Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan pada Kamis, 2 April 2024 bahwa gelombang panas yang melanda Asia Tenggara menyebabkan ledakan amunisi yang menewaskan 20 tentara di sebuah pangkalan militer selama akhir pekan lalu. Ledakan itu menghancurkan seluruh truk amunisi dan meratakan bangunan, juga melukai beberapa tentara dan setidaknya satu anak di pedesaan provinsi Kampong Speu pada hari Sabtu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian pertahanan mengatakan para penyelidik yakin gelombang panas berperan dalam ledakan senjata lama tersebut. “Insiden ledakan amunisi pada 27 April 2024 merupakan masalah teknis karena senjatanya sudah tua, rusak, dan cuaca panas,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan tersebut tidak menjelaskan masalah spesifiknya atau bagaimana panas mungkin berkontribusi terhadap ledakan tersebut. Kementerian juga menolak anggapan bahwa ledakan itu dilakukan oleh tentara yang memberontak atau aksi terorisme.
Kecelakaan amunisi yang mematikan tidak jarang terjadi di Kamboja, yang dipenuhi dengan amunisi, ranjau, dan sisa persenjataan yang belum meledak dari konflik sipil selama beberapa dekade. Insiden seperti ini diperparah dengan lemahnya standar keselamatan.
Seperti sebagian besar negara di Asia Selatan dan Tenggara, Kamboja sedang berjuang menghadapi cuaca panas dalam beberapa pekan terakhir. Pihak berwenang memperingatkan pada hari Minggu bahwa suhu bisa mencapai 43 derajat Celcius di beberapa daerah, meskipun hujan dan cuaca dingin diperkirakan akan turun dalam beberapa hari mendatang.
Di Filipina, suhu panas telah mencapai 50 derajat Celcius di berbagai wilayah. Lebih dari 3,6 juta siswa karena sekolah ditutup karena panas.
Setidaknya 30 orang tewas akibat suhu yang melonjak sepanjang tahun ini di Thailand, menurut pemerintah Thailand, dengan rekor lonjakan penggunaan listrik.
Di provinsi Dong Nai di Vietnam selatan, ratusan ribu ikan mati di waduk. Laporan penduduk setempat dan media menyalahkan gelombang panas yang brutal sebagai penyebab terjadinya kematian ikan.
Menyusul ledakan di sebelah barat ibu kota Kamboja, Phnom Penh, gambar yang diposting di media sosial menunjukkan bangunan satu lantai yang hancur diselimuti asap, dan penduduk desa terdekat juga berbagi gambar jendela pecah di media sosial.
Foto-foto lain menunjukkan apa yang tampak seperti warga sipil, termasuk seorang anak kecil yang memakai popok, dengan luka dan sedang dirawat di rumah sakit.
Sebuah gedung perkantoran dan barak di dekatnya hancur, dan 25 rumah di dekatnya juga rusak. Perdana Menteri Hun Manet mengatakan keluarga korban yang tewas masing-masing akan menerima sekitar US$ 20.000, sementara tentara yang terluka akan menerima US$ 5.000.
CNA
Pilihan editor: Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia