Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Raja Abdullah II dari Yordania menegaskan bahwa serangan Israel di Gaza harus segera dihentikan. Pernyataan itu disampaikannya selama pertemuan puncak dengan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Kairo, Mesir, pada Senin, 7 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari Arab News, para pemimpin itu mendesak masyarakat internasional untuk mengadvokasi upaya penyelesaian perang di Gaza. Mereka juga mendorong pemulihan perjanjian gencatan senjata dan ingin memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke daerah kantong pesisir Palestina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut laporan kantor berita Petra, Raja Abdullah mengatakan bahwa serangan Israel di Gaza merusak semua upaya diplomatik dan kemanusiaan untuk menyelesaikan krisis dan berisiko menyeret seluruh Timur Tengah ke dalam kekacauan. Dia menekankan perlunya solusi politik berdasarkan solusi dua negara, yang akan memastikan keamanan dan stabilitas bagi Palestina dan Israel.
Raja Abdullah juga menekankan bahwa Yordania menentang pemindahan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Dia turut mengecam tindakan sepihak Israel dan serangan terhadap tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Yerusalem.
Adapun delegasi Yordania yang hadir meliputi Menteri Luar Negeri dan Urusan Ekspatriat Ayman Safadi, Direktur Kantor Raja Alaa Batayneh, dan Duta Besar untuk Kairo Amjad Al-Adaileh.
Raja Abdullah dan El-Sisi menyambut baik dukungan Prancis untuk menyelesaikan masalah Palestina. Mereka menyoroti perlunya kerja sama internasional, terutama dari negara-negara Uni Eropa, termasuk Prancis, untuk membantu rekonstruksi Gaza.
Setelah tiba di Kairo pada Ahad, 6 April 2025, Macron dijadwalkan melakukan perjalanan ke Al-Arish, 50 kilometer dari Jalur Gaza, pada Selasa, 8 April 2025 untuk bertemu dengan otoritas kemanusiaan dan keamanan, dan mendorong gencatan senjata.
Pada hari Senin, Macron menyatakan penentangan keras terhadap pemindahan atau aneksasi apa pun di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel.
Raja Abdullah, El-Sisi, dan Macron menyoroti perlunya solusi politik untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, yang bertujuan untuk perdamaian abadi.