Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat Joe Biden melalui telepon pada Kamis bahwa Israel berusaha menyebarkan perang Gaza ke wilayah yang lebih luas dan tidak menginginkan gencatan senjata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini diungkapkan kantor Erdogan, seraya menambahkan bahwa Biden berterima kasih kepada Erdogan atas upayanya mengenai hubungan Timur-Barat serta pertukaran tahanan di Ankara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sebuah pernyataan, kepresidenan Turki mengatakan Erdogan mengatakan kepada Biden bahwa pemerintah Israel telah menunjukkan keengganannya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza “di setiap langkah”.
Ankara menambahkan bahwa pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Kongres AS telah memicu “kekecewaan mendalam” dari Turki dan dunia.
Erdogan juga mengatakan pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala biro politik kelompok militan Palestina Hamas, merupakan “pukulan berat” terhadap upaya gencatan senjata, kata kantornya. Dikatakan Erdogan juga berjanji untuk terus berupaya meningkatkan hubungan antara sekutu NATO.
Beberapa jam sebelumnya, Turki telah memblokir kerja sama antara NATO dan Israel sejak Oktober karena serangan brutalnya di Gaza. Ankara mengatakan aliansi tersebut tidak boleh menjalin hubungan dengan Israel sebagai mitra sampai konflik tersebut berakhir, kata sumber yang mengetahui proses tersebut.
Israel menyandang status mitra NATO dan telah membina hubungan dekat dengan aliansi militer tersebut dan beberapa anggotanya, terutama sekutu terbesarnya, Amerika Serikat.
Sebelum serangan Israel di Gaza – yang dipicu oleh serangan kelompok pejuang Palestina Hamas pada 7 Oktober – Turki, anggota NATO, telah berupaya memperbaiki hubungan yang telah lama tegang dengan Israel.
Sejak itu, Ankara sangat kritis terhadap operasi Israel di Gaza, yang dianggap sebagai genosida, dan telah menghentikan semua perdagangan bilateral. Turki juga mengecam banyak sekutu Barat atas dukungan mereka terhadap Israel.
Sumber yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa Turki telah memveto semua keterlibatan NATO dengan Israel sejak Oktober, termasuk pertemuan dan latihan Bersama, dan memandang pembantaian Israel terhadap warga Palestina di Gaza sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar NATO.
Penyelidikan PBB pada Juni menemukan bahwa Israel dan Hamas telah melakukan kejahatan perang pada tahap awal perang Gaza. Dikatakan bahwa tindakan Israel merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan karena kerugian dan kematian warga sipil yang sangat besar, telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.
Sumber tersebut mengatakan Turki akan mempertahankan blokade ini dan tidak mengizinkan Israel melanjutkan atau meningkatkan interaksinya dengan NATO sampai konflik berakhir. Sebab, Turki yakin tindakan Israel di Gaza melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia universal.
Setelah pertemuan puncak NATO di Washington pada Juli, Presiden Erdogan mengatakan NATO tidak mungkin melanjutkan kemitraannya dengan pemerintah Israel.
Awal pekan ini, menteri luar negeri Israel mendesak aliansi tersebut untuk mengusir Turki setelah Erdogan tampak mengancam untuk memasuki Israel, seperti yang terjadi di Libya dan Nagorno-Karabakh di masa lalu.
Pilihan Editor: Israel Ancam Erdogan Akan Bernasib Seperti Saddam Husein
REUTERS | AL ARABIYA