WALAUPUN berperang dengan Irak, kaum revolusioner Iran saling
baku hantam. Bekas Menlu Sadeq Ghotbzadeh yang dikenal sebagai
salah seorang penganjur dibebaskannya sandera Amerika telah
ditahan. Ia diambil dari rumahnya di Teheran oleh sekelompok
Pasdaran (pengawal revolusi) pekan lalu. Dan keesokan harinya,
Sabtu, rumah Ghotbzadeh diduduki oleh kelompok itu yang selama
ini dikenal sebagai pasukan bersenjata para mullah.
Ghotbzadeh rupanya tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan kitab
suci Al Quran di tangannya, ia dibawa ke penjara Evin, tempat
dulu mendekam banyak tahanan politik yang menentang rezim Syah.
Menurut koran Islamic Republic, Ghotbzadeh ditahan karena
mengucapkan kata-kata yang menyinggung masalah kebijaksanaan
dinas radio dan teve. Dalam sebuah perdebatan teve Ghotbzadeh
mengatakan, "Rakyat sudah tidak percaya lagi dengan siaran Radio
dan Televisi." Hal ini dikemukakannya karena ia melihat setiap
hari teve dan radio Teheran selalu mengatakan bahwa masalah
sandera harus diselesai- kan sekarang. Tapi apa yang terjadi
adalah sebaliknya. "Ini menyakitkan hati rakyat," ujarnya.
Bersuara Kritis
"Mereka (rakyat) seharusnya tidak dihadapi sebagai idiot.
Jika hal serupa ini memang bisa dilakukan, maka Syah adalah
seseorang yang paling berhasil di dunia" kata Ghotbzadeh dalam
perdebatan itu. Semula penyelenggara mengundang 10 orang untuk
mengikuti perdebatan itu, tapi sesaat sebelum dimulai hanya
Ghotbzadeh dan Deputi Direktur Radio dan Teve, Mohammad
Mobaleghi Eslami, yang diperbolehkan hadir.
Memang belakangan ini Ghotbzadeh selalu bersuara kritis.
Kebijaksanaan ekonomi pemerintah Iran blak-blakan dikecamnya.
Bahkan berulang kali ia mendesak pemerintah Iran agar segera
membebaskan 5 2 sandera Amerika. Sejak terbentuknya kabinet yang
dipimpin PM Mohammad Ali Rajai, September lalu, Ghotbzadeh
praktis menjadi orang swasta. Ia tak mendapat kedudukan apa-apa
lagi dalam pemerintahan
Hubungannya dengan para mullah di Partai Republik Islam
memang sudah agak retak semasa ia masih menjabat Menlu. Dalam
suatu wawancara koran Norwegia Daghblader bulan lalu Ghotbzadeh
sempat mengeluarkan pernyataan yang keras. "Kita tidak
seharusnya menunggu Khomeini mati dulu baru membentuk
pemerintahan baru," ujarnya. Hal ini tentu saja menyinggung PM
Rajai vang masih ada lowongan dalam kabinetnya. Antara lain
jabatan menteri luar negeri.
Ghotbzadeh, 40 tahun, masih membujang. Ia dekat Ayatullah
Khomeini selama di pengasingan. Hubungannya dengan Khomeini
berlangsung sejak sang ayatullah di- asingkan di Irak, 16 tahun
yang lalu. Dan ia ikut dalam pesawat yang membawa rombongan
Khomeini ke Teheran dari Paris, 1 Eebruari 1979.
Ayatullah Mehdi Rouhani, seorang pemimpin Islam Syiah di
Eropa, menuturkan kepada koresponden TEMPO, Noorca M. Massardi,
bahwa penangkapan itu cukup beralasan. "Sudah sejak lama
Ghotbzadeh menunjukkan sikap yang tak disenangi rakyat Iran dan
para ayatullah," kata Rouhani. Bahkan, menurut dia, Imam
Khomeini pernah menyatakan, "Saya merasa menyesal mengapa
memilih orang yang salah untuk dijadikan seorang pemimpin Iran.'
Reaksi Presiden Abolhassan Bani Sadr cukup keras. Ia
beranggapan bahwa penangkapan Ghotbzadeh merupa kan awal
berlakunya penyensuran total, yang kemudian akan mengarah pada
penyensuran terhadap presiden. "Kendati dalam keadaan perang,
Revolusi Iran seharusnya memberikan kebebasan berbicara terhadap
siapa pun," kata Bani Sadr.
Presiden Iran itu bahkan telah memutuskan untuk tidak bicara
lagi melalui corong radio atau pun televisi. Penahanan
Ghotbzadeh betul-betul tidak beralasan baginya. "Di teve dan
radio berulang kali orang mengeluarkan pernyataan yang menentang
Presiden Iran tapi tidak ditahan," ujar Bani Sadr.
Dalam wawancara Revolusi lslam, Bani Sadr mengatakan bahwa
koran ini adalah satu-satunya tempat ia bisa menuliskan catatan
hariannya. Selama ini Bani Sadr menjadi seorang penulis tajuk di
koran itu. "Tapi itu pun dalam waktu dekat bakal kena sensur,
terutama mengingat keadaan dewasa ini," tambahnya.
Memang belakangan ini Revolusi Islam sering mendapat
peringatan resmi. Terutama setelah seorang anggota Majlis dari
Partai Republik Islam menuduh koran itu "menentang garis
kebijaksanaan Imam Khomeini."
Sementara itu bekas PM Mehdi Bazargan menulis suatu surat
terbuka. Dimuat koran Mizan, suratnya menyerukan kepada pemimpin
revolusioner Iran untuk me- lakukan campur tangan dalam kasus
penahanan Ghotbzadeh. "Akibat penahanan itu berbahaya," tulis
Bazargan, karena akan timbul perasaan tidak aman di kalangan
rakyat serta hilangnya kepercayaan terhadap konstitusi. "Jika
seorang militan yang demikian terkenal ditahan begitu gampang,
kehormatan apa lagi yang akan tinggal bagi Islam, Revolusi dan
Iran?"
Kalangan moderat di Majlis sibuk mengkampanyekan
pembebasannya, tapi kalangan haluan keras rupanya berusaha agar
Ghoebzadeh tetap mendekam di penjara. Ayatullah Allameh Nouri,
seorang pemuka agama yang dekat dengan Presiden Bani Sadr,
dengan keras mengatakan: "Jika Ghotbzadeh dapat ditahan karena
melancarkan kritik terhadap penguasa, maka duapertiga rakyat
Iran juga harus ditahan sekarang ini."
Tak ada reaksi langsung dari Khomeini, namun pejabat di
kantor Imam itu memberi isyarat bahwa perkara Ghotbzadeh sedang
dalam penyelidikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini