Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus bunuh diri yang dilakukan remaja di Korea Selatan meningkat. Ditengarai, yang jadi pemicu peningkatan kasus itu gangguan kesehatan mental dan konflik interpersonal. Mengutip Korea Herald, data dari Kementerian Kesehatan Korea Selatan menunjukkan adanya peningkatan pada jumlah remaja di bawah usia 20 tahun yang dilarikan ke rumah sakit akibat percobaan bunuh diri.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Partai Demokrat Korea Selatan, Park Hee Sung mengatakan pemerintah perlu memperluas perawatan darurat dan tindak lanjut terhadap upaya percobaan bunuh diri. "Penting untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan pelaku percobaan bunuh diri mendapat perawatan lanjutan," ujarnya, pada 28 September 2024, dikutip dari Korea Herald.
Fakta Bunuh Diri Meningkat di Korea Selatan
1. Percobaan Bunuh Diri Meningkat
Dikutip dari Korea Herald, Park Hee-Sung mengatakan angka percobaan bunuh diri pada usia di bawah 10 tahun mengalami peningkatan, dari 12 persen pada 2019 menjadi 16,7 persen pada 2023. Sementara itu, pada 2019, terdapat 35 persen atau 21.545 remaja yang dilarikan ke unit gawat darurat akibat percobaan bunuh diri. Lalu pada 2023, jumlahnya melonjak menjadi 43,3 persen, atau 30.665 orang.
Adapun berdasarkan jenis kelamin, perempuan melakukan percobaan bunuh diri dua kali lebih besar dibandingkan laki-laki. Pada 2023 saja, percobaan bunuh diri di kalangan perempuan sebesar 64,8 persen, sedangkan laki-laki 35,2 persen.
2. Gangguan Mental
Data Kementerian Kesehatan Korea Selatan menunjukkan 36,7 persen percobaan bunuh diri disebabkan oleh gangguan kesehatan mental. Adapun 18,9 persen disebabkan konflik interpersonal dan 10,6 persen pertengkaran. Selain itu, masalah terkait pekerjaan, sekolah, budaya, dan ekonomi juga menjadi faktor yang berkontribusi.
Dikutip dari statista.com, tingginya tekanan di Korea Selatan berasal dari budaya negara yang kompetitif. Karena itu, kesuksesan dianggap berkontribusi terhadap peningkatan angka bunuh diri di kalangan remaja dan dewasa muda. Selain itu, menurut survei pada 2023, hampir 43 persen siswa SMP dan SMA berencana bunuh diri karena tekanan akademis.
3. 13.000 Orang Bunuh Diri Pada 2022
Dikutip dari Antara, Hampir 13.000 orang Korea Selatan melakukan bunuh diri pada 2022. Angka tersebut sedikit turun pada tahun 2022, tetapi masih termasuk tinggi di antara negara-negara maju, menurut laporan Yonhap News, mengacu pada data badan statistik Korea (Statistics Korea). Adapun berdasarkan data, sebanyak 24,1 dari setiap 100.000 orang melakukan bunuh diri di Korea Selatan.
"Bunuh diri berkaitan erat dengan kualitas hidup individu. Angka bunuh diri cenderung meningkat seiring dengan perubahan atau ketidakstabilan sosial yang drastis sehingga mewakili ciri struktural masyarakat dan kesatuan sosial," kata Statistics Korea dalam laporannya, disadur dari Antara.
4. Menyerang Public Figure
Kasus bunuh diri di Korea Selatan kerap terjadi pada public figure. Pada Desember 2023, bintang film Parasite, Lee Sun-kyun memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Pada Desember 2017, superstar Kim Jong-hyun bunuh diri pada usia 27 tahun. Dua tahun kemudian penyanyi K-pop Sulli, mantan anggota band f(x), ditemukan tewas di rumahnya karena bunuh diri.
Sekitar enam minggu kemudian, Goo Hara, mantan anggota girl band Kara tewas karena menderita depresi. Pada April 2024, Moon Bin, anggota boyband Astro, tewas pada usia 25 tahun. Pada 2021, tingkat bunuh diri di Korea Selatan adalah 26 dari setiap 100.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan negara tersebut.
5. 14.000 Orang Bunuh Diri pada 2018
Selama 10 tahun terakhir, angka bunuh diri wanita muda Korea Selatan meningkat sekitar lima persen per tahun. Menurut Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Korea Selatan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di negara-negara industri maju, dengan sekitar 14.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri pada 2018. Adapun faktor yang mendorong fenomena ini termasuk kemiskinan, pengangguran, ketidaksetaraan gender, kekerasan berbasis gender, konflik generasi, rumah tangga, pola asuh, kesejahteraan sosial yang tidak memadai, dan persaingan.
KHUMAR MAHENDRA | DEWI RINA CAHYANI | DW | ANTARA | KOREAHERALD.COM | STATISTA.COM
Pilihan Editor: Dijenguk Keluarga, Sean 'Diddy' Combs Tak Lagi dalam Pengawasan Bunuh Diri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini