KETIKA sebuah pengebom RRC terempas di tengah sawah di Iri, Korea Selatan, Sabtu dua pekan lalu, seorang petani merasa dirinya bagaikan disambar geledek. "Pesawat itu terjerembab, perutnya terseret-seret di tanah," tutur petani ini, yang kebetulan bernasib baik. Seorang petani lain justru terlindas dan menemukan ajalnya saat itu juga. Navigator pesawat juga tewas. Tapi operator radio hanya cedera ringan, dan pilotnya mengalami patah tulang belakang. Peristiwa yang terjadi Sabtu siang itu tercatat sebagai pesawat RRC kelima yang sengaja dibelokkan ke Korea Selatan dengan tujuan membelot ke Taiwan. Penerbangnya, Xiao Tianrun, 33, terus terang mengakui bahwa pembelotan sudah direncanakannya sejak 1980. Manakala kesempatan untuk itu tiba, kedua awak pesawat dibohonginya dengan mengatakan bahwa kemudi patah, dan karena itu terpaksa dilakukan pendaratan darurat di Iri, 170 km selatan Seoul. Tak lama setelah kejadian, Beijing meminta dengan sangat agar pengebom H-5 buatan RRC itu, yang dimodifikasikan dari pengebom Rusia Ilyushin-28, segera dikembalikan berikut awaknya. Sebaliknya, Taiwan memohon agar pembelot Xiao diizinkan berangkat ke Taipeh. Setelah diadakan perundingan terpisah, keputusan yang diambil pemerintahan Chun Doo-Hwan ternyata mengecewakan Beijing. Pesawat dan dua awaknya memang akan diserahkan Korea Selatan pada RRC. Tapi sang pilot, Xiao, akan diterbangkan ke Taiwan, sesuai dengan permintaannya. Xiao menyusul dua penerbang RRC terdahulu seorang penerbang MiG-21 dan seorang lagi pilot pesawat komersial - yang pada 1982 dan 1983 berturut-turut membelot ke Taiwan lewat Seoul. Dengan beberapa kasus seperti itu, Korea Selatan tak dapat tidak berada dalam posisi sulit. Sebagai negara yang tidak punya hubungan diplomatik dengan RRC, sejak 1983 Seoul mencoba membina hubungan dengan Beijing. Sekalipun begitu, kecenderungan ini tidak menghalangi presiden Korea Selatan Chun Doo-Hwan untuk menyalurkan para pembelot Cina ke Taipeh. Dan Taiwan tentu saja menyambut hangat kerja sama ini, seraya tak lupa menyatakan rasa kagum dan terima kasih. Adapun Pilot Xiao Tianrun tentulah akan dielu-elukan kelak, seraya dihujani berbagai hadiah, di antaranya emas murni seharga US$ 1 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini