Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Darah Dan Api Di Teheran

Demonstrasi di Teheran, Iran, memprotes keputusan pemerintah yang memberlakukan keadaan darurat militer. Sementara itu Shah membatalkan kunjungannya ke luar negeri. (ln)

16 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RATUSAN ribu massa rakyat membanjiri jalan-jalan di pusat kota Teheran Jumat pekan silam, beberapa jam setelah pemerintah mengumumkan berlakunya keadaan darurat militer bagi negeri yang sedang kacau itu. Orang banyak itu -- kebanyakan terdiri dari anak-anak muda -- memprotes keputusan pemerintah tersebut. Tentara dan polisi yang bersenjata lengkap -- tank, senjata berat dan helikopter terlihat di mana-mana - mula-mula hanya menembakkan tembakan peringatan. Tapi karena para demonstran itu tidak menghiraukannya, bahkan banyak yang melempari tentara, tembakan pun diarahkan kepada massa. Laporan pertama dari Teheran mengenai kerusuhan itu menyebut jumlah 58 jiwa yang tewas dan sekitar 300 yang cidera. Tapi perhitungan terakhir menemukan jumlah yang tewas melebihi 100 orang. Sebuah sumber di Teheran menyebutkan bahwa pertumpahan darah itu menjadi semakin menghebat karena panglima militer menempatkan tentara dari suku Kurdistan -- berbeda bahasa dan penampilan tubuhnya dengan kebanyakan orang Iran -- di Teheran. Ketika mengundurkan diri dari semburan peluru tajam itu, massa melakukan perusakan dan pembakaran. Sejumlah pompa bensin dibakar, toko, bank, klab malam dan sebuah bioskop diobrak-abrik untuk kemudian dibakar. Huru-hara seperti ini berlanjut kembali keesokan harinya, hanya beberapa jam setelah jam malam dilewati. Pada kesempatan ini pun tentara menggunakan peluru tajam, dan tentu saja korban berjatuhan. Laporan dari Teheran menyebutkan bahwa pada hari kedua huru-hara ini, sejumlah wanita yang tetap menggunakan purdah (tutup muka) ikut turun ke jalan. Di antara mereka juga terdapat golongan Islam berhaluan kiri. Mereka ini merobek-robek bendera kerajaan dan secara terang-terangan mendesak agar Shah mundur supaya Iran bisa segera menjadi republik. Mungkin kenyataan seperti inilah yang menyebabkan seorang juru bicara istana Shah berkomentar: "Demonstrasi ini betul-betul anti nasional dan didalangi serta dibiayai oleh anasir-anasir asing." Tidak dijelaskan negara asing mana yang ikut memancing di air keruh. Dari kalangan para demonstran diperoleh keterangan bahwa salah seorang pemimpin mereka, Ayatullah Yahya Noori, sebenarnya sudah mengeluarkan seruan agar "atas nama Islam" supaya para demonstran itu bubar saja. Tapi sumber itu mengutip utusan Noori sebagai berkata: "Kami dihalangi oleh tentara untuk membacakan seruan Ayatullah. Mereka tidak kenal Ayahtullah, kata tentara itu." Di tengah-tengah huru-hara itu, Abbas Amir Hoveida, bekas perdana menteri dan penasehat Shah, secara mendadak mengundurkan diri. Tidak selang beberapa jam, Shah sendiri mengumumkan pembatalan rencana kunjungannya ke Rumania yang mestinya berlangsung hanya beberapa jam sebelum penundaan diumumkan. "Shah menilai keadaan amat kritis, hingga beliau harus berada di sini," kata juru bicara istana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus