Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Serangan roket mematikan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel telah menambah kekhawatiran bahwa Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon dapat terseret ke dalam perang skala penuh. Hizbullah adalah kelompok bersenjata Lebanon yang didukung Iran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Israel mengatakan pada hari Minggu, 28 Juli 2024, bahwa mereka akan menyerang Hizbullah dengan keras. Israel menuduh Hizbullah telah membunuh 12 anak-anak dan remaja dalam serangan roket di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan di Majdal Shams. Ini adalah serangan paling mematikan di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel sejak perang dengan Hamas meletus pada 7 Oktober 2023.
Berikut ini adalah latar belakang permusuhan antara Israel dan Hizbullah:
Mengapa Berperang?
Hizbullah mulai saling tembak dengan Israel pada 8 Oktober, sehari setelah kelompok militan Palestina Hamas menyerang masyarakat di Israel selatan dan memicu perang Gaza. Hizbullah, sekutu Hamas, mengatakan serangannya bertujuan untuk mendukung warga Palestina yang berada di bawah pemboman Israel di Gaza.
Perang Gaza telah menarik militan yang didukung Iran di seluruh wilayah tersebut. Hizbullah secara luas dianggap sebagai anggota paling kuat dari jaringan yang didukung Iran, yang dikenal sebagai Poros Perlawanan.
Hizbullah telah berulang kali mengatakan pihaknya tidak akan menghentikan serangannya terhadap Israel kecuali gencatan senjata di Gaza diberlakukan.
Meski terkait dengan Gaza, konflik tersebut memiliki dinamikanya sendiri. Israel dan Hizbullah telah berperang berkali-kali, terakhir pada 2006.
Israel telah lama memandang Hizbullah sebagai ancaman terbesar di perbatasannya dan sangat khawatir dengan meningkatnya jumlah persenjataan serta pijakan yang telah dibangunnya di Suriah.
Ideologi Hizbullah sebagian besar ditentukan oleh konflik dengan Israel. Hizbullah didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada 1982 untuk melawan pasukan Israel yang telah menginvasi Lebanon tahun itu. Hizbullah melancarkan perang gerilya selama bertahun-tahun yang menyebabkan Israel menarik diri dari Lebanon selatan pada tahun 2000.
Hizbullah menganggap Israel sebagai negara tidak sah yang didirikan di tanah Palestina yang diduduki dan ingin melihatnya hilang.
Bagaimana dampak Konflik Israel Hizbullah?
Konflik saat ini telah memakan korban di kedua belah pihak. Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka di kedua sisi perbatasan. Serangan udara Israel telah menghantam wilayah tempat Hizbullah beroperasi di Lebanon selatan dan menghantam Lembah Bekaa di dekat perbatasan Suriah.
Israel juga kadang-kadang menyerang tempat lain, terutama yang menewaskan seorang komandan senior Hamas di Beirut pada tanggal 2 Januari.
Serangan Israel telah menewaskan sekitar 350 pejuang Hizbullah di Lebanon dan lebih dari 100 warga sipil, termasuk petugas medis, anak-anak dan jurnalis, menurut sumber keamanan dan medis serta penghitungan Reuters mengenai pemberitahuan kematian yang dikeluarkan oleh Hizbullah.
Militer Israel mengatakan setelah serangan hari Sabtu jumlah korban tewas di kalangan warga sipil yang tewas dalam serangan Hizbullah telah meningkat menjadi 23 orang sejak Oktober, bersama dengan sedikitnya 17 tentara. Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan hari Sabtu itu.
Di Israel, pengungsian banyak warga Israel merupakan masalah politik yang besar. Para pejabat berharap mereka dapat pulang untuk tahun ajaran yang dimulai pada tanggal 1 September, tetapi hal itu tampaknya semakin tidak mungkin karena kebuntuan terus berlanjut.
Apakah Perang Bisa Memburuk?
Meskipun konflik Israel Hizbullah sangat hebat, hal ini masih dianggap sebagai konfrontasi yang relatif terkendali. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan pada bulan Desember bahwa Beirut akan berubah "menjadi Gaza" jika Hizbullah memulai perang habis-habisan.
Hizbullah sebelumnya telah memberi isyarat pihaknya tidak bermaksud memperluas konflik sementara juga mengatakan pihaknya siap untuk berperang melawan apa pun yang dipaksakan kepadanya dan memperingatkan bahwa sejauh ini pihaknya hanya menggunakan sebagian kecil dari kemampuannya.
Setiap langkah Israel untuk memperluas konflik akan berujung pada "kehancuran, penghancuran, dan pengungsian" di Israel, kata wakil pemimpin Hizbullah Sheikh Naim Qassem dalam wawancara dengan Al Jazeera pada bulan Juni.
Perang-perang masa lalu telah menimbulkan kerusakan besar. Pada tahun 2006, serangan Israel menghancurkan sebagian besar wilayah pinggiran selatan Beirut yang dikuasai Hizbullah, melumpuhkan bandara Beirut, dan menghantam jalan, jembatan, serta infrastruktur lainnya. Hampir 1 juta orang di Lebanon mengungsi dari rumah mereka.
Di Israel, dampaknya meliputi 300.000 orang meninggalkan rumah mereka untuk menghindari roket Hizbullah dan sekitar 2.000 rumah hancur.
Hizbullah memiliki persenjataan yang jauh lebih besar daripada tahun 2006, termasuk roket yang dikatakannya dapat menyerang seluruh wilayah Israel.
Iran telah menunjukkan kemajuan dalam persenjataannya sejak Oktober, dengan menembak jatuh pesawat tak berawak Israel, meluncurkan pesawat tak berawak peledaknya sendiri ke Israel, dan menembakkan rudal berpemandu yang lebih canggih.
Pasukan Israel telah menginvasi Lebanon beberapa kali di masa lalu, bahkan mencapai Beirut dalam invasi tahun 1982 yang bertujuan untuk menghancurkan gerilyawan Palestina yang berbasis di Lebanon.
REUTERS
Pilihan editor: Donald Trump Remehkan Kamala Harris, Sebut IQ Rendah