KETIKA menjadi mahasiswa di Oxford, Roy Jenkins lulus dengan
predikat sangat memuaskan. Ketika usianya 34 tahun, dia terpilih
sebagai arrggota parlemen dari Partai Buruh. Sampai 29 tahun
Jenkins di parlemen dan ketika Sir Harold Wilson memerintah,
Jenkins diangkat jadi Menteri Dalam Negeri. Tahun 1977, setelah
Wilson jatuh, Jenkins pindah ke Brussel sebagai presiden dari
EEC (Pasaran Bersama Eropa). Banyak yang menyangka Jenkins sudah
kapok jadi politikus. Suaranya hanya sesekali terdengar lewat
BBC sebagai penceramah udara.
Tahun 1981, dia kembali ke London. Partai Buruh tidak di hatinya
lagi. Tampaknya dia juga bosan selama ini jadi tokoh pendukung
partai, tanpa berhasil naik ke jenjang yang lebih tinggi. Maka
berkumpul "gang of four" (Jenkins, David Owen, Shirley Williams
dan William Rodgers) mendirikan SDP (Partai Demokrasi Sosial).
Sebagai pelarian dari Partai Buruh yang kini berada di ambang
perpecahan, mereka beraliansi dengan Liberal. Tujuan utama SDP
ialah mengalahkan dominasi Partai Konservatif dan Partat Buruh
yang selama 60 tahun teraIhir ini bergantian memimpin
pemerintahan.
Awal Juli ini, Jenkins terpilih sebagai pemimpin SDP.
Cita-citanya sebagai politikus puncak baru terkabul pada usia 61
tahun Jenkins memenangkan 55,7% dari lawan tunggalnya, Dr. David
Owen yang cuma mengumpulkan 44,3% suara. Di Inggris, baru
pertama kali ini pemilihan dilakukan lewat pos. Dari 63.000
anggota, ada 75,6% yang telah mengeposkan pilihannya.
Banyak pengamat politik berpendapat bahwa SDP bersama Roy
Jenkins -- tokoh kawakan -- merupakan partai baru (didirikan
Maret 1981) yang bisa mempunyai identitas jelas tandas. Bahlan
banyak yang menduga SDP merupakan ranjau yang akan bisa
memporak-porandakan Konsevatif yang kini memerintah. Selain
itu, suasana kepartaian umumnya di Inggris sedang dilanda
perpecahan.
Misalnya Partai Konservatif. Ada perselisihan dalam kabinet
Margaret Thatcher. Meskipun PM Thatcher mendapat popularitas di
atas 50% akibat kemenangan di Atlantik Selatan, masih ada sisi
lain dari Inggris yang suram: Keadaan ekonomi memburuk, dan
terjadi pemogokan buruh kereta api. Buruh tambang batubara,
pegawai rumah sakit, dan lain-lain bisa saja mempertebal rasa
solidaritas. Di Inggris, kaum buruh mempunyai kegemaran mogok.
Majelis Rendah akhirnya menyetujui (tanpa voting) usaha. PM
Thatcher membentuk Komisi Lima (Harold Macmillan, Lord Home, Sir
Harold Wilson, Edward Heath danJames Callaghan). Tujuannya ialah
mengusut kembali kebijaksanaan pemerintah mengenai Malvinas
(Flakland) sejak 1965 (TEMpo 17 Juli), akibat banyak kritik di
parlemen. Seolah pemerintah Inggris selama ini kurang waspada
hingga Argentina berani menyerang koloni di Atlantik Selatan
itu. Tapi dalam mencari "kambing hitam" itu PM Thatcher belum
berarti bebas dari ranjau kekalutan ekonomi.
Dan pemilihan umum direncanakan Mei 1984. Partai Buruh tetap
merupakan lawan tangguh bagi SDP. Tapi di bawah pimpinan Michael
Foot, Partai Buruh mengalami krisis: Ada golongan yang semakin
ke "kiri" dan ada yang tetap ke "kanan".
Dalam kancah perpecahan buruh itulah SDP lahir dengan tepat.
Tokoh muda seperti Owen, 44 tahun, mempunyai banyak waktu
mengelola SDP. William Rodgers telah menulis apa dan bagaimana
SDP itu. Dalam tulisannya yang 180 halaman itu, Rodgers
mengatakan bahwa "SDP adalah air saringan dari Buruh dan
dilengkapi oleh citra baik dari Partai Konservatif."
Kembalinya Jenkins ke dunia politik, suatu comeback yang cukup
memukau. Kalau Thatcher tidak hati-hati, "dia bisa tergelincir
nantinya oleh SDP," tulis Christian Science Monitor, koran
Amerika. SDP digambarkan sedang memasang "kuda-kuda" dan melatih
jurusnya, menjelang pemilu berikutnya.
Banyak yang menduga, setelah usai krisis Malvinas, jatuh dan
bangunnya Thatcher akan tergantung bagaimana caranya dia
menangani masalah pengangguran, masalah inflasi. Soal perang di
Atlantik Selatan sudah tidak mengganggu pikirannya lagi. Apalagi
pemerintah Argentina kini telah mengakui bahwa "nuestro
Malvinas" memang telah dikalahkan Inggris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini