Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Anwar Ibrahim Perdana Menteri Malaysia ke-10, Ini Profil PM Malaysia Pertama Tunku Abdul Rahman

Anwar Ibrahim dilantik Perdana Menteri Malaysia ke-10. Ini kisah PM malaysia pertama Tunku Abdul Rahman yang berada di balik kemerdekaan Singapura.

25 November 2022 | 15.56 WIB

Tunku Abdul Rahman. Foto : Famousbio.net
Perbesar
Tunku Abdul Rahman. Foto : Famousbio.net

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Anwar Ibrahim resmi diangkat dan dilantik jadi Perdana Menteri Malaysia. Anggota DPR dari Tambun itu mengambil sumpah jabatan di hadapan raja di Istana Negara Malaysia pada Kamis, 24 November 2022. Dia menjadi PM ke-10.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Lalu siapa yang pertama? PM Malaysia pertama adalah Tunku Abdul Rahman. Berikut profil Tunku Abdul Rahman, Perdana Menteri Pertama Malaysia, disarikan dari berbagai sumber.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca: Anwar Ibrahim Tepati Janji, Tak Mau Ambil Gaji sebagai PM Malaysia

Profil Perdana Menteri Pertama Malaysia Tunku Abdul Rahman

Tunku Abdul Rahman atau lengkapnya Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj ibni Almarhum Sultan Abdul Hamid Halim Shah merupakan negarawan Malaysia. Selain dikenal sebagai PM Pertama Malaysia, sosok kelahiran 8 Februari 1903 ini juga diakui Bapak Proklamator atau Bapak Malaysia. Dia menjabat sebagai PM Malaysia dari 31 Agustus 1957 hingga 22 September 1970. Sebelum itu, Tunku Abdul Rahman merupakan Ketua Menteri Federasi Malaya dari 1955 sampai 1957.

Gelar Tunku yang disematkan di nama Abdul Rahman merupakan gelar kehormatan yang digunakan untuk keturunan raja atau sultan. Dia memang keturunan raja. Tunku Abdul Rahman adalah adik tiri Sultan Kedah ke-27, Sultan Badlishah. Dilahirkan di Istana Tiga Tingkat, Alor Setar, Kedah (kini wilayah Thailand) yang lebih dikenal sebagai Istana Pelamin. Ibunya, Cik Menyelara, istri Sultan Abdul Hamid yang tidak berdarah gahara, adalah anak perempuan seorang pejabat daerah Thailand bernama Luang Naraborirak.

Tunku Abdul Rahman merupakan anak lelaki ketujuh dan anak kedua puluh pada Sultan Abdul Hamid Halim Shah. Kelahirannya disambut secara biasa saja karena bukan bakal pengganti Sultan Kedah. Saat kecil, dia dipanggil Awang karena rupa parasnya yang tidak serupawan adik-beradiknya yang lain. Tunku Abdul Rahman kecil bebas bermain di luar istana dan pernah membentuk tim sepak bola di desanya. Meskipun lahir di istana, dia biasa menghabiskan waktu dengan berburu burung atau bermain lumpur, sehingga menderita penyakit puru di kakinya.

Tunku Abdul Rahman mulai mengenyam pendidikan di sebuah sekolah dasar Melayu di Jalan Baru, Alor Setar pada 1909. Sehari-hari dia menggunakan bahasa Siam di rumah, dan baru belajar bahasa Melayu ketika di sekolah. Dia juga belajar Bahasa Inggris dengan mendatangkan seorang guru ke rumah. Tunku Abdul Rahman kemudian pindah ke sekolah pemerintah Bahasa Inggris, kini disebut Kolej Sultan Abdul Hamid. Di sana dia belajar pada waktu siang dan membaca Al-Quran pada waktu petang.

Meski tak istimewa di mata keluarga, Tunku Abdul Rahman dewasa adalah orang yang berpengaruh bagi berdirinya Malaysia. Dialah yang mengusulkan pembentukan federasi dari negara-negara bagian seperti Federasi Malaya, Singapura, Sabah, Sarawak, dan Brunei. Usul itu disampaikannya saat berpidato di Asosiasi Koresponden Asing Asia Tenggara di Singapura pada 1964. Ide Tunku Abdul Rahman berhasil diwujudkan setelah seluruh negara bagian, kecuali Brunei, secara resmi digabungkan pada 16 September 1963.

Tunku Abdul Rahman pulalah sosok di balik kemerdekaan Singapura. Saat itu berkembang isu rasial di mana Singapura menyumbang 40 persen persentase penduduk Malaysia. Hal ini memicu Tunku Abdul Rahman untuk menuntut agar Singapura dikeluarkan secara permanen dari Federasi Malaysia. Pada 7 Agustus 1965, Tunku Abdul Rahman mengumumkan dalam Parlemen Malaysia di Kuala Lumpur bahwa Singapura dikeluarkan dari federasi dan memisahkan diri, serta menjadikan Singapura sebagai negara yang merdeka pada 9 Agustus 1965.

Seiring berjalannya waktu, kekuasaan Tunku Abdul Rahman sebagai PM Malaysia semakin terguncang, hingga akhirnya pada 22 September 1970 ia terpaksa mengundurkan diri. Jabatan itu kemudian diserahkan kepada Abdul Razak Hussein. Tunku Abdul Rahman meninggal pada 6 Desember 1990.

HENDRIK KHOIRUL MUHID 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus