Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Alhamdulillah buat awacs

Senat a.s mengabulkan rencana presiden ronald reagan tentang penjualan perlengkapan militer kepada arab saudi, a.l: 5 pesawat awacs. israel berusaha mencampuri, tapi gagal.

7 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERIMA kasih Tuhan," kata Presiden Ronald Reagan, menyambut hasil pemungutan suara di Senat. Sidang yang dihadiri 100 senator itu menyetujui rencana penjualan peralatan militer, 62 pesawat tempur F-15 Eagle dan lima pesawat Airborne Warning and Control System (AWACS) kepada Arab Saudi. Reagan -- yang. mengikuti sidang dari Ruang Oval, Gedung Putih--mendapat dukungan 52 suara. Sedang 48 menentang rencana Presiden Amerika Serikat itu yang sangat kontroversial. Reagan memang patut bersyukur. Sebelum sidang terakhir Senat, 28 Oktober sore, kebijaksanaan luar negerinya-menjual perlengkapan perai seharga US$ 8,5 milyar kepada Arab Saudi-masih terancam. Sebab 52 suara menentang, 46 setuju dan 2 blanko. Staf Gedung Putih kemudian melakukan lobby secara luar biasa dengan para senator. Satu hari menjelang pemungutan suara lima senator, yang semula menentang ataupun ragu-ragu, berhasil diyakinkan Reagan untuk memihak padanya. "Presiden telah melakukan kerja yang luar biasa," kata Senator Howard Baker, pemimpin mayoritas (Republik) di Senat. Arab Saudi memesan peralatan militer mutakhir dari AS sejak zaman Presiden Jimmy Carter -- pendahulu Reagan. Tapi berkat permainan Lobi Yahudi, pimpinan Rabi Alexander Schindler, dan desakan Perdana Menteri Israel Menachem Begin, persetujuan Kongres AS tak gampang diperoleh. Reagan yang belajar dari pengalaman Carter dalam saat terakhir terpaksa mengancam "tangan asing" (maksudnya: Israel) agar tidak mencampuri masalah dalam negeri AS. Ia berhasil. Reagan telah mempertaruhkan segalanya dalam mendapatkan dukungan Senat itu. Semua House of Representatives memutuskan menolaknya. Jika Senat menolaknya pula, kredibilitas Reagan di luar negeri akan jatuh. Apalagi Inggris sudah menawarkan pesawat radar Nimrod kepada Saudi. Sekaran ensi Reaan terangkat kembali. Di Riyadh, ibukota Saudi, massa turun ke jalan menyambut keputusan final Senat AS itu. "Allahu Akbar. Allahu Akbar," pekik mereka. Menurut Menteri Pertahanan 'Pangeran Sultan bin Abdul Aziz, Saudi sudah lama menunggu keputusan itu dengan hati berdebar. Tahun 1985, saat pengiriman AWACS, Saudi akan memiliki perlengkapan perang paling mutakhir di Timur Tengah. Di Jerusalem, ibukota Israel, sambutan sebaliknya. PM Begin menyebut perlengkapan militer mutakhir untuk Saudi itu akan mengancam keamanan Israel. Israel khawatir kalau hasil pengamatan AWACS nanti disampaikan kepada Jordania, yang diduga akan meneruskannya pula kepada Irak, yang selalu ramai dengan Israel. "Israel tidak usah cemas mengenai itu," kata Reagan. Israel memang tak perlu cemas berle bihan. Dalam suramya kepada Senat Reagan menyebutkan bahwa AS akar ikut dalam setiap operasi AWACS yang dibeli Saudi sampai tahun 1990-an. "Pemerintah Saudi sudah setuju," ujar Reagan. Pembatasan lain menyangkut penjualan AWACS, bertujuan menenteramkan Israel, adalah: * AS diberi hak mengawasi semua peralatan AWACS. * Pengaturan pengamanan akan melibatkan tenaga AS. * Saudi harus berjanji tidak akan membiarkan pihak ketiga melakukan pemeliharaan atau mengadakan perubahan apapun menyangkut AWACS atau mendapat keterangan dari semua informasi yang dikumpulkan pesawat radar mutakhir itu. * Semua peralatan komputer AWACS akan tetap menjadi milik AS. * AS berhak memperoleh semua informasi yang dikumpulkan AWACS. * Kelima pesawat AWACS itu diperbolehkan beroperasi di wilayah Saudi saja. Ternyata Lolos Dulu sebagian syarat di atas ditolak Saudi. Namun Saudi membutuhkan AWACS "untuk melindungi wilayahnya, terutama ladang-ladang minyak, dari kemungkinan serangan musuh tiba-tiba," kata seorang pejabat Departemen Pertahanan AS. Waktu perang Irak-Iran meletus, September 1980, AS memirjamkan empat pesawat AWACS kepada Saudi guna memonitor perkembangan di negeri tetangganya itu demi keamanan dalam negeri. Israel punya pandangan berbeda. Musuh Saudi, menurut mereka, bukan dari luar, tapi justru dari dalam negeri sendiri. Pendapat lain, dan lebih masuk akal, adalah bahwa Saudi membeli AWACS cuma untuk membuktikan sejauh mana AS bisa dipegang dan dijadikan sahabat. Ternyata AS "lolos" dari ujian itu. Pengiriman paket US$8,5 milyar tersebut masih menunggu empat tahun lagi. Pesawat AWACS yang dibuat perusahaan Boeing itu berharga US$ 127 juta per buah. Radarnya punya kemampuan luar biasa, dapat mendeteksi ancaman udara dari radius 320 km dan ketinggian 9 km, dibanding dengan radar darat cuma sampai kejauhan 3Z km. Mampu pula AWACS bertahan di udara selama 10 sampai 12 jam tanpa pesawat mengisi bahan bakar. Yang tak bisa ditangkapnya cuma gerakan tank. Jumlah personil AS akan bertambah di Saudi guna mempersiapkan pembangunan jalan, pangkalan, dan sarana militer lainnya yang diperlukan untuk pesawat tempur F-15 Eagle dan pesawat AWACS. Sudah ada di Saudi sekitar 45. 000 warga AS--2.000 di antaranya personil militer. Segera akan tiba 500 lagi teknisi AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus