Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 19 April 2005, menjadi penantian akhir dari umat Katolik seluruh dunia setelah terpilihnya Joseph Alois Ratzinger. Ia memakai nama regnal Paus Benediktus XVI, sebagai pemimpin Vatikan sekaligus Uskup Roma. Dalam hal ini ia menggantikan Santo Paus Yohanes Paulus II yang wafat pada 2 April 2005.
Saaat pemilihan, Benediktus XVI sudah menginjak usia 78 tahun. Ia juga mengikuti prosedural dalam pemilihan Sri Paus dengan melakukan tiga ronde pemilihan. Dalam hal ini Benediktus XVI mendapatkan suara 115 dari kardinal.
Dalam pemilihannya juga dilakukan sangat ketat dan rahasia. Konklaf diselenggarakan di Kapel Sistina di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Dalam pemilihan tersebut tidak diperkenankan untuk membawa alat komunikasi apapun dan kapel dikunci selama konklaf berlangsung. Untuk yang berkumpul di dalam kapel hanya kardinal saja.
Selain itu, seoarang paus yang terpilih akan menerima 2/3 suara dari kardinal. Dalam hal ini para kardinal harus menuliskan nama paus pilihan dalam selembar kertas. Yang membuat pemilihan Benediktus XVI berjalan hingga tiga ronde dikarenakan pemilihannya yang sengit dan 2/3 suara kardinal tidak bisa didapatkan dalam sekali putaran.
Untuk penanda bagi umat yang berkumpul di lapangan Santo Petrus akan keluar asap dari cerobong Kapel Sistina. Asap hitam yang membumbung menandakan kapel belum bisa menetapkan keputusan. Jika asap putih yang membumbung melewati cerobong Kapel Sistina, artinya kardinal sudah mendapatkan keputusan terkait paus yang baru.
Benediktus XVI dinobatkan sebagai paus ke-265 dalam sejarah Gereja Katolik Roma. Selain itu juga menjadi paus ke-8 yang berasal dari Jerman. Dengan penobatan ini, di kampung halamannya, Marktl, Jerman merayakan dengan suka cita dan perayaan hingga larut malam.
Terpilihnya Benediktus XVI tidak hanya mendapatkan reaksi tunggal dari warga Jerman saja, pemilihannya juga menuai beragam reaksi dari berbagai dunia, mulai dari kecemasan hingga harapan.
Seperti pendahulunya, Benediktus XV, Ratzinger menolak teologi pembebasan, praktek aborsi, homoseksual, pastor wanita, dan pemakaian alat kontrasepsi. Hal inilah yang menjadi kecemasan bagi aktivis AIDS dan perempuan.
Ratzinger memimpin Vatikan dan Uskup Roma hanya 8 tahun, setelah ia mengumumkan pengunduran dirinya pada 2013 lalu. Hal ini menjadi pengunduran diri seorang paus untuk pertama kalinya di era modern, sebelumnya pengunduran diri terjadi pada 1415. Pengunduran ini dilakukan karena masalah kesehatan yang dialami Paus Benediktus XVI.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Benediktus Tegur Ujat Katolik Fanatik yang Masih Menganggapnya Sebagai Sri Paus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini