Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Islamofobia di Prancis Naik Jadi 154 Kasus

Serangan Islamofobia di Prancis pada 2019 naik dibanding setahun sebelumnya.

28 Januari 2020 | 16.00 WIB

Ilustrasi Islamophobia di Prancis. sumber: aa.com.tr
Perbesar
Ilustrasi Islamophobia di Prancis. sumber: aa.com.tr

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Islamofobia di Prancis sepanjang 2019 naik sampai 54 persen. Abdallah Zekri, Presiden Lembaga Pengawas Nasional Islamofobia, pada Senin, 27 Januari 2020, menyebut ada sekitar 100 serangan terhadap umat muslim di Prancis pada 2018 dan setahun kemudian, jumlah itu naik menjadi 154 kasus Islamofobia di penjuru Prancis. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dikutip dari aa.com.tr, Selasa, 28 Januari 2020, Zekri menyebut sebagian besar serangan Islamofobia yang terjadi berada di Kota Ile-de-France, Rhones-alpes dan di kabupaten Paca, Prancis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Warga Prancis berkumpul di lapangan Place de la Republique, Paris, memprotes maraknya muncul serangan anti-semit terhadap warga Yahudi pada Selasa, 19 Februari 2019. Seorang warga membawa tulisan berbunyi: Anti-semit, Islamofobia, Rasisme - Tidak Atas Nama Kami. Reuters

Zekri menekankan, tidak ada kaitan antara Islam dan terorisme. Umat muslim di Prancis harus bisa melakukan praktik ibadah agama mereka dengan bebas seperti agama lain.

Prancis adalah negara dengan populasi umat Islam terbesar di Eropa, yakni sekitar 5 juta jiwa. Sebagian besar pemeluk Islam di Prancis berasal dari Afrika Utara.       

Sebelumnya pada November 2019, ribuan orang melakukan aksi jalan di jantung Kota Paris, Prancis, untuk memprotes Islamofobia yang dinilai telah memecah-belah politik Prancis. Anggota partai-partai sayap kiri di Prancis ikut ambil bagian dalam aksi ini.

Sejumlah politikus di sayap tengah mengatakan hal ini mengancam tradisi sekularisme Prancis. Sedangkan Ketua sayap kanan Prancis, Marine Le Pen, mengatakan aksi protes ini telah dikoordinir oleh orang-orang garis keras. 

Hasil survei yang dilakukan oleh Ifop pada awal November 2019 mengungkap lebih dari 40 persen pemeluk Islam di Prancis mengaku telah merasakan adanya diskriminasi karena agama. Islam adalah agama terbesar kedua di Prancis atau terbesar di wilayah Eropa Barat.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus