Sama sekali tidak ada alasan untuk optimis secara berlebihan,
tapi juga tidak ada alasan untuk putus asa.
-- Presiden Carter 4 September 1978
DILINGKARI oleh dua lapis pagar yang dialiri listrik, dipatroli
secara rapi oleh pasukan marinir dan ranger, Camp David
betul-betul merupakan tempat yang ideal bagi pertemuan penting
yang bermula pada tanggal 5 September yang lalu.
Dari dalam tempat peristirahatan kepresidenan itu dilaporkan
terciptanya suasana santai antara Presiden Carter (tuan rumah),
Perdana Menteri Begin dan Presiden Sadat. Pertemuan yang
berlangsung atas prakarsa Carter ini diharapkan oleh Washington
akan merupakan jalan keluar bagi kebuntuan perundingan damai dan
langsung antara Mesir dan Israel yang dimulai oleh Sadat di
Yerussalem Nopember tahun silam.
Sampai awal pekan ini, dari dalam ruang pertemuan penting itu
masih belum juga terdengar sesuatu kesepakatan. Para wartawan
--yang berada 7 mil dari tempat pertemuan -- tidak berhasil
mendapatkan bocoran. Sumber terbuka satu-satunya adalah Judy
Powell, juru bicara resmi untuk pertemuan itu. Dan keterangan
penting satu-satunya dari Powell pekan silam adalah. "Presiden
Carter adalah peserta aktif dalam pertemuan ini."
Sudah itu, sidang ditunda selama 3 hari, dengan alasan yang
sama: untuk beribadah. Tanggal 8, hari Jumat bagi Sadat. Tanggal
9 hari Sabbath bagi Begin. Tanggal 10 hari Minggu bagi Carter.
Perkampungan Yahudi
Tapi pernyataan singkat Powell itu menjadi amat menarik karena
ternyata hasrat Sadat agar Carter menjadi peserta aktif dan
tidak hanya sekedar "perantara" -- sebagai yang diingini oleh
Begin --telah disetujui oleh Presiden Amerika itu.
Karena dari dalam Camp David tidak diperoleh apa-apa, para
wartawan menoleh ke Kairo dan Yerussalem. Dari kedua ibukota ini
mereka mencoba mendapatkan gagasan-gagasan yang masing-masing
dibawakan oleh para peserta KTT tersebut. Dikabarkan bahwa Sadat
masih terus bertahan dengan gagasan yang dulu dibawa oleh
delegasi Mesir ke pertemuan tingkat menteri yang gagal di Leed
Castle (Inggeris) beberapa pekan silam.
Dalam gagasan itu Israel diminta meninggalkan wilayah Arab yang
didudukinya (Gaza dan tepian Barat sungai Yordan) melalui suatu
periode waktu yang disetujui bersama. Israel yang meminta
konsesi lebih banyak -- perubahan peta, perkampungan Yahudi di
wilayah Arab -- menolak gagasan Mesir itu.
Menjelang KTT Camp David, di tengah-tengah usaha Amerika untuk
meredakan ketegangan Yerussalem-Kairo, kecurigaan antara mereka
yang saling bermusuhan itu toh tetap terjadi. Mesir secara
terang-terangan menuduh Israel akan terus mengulur waktu. Sedang
bagi Sadat, "pertemuan Camp David akan merupakan kesempatan
terakhir untuk memperoleh damai di Timur Tengah." Kata Sadat
sebelum berangkat "Jika pertemuan kali ini gagal, suatu
permusuhan yang tak henti-hentinya akan mengancam wilayah ini."
Fahd Melangkah?
Kalangan Arab -- simpatisan Sadat ataupun yang anti -- nampak
sama-sama tidak terlalu optimis terhadap Camp David. Mungkin
karena itulah maka mereka kini sedang bicara mengenai
kemungkinan menggunakan minyak sebagai senJata ampuh. Kata salah
seorang di antara pembesar Arab itu: "Melawan Israel dengan
senjata konvensionil sekarang ini terang tidak mungkin. Mereka
lebih unggul setelah Mesir tak memperoleh apa-apa dari Rusia.
Sedang Suria lagi sibuk di Libanon saja."
Yang mengkhawatirkan dalam urusan minyak ini adalah peranan
Pangeran Fahd dari Saudi Arabia. Orang kuat Saudi ini kabarnya
telah menjadi pemrakarsa dalam menekan Washington agar tidak
tunduk dan terlalu memberi konsesi kepada Israel. Presiden Sadat
sebelum berangkat ke Camp David - kabarnya memberikan tanda
persetujuan kepada prakarsa Fahd itu. Sedang Iran -- yang sejak
lama mendesak untuk menaikkan harga minyaknya, sebagai akibat
dari merosotnya dollar -- sudah terang-terangan gembira melihat
langkah Fahd tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini