LEBIH dari 10 ribu pengunjung Jumat malam pekan lalu meluberi
Istana Olahraga Senayan, merayakan Ulang Tahun Golkar yang
ke-16. Menarik adalah hadirnya ratusan alim ulama. Juga nampak
kaum wanita dan kelompok pengajian, mengenakan kerudung kepala
berwarna-warni. Satu-satunya ucapan selamat yang dipasang
menyolok: adalah yang datang dari Menteri Agama.
Di luar - di serambi gedung, puluhan pedagang menjajakan
berbagai barang dari kasur husa sampai kemeja batik. Beberapa
teve berwarna dipasang bagi pengunjung yang tidak bisa memasuki
gedung yang telah padat itu. Di dalam dan luar gedung nampak
para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda Pembaharuan
Indonesia (AMPI) menjaga keamanan. Wapres Adam Malik, beberapa
menteri serta para gubernur seluruh Indonesia yang sedang
ber-rapat kerja di Jakarta, menghadiri hari jadi
Golkar tersebut.
Suasananya memang semarak. "Kapal terbang" dari koran yang
dibagikan gratis pada pengunjung, kelihatan beterbangan di dalam
gedung. Ketua Umum Golkar, Amir Moertono, seperti biasa
berpidato dengan semangat tinggi. Yang mungkin baru dari Amir
--yang baru kembali dari menunaikan ibadat haji, adalah:
pidatonya diawali dan ditutup dengan beberapa kutipan ayat
Quran.
Amir Moertono mengatakan, Golkar sudah berusia 16 tahun. "Ini
berarti umur Golkar sebagai kekuatan sosial politik telah
mencapai 16 tahun, berarti sudah memasuki masa kedewasaan,"
katanya. Dikatakannya, dalam memasuki masa itu Golkar telah
melalui proses, ujian dan rintangan yang berat, namun semuanya
dapat di- atasi. Kemenangan dua kali dalam Pemilu tidak berarti
perjuangan Golkar selesai. Ia mengharapkan segenap warga dan
pimpinan Golkar untuk lebih berprestasi dalam perjuangan.
Dalam sambutannya yang dibacakan oleh Wapres Adam Malik,
Presiden Soeharto mengingatkan, Golkar telah tumbuh menjadi
kekuatan sosial yang besar di Indonesia karena dipercaya rakyat.
"Rakyat percaya pada Golkar karena Golkar dapat menangkap dan
menyuarakan hati rakyat. Dan Golkar akan tetap menjadi besar
jika tetap menyuarakan hati dan menjawab keinginan-keinginan
rakyat," ujar Presiden.
Sebelum "pesta rakyat" di Senayan itu, selama 2 hari
dilangsungkan Rapat Pimpinan Golkar di kantor DPP Golkar yang
baru di Kompleks Pertamina, Slipi Jakarta. Sekitar 400 orang
dari pimpinan, DPP, DPD I dan fraksi Golkar di DPR menghadiri
Rapim tersebut. "Semua berjalan lancar," kata Soekardi, Ketua
DPP Golkar.
Hari pertama Rapim diisi dengan laporan daerah serta
tanggapan dari Amir Moertono. Kemudian dilanjutkan dengan rapat
komisi-komisi organisasi, dipimpin Ketua F-KP di DPR, Soegiharto
dan komisi politik dipimpin Moerdopo. Panitia perumus yang
kemudian dibentuk ditugaskan menyusun "Pernyataan Politik ".
Ditandatangani Ketua Haji Amir Moertono dan Sekretaris Haji
M. Sugianto, Pernyataan Politik yang berjumlah 11 pasal itu
mencakup berbagai masalah. Antara lain, tekad Golkar untuk terus
meningkatkan peranannya dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat
serta untuk selalu memperjuangkan kepentingan rakyat.
Soekardi mengakui, pernyataan politik Golkar tersebut masih
bersifat umum, belum diarahkan pada Pemilu. "Yang sekarang
memang lebih menekankan masalah yang berhubungan dengan situasi
sekarang. Jelas berbeda dengan yang akan dikeluarkan tahun
depan, beberapa bulan menjelang Pemilu," ujarnya.
Kabarnya dalam Rapim beberapa daerah melaporkan juga tentang
persiapan menghadapi Pemilu 1982. Golkar rupanya memberi
perhatian khusus pada beberapa daerah yang dianggap "rawan" yang
perlu ditangani secara serius. Antara lain DKI Jaya, Aceh,
Kalimantan Selatan, Jawa dan Sumatera Utara.Di beberapa daerah
ini parpol cukup bisa mengimbangi Golkar. Malahan di DKI Jaya
dan Kalimantan Selatan, PPP lebih unggul daripada Golkar.
"Dalam Pemilu 1982 nanti kami berusaha agar paling tidak
mencapai hasil seperti Pemilu 1971," ujar Amir Moertono pada
konperensi pers seusai Rapim. Hasil Golkar dalam Pemilu 1971
(62,8%) sedikit lebih baik dari Pemilu 1977 (62,1%).
Yang kurang ditanggapi oleh Amir Moertono dalam konperensi
pers tersebut adalah bagaimana usaha Golkar untuk bisa lebih
mandiri dan mengakar pada rakyat. Maksudnya, apakah dalam Pemilu
1982 nanti Golkar masih memerlukan "dukungan" ABRI -- yang
memang anggota dalam Keluarga Besar Golkar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini