Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Amerika Serikat memperingatkan sejak dini kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina.
Rusia menggunakan dalih melindungi Luhanks dan Donets untuk operasi militer ke Ukraina.
Rusia terancam oleh rencana Ukraina bergabung dengan NATO.
SELAMA November-Desember 2021, sekitar 190 ribu tentara Rusia ditempatkan di dekat perbatasan Rusia-Ukraina. Intelijen Amerika Serikat memperingatkan kemungkinan invasi Rusia ke negara tetangganya pada awal 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rusia membantahnya dan mengklaim itu bagian dari latihan militer dengan Belarus. “Kami tidak akan ke Ukraina,” ujar Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, kepada Tempo pada 27 Desember 2021. Nyatanya, pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ukraina dulu bagian dari Uni Soviet. Saat Uni Soviet bubar pada 1991 dan menjadi Federasi Rusia, Ukraina memisahkan diri. Hubungan kedua negara mengalami pasang-surut, terutama berhubungan dengan sikap pemerintah Ukraina terhadap Eropa dan Rusia.
Pada 2008, Ukraina mengajukan diri untuk menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Rusia keberatan karena, bila Ukraina bergabung dengan NATO, secara efektif Rusia dikepung oleh negara-negara anggota aliansi militer pimpinan Amerika Serikat itu. Moskow khawatir NATO akan menempatkan pasukan dan persenjataan di negara-negara tersebut.
Viktor Yanukovych, yang menjadi presiden pada 2010, membelokkan arah angin ke timur. Dia malah meneken kerja sama dengan Uni Ekonomi Eurasia, serikat ekonomi negara-negara bekas Uni Soviet, ketimbang perjanjian dengan Uni Eropa. Protes pun pecah dan lebih dari 100 orang tewas dalam Revolusi Maidan pada Februari 2014.
Parlemen menggusur Yanukovych dan menggelar pemilihan umum, yang dimenangi Petro Poroshenko, yang mendekatkan kembali Ukraina ke Uni Eropa. Rusia menganggap tindakan itu sebagai kudeta terhadap Yanukovych. Protes meluas, baik yang mendukung maupun menentang Revolusi Maidan, di Ukraina timur dan selatan.
Di tengah krisis itu, Rusia mencaplok Krimea pada Maret 2014, yang memicu kecaman dan sanksi dari Amerika Serikat dan Eropa. Negara bagian Donetsk dan Luhansk juga memisahkan diri yang memicu Perang Donbas dan menewaskan sekitar 13 ribu tentara dan warga sipil.
Pada 2021, dengan alasan merasa terancam oleh NATO yang makin mendekati perbatasannya, Rusia meminta “jaminan keamanan”, termasuk komitmen NATO untuk tidak menerima keanggotaan Ukraina. Menurut Lyudmila, Ukraina memiliki perbatasan 2.000 kilometer dengan Rusia. Jika rudal NATO ada di perbatasan, hanya butuh tiga menit untuk bisa menghantam Moskow. Rusia merasa aspirasinya tak didengarkan. Alasan menyerang Ukraina, kata Lyudmila, adalah membantu rakyat Luhansk dan Donetsk serta melakukan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.
Apa yang dilakukan Rusia ini sama seperti saat Presiden Vladimir Putin menyerang Georgia pada 2008. Rusia pada mulanya mengakui kelompok pemberontak yang mendirikan Republik Ossetia Selatan dan Abkhazia di Georgia sebelum masuk ke negara itu. Rusia juga melakukan hal yang sama terhadap Ukraina dengan lebih dulu mendukung kelompok separatis di Luhansk dan Donetsk.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, mengatakan NATO tidak pernah berjanji akan menerima Ukraina sebagai anggota. “Ukraina juga tidak menyerang Rusia,” tuturnya kepada Tempo, Sabtu, 16 April lalu. Dia menyebut dalih Rusia itu sebagai omong kosong. Lebih dari itu, kata dia, “Tidak ada yang bisa membenarkan perang dan membunuhi warga sipil.”
Hamianin mengatakan tujuan akhir Putin adalah menghapus Ukraina dari peta dunia, membunuh warganya, dan mengambil semua wilayahnya. “Mengapa Rusia menginvasi Ukraina? Jawabannya sederhana, untuk membangun kembali kekaisaran Uni Soviet,” ucapnya. Hamianin mengingatkan pada pidato Putin dalam Konferensi Keamanan Munich pada 2007 yang mengatakan bahwa bencana geopolitik terbesar abad ke-20 adalah runtuhnya Uni Soviet, bukan perang dunia atau Nazi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo