DIA seorang Israel yang mungkin terdekat dengan PLO. Tak banyak
sebetulnya yang terkejut di Israel ketika ia, di hari Sabbath (3
Juli) mengontak organisasi pembebasan Palestina itu. Yang
membikin berang orang Israel lain ialah bahwa ia, Uri Avnery, di
saat sengitnya serbuan. Israel untuk membinasakan Ketua PLO
Yasser Arafat, malah menemui sang musuh di kandangnya di Beirut.
Maksudnya: untuk berwawancara.
Seorang menteri Israel serta merta menilai tindakan Avnery bukan
saja sebagai "pelanggaran hukum". Avnery bahkan ia anggap "telah
bergabung dengan musuh-musuh aktif Negara Israel, yang sedang
berusaha sebaik-baiknya untuk menyelamatkan leher Arafat.
Beberapa anggota Partai Likud yang memerintah pun mendesak agar
Avnery diadili sebagai pengkhianat.
Berkhianatkah Avnery? Bekas anggota Knesset (Parlemen) dari
Partai Sheli ini juga redaktur majalah Ha'olam Hazeh (Dunia
Ini). Menurut pemimpin Partai Sheli, kepergian Avnery menemui
Arafat dengan demikian bukanlah sebagai orang partai, tapi
sebagai wartawan. Avnery sendiri memang mengatakan, "Merupakan
tugas jurnalistik saya untuk menginterviu Arafat, yang merupakan
orang terpenting saat ini."
Namun ada dugaan bahwa bukan Avnery yang mengambil inisiatif.
Wawancara itu (pertama kalinya diberikan Arafat kepada seorang
wartawan Israel) diatur oleh PLO. Avnery sendiri mengakui bahwa
ia "diundang". Pihak PLO yang mengatur pertemuan lewat seorang
pembantu Arafat, Issam Sartawi. Menurut kesimpulan Avnery, semua
itu adalah "isyarat" PLO kepada publik Israel, bahwa pihak
Palestina tertarik untuk memperoleh penyelesaian damai.
Pertemuan Avnery-Arafat berlangsung selama dua jam, di sebuah
apartemen di Beirut Barat. Arafat, yang di pers Israel biasa
digambarkan mirip bandit, oleh Avnery kemudian dilukiskan
sebagai "tenang" clan "dalam percakapan pribadi, sangal. berbeda
dari kesan yang ia tampilkan bila bicara di televisi."
Yang menarik ialah bahwa, menurut Avnery, Arafat berulang kali
mengutip dokumen-dokumen yang secara implisit mengikat PLO untuk
mengakui Israel. Kesan Avnery, bukan tujuan Arafat untuk
menghancurkan Negara Israel. Kesan ini nampaknya diperkuat pekan
lalu. Pejabat PLO Issam Sartawi di Paris menyebut bahwa PLO
rmengakui hak Israel untuk ada. Yang dituntut PLO adalah
pengakuan Israel atas sebuah negara Palestina.
Ide seperti itu, bagi Uri Avnery, cocok benar dengan gagasannya.
Sejak 1948 ia memperjuangkan penyelesaian "dua negara" bagi
pertikaian Palestina-Israel. Di tahun 1950 ia membeli seluruh
saham majalah Ha'olam Hazeh yang dimiliki keluarganya. Mingguan
ini kemudian menampilkan pembongkaran terhadap soal korupsi dan
sekaligus jadi suara cita-cita Palestina.
Avnery kemudian mengadakan kontak dengan pejabat senior PLO di
tahun 1974, ketika ia melihat perubahan sikap PLO ke arah
pendekatan "dua-negara. Ia pun jadi salah satu pemimpin "Dewan
Israel untuk perdamaian Israel-Palestina" yang membangun kontak
resmi dengan PLO di patengahan 1963. Maret 1977, ia ikut
mendirikan Partai Sheli, yang memenangkan dua kursi pada Pemilu
1977. Dia sendiri anggota Knesset (Parlemen) antara
1965-1973-dengan tingkah yang merepotkan pimpinan Partai Buruh.
Buku Avnery, Israel Without Zionists, banyak terpampang di
toko-toko buku negeri-negeri Arab. Anti-Zioniskah Uri Avnery?
Dalam sebuah wawancara majalah The Middle East Oktober 1978,
Avnery mengatakan bahwa kata "Zionisme" sudah kehilangan artinya
yang persis. "Jika Zionisme berarti patriotisme Israel, atau
keyakinan akan terus hidupnya Israel, saya pastilah seorang
Zionis."
Namun Avnery, berbeda dengan banyak orang di Israel, berbeda
dengan orang seperti Menachem Begin, tak bermaksud mencaplok
Tepi Barat Sungai Yordan dan Gaza -- yang oleh Begin disebut
sebagai "Yudea dan Samaria". Ide Avnery ialah sebuah negara
Palestina merdeka di wilayah itu. Yang sulit ialah bahwa ide
yang masuk akal itu masih tetap tak diterima oleh kedua belah
pihak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini