Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Begini Cerita Tentara Irak Buru Milisi ISIS Pembunuh Ayahnya

Tentara Irak ini mengklaim telah membunuh satu dari orang anggota ISIS yang membunuh ayahnya

23 Juli 2017 | 09.44 WIB

Anggota tentara Irak berjalan didepan reruntuhan Masjid Agung al-Nuri di Mosul, Irak, 2 Juli 2017. Militan ISIS menempelkan peledak pada dinding dan menara masjdi agung yang didirikan pada 850 tahun lalu. REUTERS/Erik De Castro
Perbesar
Anggota tentara Irak berjalan didepan reruntuhan Masjid Agung al-Nuri di Mosul, Irak, 2 Juli 2017. Militan ISIS menempelkan peledak pada dinding dan menara masjdi agung yang didirikan pada 850 tahun lalu. REUTERS/Erik De Castro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Mosul— Bagi seorang tentara angkatan darat Irak berpangkat letnan ini, operasi militer untuk merebut Kota Mosul dari tangan ISIS bukan sekadar tugas.

Sang letnan menganggap operasi militer ini sekaligus sebagai misi pribadi untuk menuntaskan dendamnya kepada kelompok militan itu.

Selama tiga tahun, sang letnan memburu dua anggota ISIS yang dia yakini sebagai pembunuh ayah kandungnya.

Sepanjang perburuannya, sang letnan sudah membunuh sejumlah anggota ISIS yang ditawan setelah menginterogasi mereka. Sang letnan mengakui semua pembunuhan yang dilakukan tanpa rasa penyesalan sedikit pun.


Baca: Sadis, Milisi ISIS Dilempar ke Jurang di Irak

Sang letnan berjanji, jika dia menemukan kedua orang itu maka dia menjanjikan "kematian yang perlahan" hingga mereka memberi tahu di mana jenazah sang ayah dikuburkan.

Setelahnya, sang letnan berjanji akan menggantung mayat kedua orang itu di desa tempat ayahnya terbunuh.

Sang letnan, yang tak mau memberikan namanya itu, mengatakan, ayahnya adalah seorang perwira angkatan darat yang memerangi Al Qaeda pada 2007.

Setelah ISIS menduduki desa tempat ayahnya tinggal di sebelah selatan kota Mosul, suku-suku yang dulu diusir militer karena terkait Al Qaeda kembali dan digunakan ISIS untuk menguasai desa itu.

"Dua orang menangkap ayah saya saat dia berada di luar rumah. Keduanya adalah mereka yang sebelumnya diusir karena terkait Al Qaeda," kata sang letnan.

Saat itu, sang letnan sedang bertugas di tempat lain dan kabar buruk tersebut diperolehnya dari para tetangga yang juga memberi tahu identitas pembunuh sang ayah.

Anggota ISIS juga membunuh paman sang letnan serta puluhan kawan dan kerabatnya di desa itu. Namun hingga kini kuburan ayahnya belum ditemukan.

Letnan itu kemudian menyimpan foto lama kedua anggota ISIS tersebut di telepon genggamnya. Dan beberapa tentara lain ikut membantu mencari kedua anggota ISIS tersebut.

Saat pasukan Irak merebut desa kampung halaman sang letnan, dia kemudian mulai menginterogasi para tawanan ISIS.

"Saya hanya bertanya kepada sebagian besar dari mereka. Namun, bagi mereka memiliki darah di tangannya saya bunuh saat itu juga," ujarnya tanpa penyesalan.

Sang letnan mengklaim sudah membunuh lebih dari 40 anggota ISIS, baik dalam pertempuran atau usai interogasi.

"Sebagian besar dari mereka memang tak terkait kematian keluarga saya. Namun, saya bukan orang egois, saya juga membalaskan dendam warga lain Irak," kata dia.

Saat operasi merebut Mosul berlangsung, sang letnan mendengar kabar bahwa salah seorang buruannya berada di kota Tal Afar, di sebelah barat Mosul.

Dan saat pasukan Irak masuk ke Kota Tua Mosul, dia mendapat informasi soal salah seorang buruannya yang lain.

"Kolega saya, seorang perwira intelijen, menahan dia di desa saya. Saya katakan kepada dia, untuk menjaga dia karena saya akan datang," kata dia.

Orang yang ditahan itu adalah paman dari target kedua sang letnan. Pria itu ditinggal sendiri bersama sang letnan di sebuah ruangan kosong.

"Saya tidak menyiksanya. Saya bahkan melepas borgol plastik di tangannya dan memberinya minum," kenang dia.

"Dia memohon agar tak dibunuh saat saya menginterogasi dia. Dia begitu ketakutan hingga dia tak bisa berdiri," lanjut dia.

Pria itu kemudian memberitahu sang letnan bahwa buruannya masih hidup dan berada di Kota Tua Mosul.

"Setelah dia memberikan keterangan, saya kirim dia ke neraka.”

Sang letnan mengaku kurang suka dengan ide membawa para anggota ISIS itu ke pengadilan, karena tersangka bisa menyuap aparat agar kembali bebas.


Baca: ISIS Membunuh 17 Tentara Irak di Mosul

"Saya tahu beberapa orang mengatakan pembunuhan semacam ini tak benar, tapi mereka adalah ISIS, mereka bukan manusia. Saya adalah salah satu yang masih punya rasa kemanusiaan," ujarnya.

"Saya harap bisa menemukan buruan saya yang kedua hidup-hidup. Sebab, saya akan memastikan dia tak akan mati dengan cepat sebelum memberitahu di mana jenazah ayah saya dikubur," dia menegaskan.

Luapan dendam seperti itu mewarnai operasi militer Irak menghadapi ISIS. Rasa dendam itu yang memicu banyaknya pembunuhan ekstra judisial terhadap terduga anggota ISIS.

Salah satunya adalah ketika tentara Irak melemparkan para tersangka anggota ISIS dari tebing Sungai Tigris.

BUSINESS INSIDER | AP | SITA PLANASARI AQUADINI


 


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sita Planasari

Sita Planasari

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus