Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Amerika Waspada Ebola

Setelah tiga orang terinfeksi, Amerika Serikat mengerahkan daya untuk memberantas dan menangkal ebola. Berbagai elemen bergerak.

27 Oktober 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para orang tua melarang anak-anaknya masuk sekolah di sebuah sekolah menengah di Hazlehurst, Mississippi, Amerika Serikat, karena sang kepala sekolah baru mengunjungi Afrika. Sebuah sekolah menengah di Oregon membatalkan kunjungan sembilan murid dari Afrika meski tak satu pun dari mereka berasal dari negara terjangkit ebola.

Di Universitas Syracuse, jurnalis foto pemenang Hadiah Pulitzer, yang seharusnya jadi pembicara tentang kesehatan publik, dilarang masuk kampus setelah ketahuan baru bekerja di Liberia, negara di Afrika yang terkena wabah ebola sejak Maret lalu. Sedangkan sebuah gedung perkantoran di Brecksville, Ohio, yang memiliki seribu pekerja, ditutup karena khawatir pekerjanya terpapar ebola.

Demikian sebagian potret kepanikan warga Amerika akibat merebaknya wabah virus yang menyerang pembuluh darah bagian dalam dan berujung pada kegagalan fungsi hati dan ginjal itu. Sudah tiga orang terinfeksi ebola di tanah Amerika. Thomas Eric Duncan, warga Liberia, meninggal di Dallas, Texas. Sedangkan dua perawat yang mengurusnya, Nina Pham dan Amber Vinson, tengah dikarantina.

Menurut Briana Aguirre, tenaga medis yang ikut merawat Duncan di Texas Presbyterian Hospital, penanganan terhadap Duncan tidak memadai. Pasien harus menunggu tiga jam sebelum dibawa ke ruang isolasi meski telah dicurigai terinfeksi virus mematikan itu. Tiga hari sebelumnya, Duncan, yang terserang demam, sudah datang ke unit gawat darurat. Tapi ia justru dikirim pulang berbekal antibiotik. Menurut Aguirre, dokter menunggu berjam-jam untuk menelepon Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) guna meminta bimbingan. Selain itu, "Ia berada dalam ruangan tertutup, tapi staf yang merawatnya juga merawat orang lain," kata Aguirre.

Presiden Barack Obama pun menjadikan penanganan dan pemberantasan ebola sebagai prioritas keamanan nasional. Pada September lalu, pemerintah Amerika mengucurkan US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun untuk membeli peralatan pelindung, membiayai laboratorium berjalan, untuk bantuan logistik, dan mendukung pekerja kesehatan.

Personel CDC juga diterjunkan ke negara terjangkit: Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. Institut Kesehatan Nasional digerakkan untuk mengembangkan investigasi vaksin, antivirus, ataupun pengobatan ebola. Adapun Kementerian Luar Negeri menyebarkan edukasi publik lewat televisi, radio, poster, hingga lagu, di tiga negara Afrika Barat tadi, terkait dengan pencegahan dan penanganan ebola.

Obama menunjuk Ron Klain sebagai koor­dinator khusus penanganan ebola di dalam negeri. Mantan pejabat kampanye Partai Demokrat dan mantan kepala staf Wakil Presiden Joe Biden ini bertugas mengatur upaya negara-negara bagian dalam mengawasi dan mengendalikan penyebaran ebola.

Pentagon pun turun tangan. Kementerian Pertahanan ini membentuk tim respons domestik beranggotakan 30 ahli medis yang dapat langsung diterjunkan ke wilayah terjangkit ebola di Amerika. Menurut juru bicara Pentagon, John Kirby, militer membentuk tim gerak cepat yang terdiri atas 5 pelatih dan 20 perawat akan dilatih di Fort Sam Houston, San Antonio, mulai paruh kedua Oktober. "Untuk meyakinkan bangsa kita siap merespons kasus ebola dengan cepat, efektif, dan aman," ujarnya.

Kalangan swasta juga turun tangan. Yayasan Bill dan Melinda Gates, misalnya, menyumbang US$ 50 juta. Yayasan Paul Allen, sesama pendiri Microsoft, menyetor US$ 26,5 juta. Sedangkan CEO Facebook Mark Zuckerberg dan istrinya, Priscilla Chan, menyuntikkan US$ 25 juta. Semua dana ditujukan ke CDC, Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan Dana Amerika Serikat untuk UNICEF.

Di luar itu, Obama berusaha menenangkan hati rakyatnya. Menurut dia, ebola tidak mewabah di Amerika dan tak perlu mengisolasi diri dari Afrika Barat. Dia meyakinkan penularan si virus mematikan tak secepat flu. "Saya bertemu dan memeluk dokter serta perawat yang menangani pasien ebola. Saya bertemu dengan pasien ebola yang sembuh di Kantor Oval (Gedung Putih). Dan saya baik-baik saja."

Washington Post, TIME, New York Times, whitehouse.gov, state.gov

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus