Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Boeing Minta Urusan HAM dan Sengketa Dagang Tak Dicampur

Boeing meminta agar ada pemisahan antara permasalahan HAM dengan sengketa dagang sehingga tidak ada kesempatan bagi kompetitor untuk ambil untung

1 April 2021 | 19.00 WIB

Logo Boeing terlihat di gedung kantor pusat Boeing di Chicago, AS, 26 April 2006. [REUTERS]
Perbesar
Logo Boeing terlihat di gedung kantor pusat Boeing di Chicago, AS, 26 April 2006. [REUTERS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Boeing para Rabu, 31 Maret 2021, mendesak Amerika Serikat agar memisahkan antara urusan HAM dengan sengketa dagang antara Washington – Beijing. Sebab Airbus, salah satu pesaing Boeing, bisa mendapat untung jika Boeing terusir dari Cina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CEO Boeing Dave Calhoun mengatakan dalam forum bisnis online bahwa dia melihat sebuah sengketa besar soal subsidi pesawat terbang Eropa dengan WTO bisa diselesaikan dalam tempo 16 tahun. Namun hal ini bertolak belakang dengan Cina (sengketa dagang Amerika – Cina).

“Saya berfikir secara politis Cina lebih sulit untuk administrasi ini. Namun, kami punya urusan dagang dengan mitra terbesar kami di dunia, yakni Cina,” kata Calhoun.

 

Ilustrasi pesawat komersil parkir di bandara. REUTERS/Ivan Alvarado

Calhoun sangat berharap semua pihak yang terlibat dalam sengketa dagang mau memisahkan antara maslah hak kekayaan intelektual, HAM dan permasalahan lainnya dari urusan dagang. Calhoun sangat ingin mendorong terwujudnya sebuah lingkungan perdagangan bebas antar kedua negara.

 

“Kita tidak akan bisa mengunci pasar. Sebab kompetitor nanti yang akan,” kata Calhoun.

 

Produsen pesawat terbang Boeing dan Airbus sama-sama menjual sekitar satu-per-empat pesawatnya ke Cina. Jumlah penjualan itu melampaui penjualan ke pasar domestik Amerika Serikat.

  

Boeing mulai waswas dengan pangsa pasarnya di Cina saat Washington dan Beijing perang dagang selama hampir 18 bulan saat Amerika Serikat dipimpin Presiden Donald Trump. Kondisi itu semakin membuat pembelian pesawat lesu, setelah dalam beberapa tahun terakhir memang sudah melambat.   

 

   

 Sumber: Reuters

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus