Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Yang dijilat jago merah

Istana nurul iman, milik sultan hassanah bolkiah, brunei, terbakar. (ln)

7 September 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAUNGAN sirene mobil-mobil pe.- madam kebakaran, yang memecah kesunyian di Bandar Seri Begawan setengah jam menjelang tengah malam Kamis pekan lalu, sempat menimbulkan tanda tanya bagi penduduk ibu kota Kesultanan Brunei itu. Soalnya, suara seperti itu hampir tidak pernah terdengar di sana. Teka-teki terjawab ketika mereka dari kejauhan melihat asap mengepul di atas Istana Nurul Iman, yang terletak lima kilometer dari pusat kota. Dilansir dua hari kemudian oleh kantor berita Bernama dari Kuala Lumpur, kala itu belum diketahui jelas penyebab kebakaran istana tersebut. Menurut Pengiran Omar Ali, pejabat dinas pemadam kebakaran kesultanan, api bermula di ruang singgasana - tempat diselenggarakannya upacara-upacara resmi. Diduga api itu disebabkan oleh korsleting. "Kalau saja ruangan tadi dibuat dari bahan-bahan biasa, entah apa jadinya," kata Pengiran. Istana Nurul Iman dibangun dari bahan-bahan antiapi, serta di lengkapi alat-alat pendeteksi dan pencegah kebakaran. Kendati demikian, menurut sebuah sumber di bandar itu, ruang singgasana, yang terbuat dari kayu ukiran berlapiskan emas 22 karat, habis dimakan si jago merah. Karena itu, tidak heran jika Istana segera dikawal ketat oleh pasukan Gurkha, yang ditempatkan di Brunei. Berarsitekturkan bangunan Melayu tradisional hasil olahan perancang dari Filipina, Istana Nurul Iman didirikan oleh Sultan Hassanal Bolkiah, 39, dengan biaya lebih dari Rp 300 milyar. Berkamar 1.788 buah, bangunan itu atapnya dihiasi pula oleh dua kubah berlapis emas - yang terlihat jelas dari seluruh pelosok kota. Sebuah garasi yang cukup untuk menampung dua ratus sedan tersedia di bagian bawah Istana. Di halaman belakang tersedia pula landasan pendaratan helikopter. Tatkala Istana ini dipakai sebagai tempat perayaan kemerdekaan tahun lalu, televisi Brunei menyiarkan larangan menaikkan layang-layang di sekitar Istana guna menjaga keselamatan helikopter yang hilir mudik membawa para tamu penting. Istana juga dilengkapi pengatur hawa yang dirancang untuk menyejukkan kamar-kamar istana itu. Lorong-lorong, yang kadang bisa menyesatkan pengunjungnya, berlapis permadani berbulu tebal. Dan bila malam tiba, lampu-lampu kristal - yang masing-masing berdiameter tiga meter dengan berat dua ton - siap memancarkan cahayanya. Terletak di bukit rendah seluas 22 hektar, Nurul Iman sebenarnya menggantikan fungsi dan kedudukan Istana Darul Hana - pusat kegiatan Omar Ali Saifuddin, sultan terdahulu. Kerabat Kesultanan memperkirakan kerugian akibat amukan api di Nurul Iman "tidak lebih dari sepersepuluh ongkos pembangunan istana tadi". Buat Brunei, biaya sebesar itu bukanlah sebuah masalah yang merisaukan. Kendati minyak, sumber pendapatan utama negeri itu, menurun, akhir tahun nanti mereka diperkirakan masih akan menyimpan cadangan devisa senilai Rp 15 trilyun. Sampai awal minggu ini belum tersiar berita rencana rehabilitasi Istana Nurul Iman. Pihak Kesultanan sendiri kabarnya ingin rencana ini bisa terlaksana sebelum akhir 1985. James R. Lapian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus