Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin de facto Samsung Electronics Jay Y. Lee naik jabatan menjadi CEO Samsung Electronics. Sebagai pengambil keputusan di Samsung, Lee saat ini dihadapkan pada tugas berat untuk meneruskan segala kemajuan yang sudah dicetak ayahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lee juga harus bisa membalikkan tuduhan sebagai pembuat alat peniru menjadi produsen chip terbesar di dunia dan manufaktur ponsel pintar.
Samsung pada Kamis, 27 Oktober 2022, mengatakan dewan direksi sudah menunjuk Lee sebagai Kepala Eksekutif, yang berarti Lee secara resmi memimpin Samsung, yakni perusahaan papan atas asal Korea Selatan. Samsung adalah perusahaan keluarga dan Lee adalah generasi ketiga.
Lee ditunjuk menjadi CEO Samsung setelah dia dibebaskan dari penjara pada tahun lalu atas tuduhan suap. Lee lalu mendapat pengampunan sehingga memungkinkannya mengambil peran memimpin Samsung setelah ayahnya meninggal. Ayah Lee, Lee Kun-hee, dirawat sejak 2014 dan meninggal pada 2020.
Lee, 54 tahun, selama ini menjabat sebagai Wakil Kepala Samsung Electronics. Dia adalah putra mahkota dikalangan konglomerat bisnis Korea Selatan sejak 2012.
“Ketika saya merefleksikan kehidupan ayah saya terdahulu, saya merasa bertanggung jawab untuk meneruskan warisannya dan membangunnya demi masa depan kami,” kata Lee, Kamis, 27 Oktober 2022.
Lee mengatakan, Samsung saat ini berada dalam posisi penting dan sudah saatnya untuk membuat rencana ke depan, rencana bertindak dan bersikap berani. Samsung juga harus teguh pada fokusnya.
Samsung saat ini telah menjadi sebuah perusahaan teknologi raksasa bernilai USD 280 miliar (Rp 4.362 triliun). Samsung sedang dihadapkan pada tantangan dengan turunnya permintaan yang disebabkan naiknya inflasi, suku bunga dan suramnya outlook ekonomi
Pada Kamis, 27 Oktober 2022, Samsung melaporkan profit pada kuartal ketiga tahun ini turun 31 persen. Penyebabnya adalah geopolitik yang serba tak menentu sehingga menurunkan permintaan yang diprediksi sampai awal 2023.
Sumber: Reuters
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.