Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lima ribu orang telah terbunuh atau hilang akibat pengepungan Israel di Gaza utara, dengan serangan brutal yang semakin meningkat di tengah pembicaraan mengenai potensi kesepakatan yang dimediasi antara Israel dan Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 9.500 warga Palestina lainnya terluka akibat operasi militer Israel di bagian utara yang diluncurkan pada awal Oktober, sebuah sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera pada Minggu, 12 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kantor Media Pemerintah Gaza, Minggu, menggambarkan pengepungan Israel sebagai "bentuk pembersihan etnis, pemindahan dan penghancuran yang paling mengerikan" yang telah mempengaruhi ratusan ribu orang di wilayah yang dilanda perang tersebut.
Melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah, Hind Khoudary dari Al Jazeera mengatakan bahwa Gaza utara kini menjadi "daerah hantu" yang penuh dengan kehancuran dan reruntuhan, namun beberapa orang berhasil bertahan hidup di sana, menolak untuk pergi.
"Kami melihat warga Palestina menjadi sasaran sistematis di setiap tempat di Jalur Gaza. Tidak peduli di mana pun Anda berada – jika Anda berada di sekolah, tempat penampungan, kamp pengungsian, atau bahkan rumah sakit," katanya.
Rumah Sakit Kamal Adwan, fasilitas kesehatan paling terkemuka di utara, dibakar dan dihancurkan oleh pasukan Israel pada akhir Desember lalu sebagai bagian dari pengepungan, dan nasib direkturnya yang ditangkap, Hussam Abu Safiya, masih belum diketahui.
Ketika para politisi Israel dan kelompok-kelompok pemukim secara terbuka mendiskusikan prospek pembangunan pemukiman di Gaza utara, pengepungan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Pasukan Israel membunuh dua orang Palestina di daerah Mukhabarat di utara Kota Gaza, kata para saksi mata pada Minggu sore. Tembakan pesawat tak berawak Israel kemudian menewaskan seorang pemuda di kamp pengungsi Shati.
Dalam semalam, terjadi serangan besar-besaran oleh Israel di wilayah barat laut Kota Gaza. Sedikitnya delapan orang Palestina tewas pada Sabtu ketika militer Israel secara langsung menyerang sebuah sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan di Jabalia, Gaza utara, dan menyebutnya sebagai "pusat komando dan kontrol" Hamas.
Sedikitnya 70 anak terbunuh dalam lima hari
Serangan tanpa henti juga menargetkan daerah-daerah lain di daerah kantong tersebut berkali-kali setiap hari, dengan beberapa serangan terbaru menghantam kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah.
Militer Israel pada Minggu mengeluarkan perintah evakuasi paksa lainnya, menargetkan orang-orang yang tinggal di blok-blok pemukiman di bagian utara kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Warga diberitahu bahwa mereka akan menghadapi risiko dibunuh jika tidak meninggalkan daerah tersebut.
Pertahanan Sipil Gaza mengumumkan pada Minggu bahwa tentara Israel telah membunuh sedikitnya 70 anak-anak di daerah kantong tersebut dalam lima hari terakhir saja.
Peningkatan serangan Israel terjadi ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memberikan wewenang kepada kepala badan mata-mata dan keamanan Mossad dan Shin Bet untuk melakukan perjalanan ke Qatar bersama dengan perwakilan tinggi lainnya untuk memajukan negosiasi mengenai pembebasan tawanan yang ditahan di Gaza dan para tahanan Palestina.
Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Netanyahu pada hari Minggu, kata Gedung Putih, ketika para pejabat AS mencoba untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata Gaza dan sandera Israel sebelum Biden meninggalkan jabatannya pada 20 Januari.
Biden "menekankan perlunya gencatan senjata di Gaza dan pemulangan para sandera dengan lonjakan bantuan kemanusiaan yang dimungkinkan oleh penghentian pertempuran di bawah kesepakatan tersebut," kata pernyataan itu.
Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan kepada program State of the Union di CNN pada hari Minggu bahwa kedua belah pihak "sangat, sangat dekat" untuk mencapai kesepakatan, tetapi masih harus menyelesaikannya.
Namun, para pemimpin Israel telah menekankan bahwa perang tidak akan berakhir meskipun kesepakatan tercapai, dan bahwa mereka akan mempertahankan kontrol militer atas daerah kantong tersebut, bahkan ketika mereka terus menduduki Tepi Barat, sebagian besar wilayah Suriah, dan daerah-daerah di Lebanon selatan.
Meskipun ada demonstrasi besar-besaran lain yang menentang pemerintah Israel dan mendukung kesepakatan di Tel Aviv pada Sabtu malam, para menteri sayap kanan dalam pemerintahan tetap menentang.
Netanyahu, Minggu, berusaha keras untuk memastikan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir tidak mengancam stabilitas koalisi yang berkuasa dengan meninggalkannya jika terjadi kesepakatan.
Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza masih tetap mengerikan, karena militer Israel terus memblokir sebagian besar bantuan yang masuk dan menciptakan situasi yang tidak aman yang memungkinkan terjadinya penjarahan bersenjata terhadap konvoi-konvoi bantuan.
Ribuan keluarga terpaksa bertahan di tempat terbuka atau meringkuk di tenda-tenda bobrok di tengah kondisi kelaparan di seluruh Gaza, sementara pasukan Israel terus menyerang rumah sakit dan memerintahkan mereka untuk mengungsi.
Menurut Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), hampir semua dari 1,1 juta anak Gaza membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial di tengah pemboman Israel yang sedang berlangsung, pengungsian yang terus menerus, dan kondisi kehidupan yang sangat buruk di tengah musim dingin.
PBB memperkirakan setidaknya 19.000 anak Palestina menjadi yatim piatu sejak dimulainya perang di Gaza yang kini telah memasuki bulan ke-16.
Sedikitnya 203 jurnalis telah dibunuh oleh militer Israel sejak dimulainya perang, termasuk beberapa di tahun baru ini.
Israel telah menewaskan sedikitnya 46.565 warga Palestina dan melukai 109.660 orang sejauh ini, dengan 28 orang terbunuh dalam satu hari terakhir, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Minggu.