Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - “No Other Land,” sebuah film tentang aktivis Palestina yang berjuang untuk melindungi komunitas mereka dari penghancuran oleh militer Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat, memenangkan Oscar 2025 untuk film dokumenter terbaik pada Ahad waktu setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film garapan sutradara Yuval Abraham, Basel Adra, Rachel Szor dan Hamdan Ballal ini belum didistribusikan di Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dilansir Arab News, kolaborasi antara pembuat film Israel dan Palestina mengikuti aktivis Basel Adra yang menghadapi risiko penangkapan untuk mendokumentasikan penghancuran kampung halamannya, yang dirobohkan oleh tentara Israel untuk digunakan sebagai zona pelatihan militer, di tepi selatan Tepi Barat.
Permohonan Adra tidak didengarkan sampai dia berteman dengan seorang jurnalis Yahudi Israel yang membantunya memperkuat ceritanya.
“Sekitar dua bulan yang lalu, saya menjadi seorang ayah, dan saya berharap putri saya tidak harus menjalani kehidupan yang sama seperti yang saya jalani sekarang. Selalu takut akan pemukim ilegal, kekerasan, pembongkaran rumah, dan pemindahan paksa,” kata Adra.
“No Other Land” menjadi pesaing utama setelah sukses tampil di sirkuit festival film. Namun, produk tersebut tidak menemukan distributor di Amerika Serikat, meski didistribusikan di 24 negara. Untuk Oscar, film tersebut mengalahkan “Porcelain War,” “Sugarcane,” “Black Box Diaries” dan “Soundtrack to a Coup d’État.”
Film dokumenter ini dibuat selama empat tahun antara 2019-2023. Mereka mengakhiri produksi beberapa hari sebelum Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memulai genosida Israel di Gaza.
Dalam film tersebut, jurnalis Israel Yuval Abraham bergabung dalam komunitas yang memerangi pengungsian. Namun, ia menghadapi penolakan dari warga Palestina karena hak istimewanya sebagai warga negara Israel. Adra mengatakan dia tidak bisa meninggalkan Tepi Barat dan diperlakukan seperti penjahat, sementara Abraham bisa datang dan pergi dengan bebas.
Film ini sangat bergantung pada rekaman camcorder dari arsip pribadi Adra. Dia meream tentara Israel yang membuldoser sekolah desa dan mengisi sumur air dengan semen untuk mencegah orang membangun kembali sekolah tersebut.
Penduduk di wilayah Masafer Yatta yang kecil dan berbatu-batu bersatu setelah Adra memfilmkan seorang tentara Israel yang menembak seorang pria lokal yang memprotes pembongkaran rumahnya. Pria tersebut menjadi lumpuh, dan ibunya berjuang untuk merawatnya selama tinggal di dalam gua.