola sekolah pada Rabu, 18 Juli 2018, langsung pulang ke rumah mereka di distrik Mae Sai yang disambut dengan pelukan, air mata dan senyum dari sanak keluarga yang menanti.
Anggota tim sepakbolanya yang berhasil diselamatkan dari dalam gua, ikuti sebuah upacara keagamaan di dalam sebuah kuil di distrik Mae Sai, provinsi Chiang Rai, Thailand utara, Kamis, 19 Juli 2018. REUTERS/Soe Zeya Tun
Upaya penyelamatan ke-12 remaja dan pelatih mereka dari Gua Tham Luang telah memakan korban jiwa. Penyelam dari Angkatan Laut Thailand, Samarn Kunan, yang datang hendak membantu tewas dalam misi penyelamatan ini. Samarn meninggal pada 6 Juli 2018 setelah kehilangan kesadaran dalam tugas untuk menempatkan tangki oksigen jauh di dalam gua.
Dalam sebuah acara konfrensi pers di televisi, ke-12 remaja itu menceritakan, awalnya mereka hanya akan menelusuri gua selama satu jam setelah latihan sepakbola pada 23 Juni 2018. Akan tetapi hujan turun hingga menggenangi terowongan dan menjebak mereka.
“Kami minum air dari stalaktit. Pada hari pertama kami baik-baik saja, tetapi setelah dua hari kami mulai merasa lelah,”kata Pornchai Kamluang, 16 tahun.
Dilansir dari Reuters pada Kamis, 19 Juli 2018, ke-12 remaja dan pelatih mereka tersenyum dan saling mencandai ketika bercerita tentang pengalaman yang membuat mereka trauma terjebak dalam Gua Tham Luang.
Ke-12 remaja dan pelatih sepak bola sekolah itu, tidak memiliki makanan dan hanya bertahan hidup dengan minum air, mereka bergantian menggali dinding gua, berharap untuk menemukan jalan keluar. Ekapol Chanthawong, pelatih tim sepak bola tersebut menyarankan kepada anak didiknya agar tetap diam demi menghemat energi.
REUTERS l BUSINSS INSIDER l MUH.BASKHORO W.D.