Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengamat mengacungkan jempol setelah George Weah terpilih menjadi Presiden Liberia dalam pemilihan umum yang berjalan damai melalui dua putaran, 26 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun bekas bintang sepak bola dunia ini bakal mendapatkan tantangan tidak ringan pada masa kepemimpinannya. Weah akan berhadapan dengan situasi ekonomi Liberia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari kiri: General Director French sport daily LEquipe dan France Football Francois Morinieres,Presiden FIFA Joseph S. Blatter, Presiden Amaury Group Marie-Odile Amaury, legenda Sepakbola Africal George Weah, dan Sekjen FIFA Jerome Valcke dalam konvensi mengenai Ballon d'or (Golden Ball). AFP/ STEPHANE DE SAKUTIN
Menurut Robtel Neajai Pailey, seorang akademisi di sebuah perguruang tinggi Liberia, para pendukungnya yang sebagian besar kaum muda dan pengangguran berjuang demi kemenangan Weah, sekarang menginginkan lapangan pekerjaan.
"Weah dipilih oleh kelompok marjinal dan kaum belia berusia di bawah 35 tahun," kata Pailey kepada Al Jazeera.Pendukung partai politik Liberation Congress for Democratic Change (CDC) menunjukkan sebuah lukisan pasir yang menggambarkan calon presiden CDC George Weah saat mereka menunggu hasil penghitungan suara di Monrovia pada tanggal 13 Oktober 2017. AFP PHOTO / CRISTINA ALDEHUELA
Weah yang akan dilantik sebagai Presiden Liberia bulan depan, januari 2018, meraih 61,5 persen suara dalam pemilihan putaran kedua 26 Desember 2017. Adapun rivalnya Wakil Presiden Liberia, Joseph Boakai, dari Partai Persatuan mendapatkan 38,5 persen suara.
Pemilihan umum putaran kedua tersebut sempat tertunda karena mendapatkan gugatan dari pihak ketiga. Mereka menuding ada pelanggaran hukum, kecurangan dan penyimpangan penghitungan suara pemilihan umum Liberia.