Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Brutus dalam Sebotol Pinot Noir

Richard A. Clarke menelanjangi pemerintah Presiden George W. Bush. Dia Brutus atau cuma penjaja buku?

5 April 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Episentrum politik itu dekat saja sumbernya. Namanya Richard A. Clarke. Jabatan terakhirnya penasihat khusus Dewan Keamanan Nasional Amerika. Getaran keras mulai terasa ketika bulan lalu ia menerbitkan bukunya, Against All Enemies: Inside America's War on Terror—What Really Happened.

Pemerintah Bush, tulis Clarke dalam bukunya, tidak mengambil tindakan apa pun untuk mencegah Usamah bin Ladin melakukan teror 11 September 2001. Menurut Clarke, dia sudah memberikan peringatan, tapi mereka malah mencari-cari kesalahan Irak. Guncangan politiknya lalu merambat ke seluruh Amerika setelah ia tampil dalam acara 60 Minutes di televisi CBS pekan lalu.

Orang lalu mencari buku Clarke. Taksiran koran The New York Times, sekitar 500 ribu eksemplar buku itu akan terjual—jumlah yang amat besar untuk buku nonfiksi. Orang Amerika tertarik membelinya karena pengarang buku di atas adalah orang dalam Gedung Putih. Meski berada pada lapis ketiga dari presiden, Clarke dikenal menguasai soal-soal terorisme.

Lulusan University of Pennsylvania dan Massachusetts Institute of Technology ini sudah 30 tahun bekerja sebagai pegawai pemerintah. Separuh karier pria ini dihabiskan di Pentagon, Dinas Intelijen Amerika, dan Departemen Luar Negeri AS. Tujuh Presiden Amerika pernah dia layani. Clarke mulai masuk ke lingkaran Gedung Putih ketika menjadi koordinator di Departemen Luar Negeri AS untuk mendukung Perang Teluk. Pada 1992, ia ditarik menjadi staf Dewan Keamanan Nasional dan sejak saat itu menjadi pakar terorisme dengan julukan "Tzar Kontra-Terorisme".

Sebulan setelah 11 September, ia ditunjuk Bush menjabat penasihat urusan terorisme dunia cyber. "Elektronisasi Pearl Harbor," begitu ia menggambarkan ganasnya ancaman terorisme cyber. Tapi, Januari tahun lalu, Clarke mengundurkan diri karena tidak menyetujui perang melawan Irak. Setelah pensiun, ia memimpin Good Harbor Consulting LLC dan menjadi konsultan pemberitaan televisi ABC. "Clarke memiliki pendapat yang kuat," kata reporter Washington Post Dan Eggen dan Walter Pincus. Menurut mereka, sebagai bekas birokrat, ia telah mencapai jabatan tinggi tapi juga punya banyak musuh karena digambarkan sebagai orang yang emosional.

Banyak yang menduga motivasi peluncuran buku itu berkaitan dengan masa kampanye kepresidenan Amerika. Para penasihat Bush menuduh Clarke ingin menelanjangi bos mereka dan ingin kembali menduduki jabatan bila Partai Demokrat me- nang. Tapi Clarke membantahnya. "Saya tidak akan mengambil jabatan apa pun (dari Demokrat—Red.)," ujarnya. Lagi pula catatan politiknya menunjukkan ia pernah memilih senator Partai Republik. "Ia bukan partisan," kata kedua reporter The Post itu. Begitu pula Winston Wiley, pensiunan agen CIA yang pernah bekerja sama dengannya. "Saya percaya dia jujur," katanya.

Sepak terjang Clarke ini membikin beberapa mantan pejabat Amerika khawatir akan munculnya "Brutus" lain seperti dia. Mereka bilang, bila setiap kebijakan pemerintah ditelanjangi di depan publik, keamanan nasional akan terancam. Tapi Komisi Nasional Urusan Serangan Terorisme berjalan terus. Komisi ini akan memanggil pejabat lain untuk bersaksi secara terbuka.

Adapun Clarke mengaku punya alasan sendiri membuat buku itu: menghargai bakat terpendamnya sebagai penulis. "Aku menulis ditemani sebotol anggur Pinot Noir dari Russian River (di California—Red.)," katanya kepada Time. Bukunya masih jauh dari Harriet Beecher Stowe, yang memicu Perang Saudara Amerika lewat Uncle Tom's Cabin. Tapi, bagi pemilih dalam pemilu nanti, Clarke telah menancapkan lagi satu cacat Bush dalam ingatan mereka.

I G.G. Maha Adi (AP, The New York Times, Newsweek)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus