Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dosen Universitas Andalas Sebut Rencana Relokasi Warga Gaza hanya Memperparah Konflik

Upaya Presiden Amerika Serikat merelokasi warga Gaza hanya akan membuat suasana perang akan semakin panas.

12 Februari 2025 | 09.00 WIB

Antrean kendaraan warga Palestina saat menunggu untuk melewati pos pemeriksaan oleh keamanan AS dan Mesir setelah pasukan Israel menarik diri dari Koridor Netzarim di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas, dekat Kota Gaza, 9 Februari 2025. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Perbesar
Antrean kendaraan warga Palestina saat menunggu untuk melewati pos pemeriksaan oleh keamanan AS dan Mesir setelah pasukan Israel menarik diri dari Koridor Netzarim di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas, dekat Kota Gaza, 9 Februari 2025. REUTERS/Dawoud Abu Alkas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Hubungan Internasional Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatra Barat, Virtuous Setyaka sebut upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengosongkan jalur Gaza akan membuat suasana perang semakin panas. Sebab banyak pihak yang tidak akan menerima hal tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Suasana akan makin panas, perang meluas, karena perlawanan makin keras," katanya saat dihubungi TEMPO Senin 10 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Virtuous menyebut Amerika Serikat dan Israel tidak punya hak untuk mengosongkan jalur Gaza, Palestina. Bahkan untuk membangun kembali bukan hak Trump ataupun Amerika Serikat.

"Alasannya tidak logis kalau bentuknya mengosongkan dan membangun kembali Gaza," ucapnya.

Menurutnya, Trump hanya berupaya menyikirkan warga Palestina. Selain itu, sikap Amerika Serikat ini juga bentuk keberlanjutan dari kolonialisme dan imperialisme di tanah Palestina. Sebab tidak ada jaminan, jika Gaza dikosongkan masyarakatnya bisa kembali lagi.

"Itu hanya alasan untuk menyingkirkan warga Palestina, dan kelanjutan dari kolonialisme-imperialisme saja. Selain itu, tidak ada jaminan mereka bisa dikembalikan ke Gaza jika pembangunan itu selesai," katanya.

Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu juga menyebutkan solusi dari permasalahan di Gaza saat ini yakni dengan memberikan kemerdekaan 100 persen. Pihak asing diperbolehkan membantu Gaza tetapi tidak boleh melanggar hak konstitusi suatu negara.

"Cukup berikan hak hidup sepenuhnya kepada warga Palestina, dan biarkan mereka sendiri yang membangun atau mau apapun. Pihak asing - siapapun itu, jika mau membantu, sesuaikan dengan kemauan mereka. Mengosongkan dan membangun kembali, hanyalah omong kosong Trump," kata Virtuous

Sebelumnya Presiden Trump mengumumkan ingin mengambil alih kembali Gaza dan melakukan pembangunan disana. Ucapan itu dilontarkannya usai pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 4 Februari 2025 di Gedung Putih, Amerika Serikat

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus