Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengancam balik Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ia mengatakan Erdogan akan menempuh jalan yang sama dengan mantan Presiden Irak Saddam Hussein yang dibunuh oleh pasukan AS setelah menginvasi Irak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ancaman itu diungkapkan usai Erdogan mengancam akan mengirimkan pasukan Turki ke wilayah Israel untuk membela rakyat Palestina. “Kita harus sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal ini terhadap Palestina,” kata Erdogan. Ia mengacu pada genosida yang sedang dilakukan Israel di Gaza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sama seperti kita memasuki (Nagorno-) Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita mungkin melakukan hal yang sama kepada mereka. Tidak ada yang tidak dapat kita lakukan. Kita hanya harus kuat," kata Erdogan.
Pernyataan Erdogan ini membuat pejabat tinggi Israel menjadi murka. Erdogan disebut akan menghadapi nasib yang sama seperti mantan Presiden Irak Saddam Hussein.
Berbicara kepada presiden Turki dalam sebuah posting di X, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa "Erdogan mengikuti jejak Saddam Hussein dan mengancam akan menyerang Israel. Ia seharusnya mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana itu berakhir."
Israel Katz bahkan melampirkan gambar Erdogan dan di sebelahnya gambar Saddam Hussein yang dieksekusi oleh pasukan AS.
Sementara itu, pemimpin oposisi Yair Lapid meminta anggota NATO "memaksa" Erdogan mengakhiri dukungannya terhadap kelompok Perlawanan Palestina Hamas.
"Presiden Erdogan mengoceh dan mengamuk lagi. Dia berbahaya bagi Timur Tengah. Dunia, dan terutama anggota NATO, harus mengutuk keras ancamannya yang keterlaluan terhadap Israel dan memaksanya untuk mengakhiri dukungannya terhadap Hamas," kata Lapid di X.
Pada tahun 2003, Amerika Serikat dan sekutunya secara ilegal menginvasi Irak dengan dalih bahwa Saddam Hussein memiliki senjata nuklir, yang kemudian terbukti salah. Setelah bersembunyi selama tiga tahun, Saddam ditangkap dan dibunuh pada tahun 2006. Sejak invasi tersebut, diperkirakan lebih dari satu juta warga Irak telah terbunuh oleh koalisi pimpinan AS.
Militer AS tetap berada di Irak berdasarkan perjanjian dengan pemerintah, tetapi banyak partai politik dan warga negara menganggap mereka sebagai kekuatan pendudukan karena campur tangan mereka yang berkelanjutan dalam urusan dalam negeri negara tersebut dan kendali mereka atas banyak sumber dayanya, terutama energi.
AL ARABIYA | MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan editor: Polisi Selidiki Pengakuan Atlet Israel yang Diancam Dibunuh di Olimpiade Paris 2024