Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PARA pakar PBB, awal Maret 2025, menyatakan keprihatinannya atas keputusan Israel untuk menangguhkan semua bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan menggambarkan situasi tersebut sebagai "menggunakan kelaparan sebagai senjata".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan tersebut muncul setelah keputusan Kabinet Perang Israel untuk keluar dari perjanjian gencatan senjata Gaza dan seruan para menteri untuk membuka kembali "gerbang neraka" di daerah kantong yang terkepung itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka menyebutkan bahwa tindakan itu jelas-jelas melanggar hukum. Sebagai negara pendudukan, Israel selalu berkewajiban untuk menjamin kecukupan makanan, pasokan medis dan layanan bantuan lainnya.
Dengan sengaja memotong pasokan vital, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, dan alat bantu untuk penyandang disabilitas, Israel sekali lagi mempersenjatai bantuan"Ini adalah pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional, serta kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di bawah Statuta Roma," kata mereka seperti dikutip Anadolu Agency.
Ini bukan pertama kalinya Israel menggunakan kelaparan dan bantuan sebagai senjata untuk alat tekanan kolektif terhadap warga Palestina selama 17 bulan perang yang menghancurkan di Jalur Gaza.
Berikut ini adalah gambaran lebih dekat tentang bagaimana Israel menggunakan bantuan untuk menghukum Gaza, seperti dirangkum Al Jazeera:
Oktober 2023
9 Oktober: Israel mengumumkan "blokade total" di Jalur Gaza, menghentikan masuknya semua makanan, air, obat-obatan, bahan bakar, dan listrik. Menteri Pertahanan saat itu, Yoav Gallant, menjanjikan tindakan terhadap "hewan manusia", dan memerintahkan "pengepungan total".
Tiga belas bulan kemudian, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Gallant dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan tuduhan yang mencakup "kejahatan perang dengan menggunakan kelaparan sebagai metode perang".
21 Oktober: Truk bantuan pertama memasuki Gaza melalui jalur darat dari Mesir, sementara militer Israel melanjutkan pengeboman mematikan selama dua minggu.
Militer Israel akhirnya mengizinkan sejumlah truk bantuan dalam jumlah yang sangat terbatas untuk memasuki daerah kantong tersebut setelah mendapat tekanan internasional.
November 2023
24 November: Gencatan senjata sementara dicapai antara Israel dan Hamas, memungkinkan sedikit peningkatan bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza. PBB dan lembaga bantuan internasional melaporkan bahwa jumlah bantuan yang masuk ke Gaza sangat tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan penduduk, yang sebagian besar adalah anak-anak.
Penghentian sementara serangan memungkinkan beberapa pertukaran terbatas tawanan yang ditahan di Gaza dan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel, tetapi tidak ada janji untuk mengakhiri perang atau kembalinya orang-orang Palestina yang dipaksa keluar dari rumah mereka sebagai akibat dari pertempuran.
Februari 2024
29 Februari: Israel membunuh sedikitnya 112 warga Palestina dan melukai lebih dari 750 orang ketika menembaki warga Palestina yang sedang menunggu bantuan makanan di sebelah barat daya Kota Gaza dalam peristiwa yang disebut sebagai "pembantaian tepung".
Militer Israel melakukan banyak serangan serupa terhadap konvoi bantuan yang menyelamatkan nyawa, sering kali mengatakan bahwa "teroris" menjadi sasarannya, tetapi tanpa memberikan bukti.
PBB dan badan-badan internasional lainnya serta para pekerja bantuan berulang kali melaporkan bahwa pihak berwenang Israel dengan sengaja memblokir banyak truk bantuan yang dimaksudkan untuk memasuki daerah kantong tersebut.
Serangan Israel yang disertai dengan pemblokiran bantuan dan kondisi mengerikan yang diciptakan oleh serangan darat dan penghancuran Israel di seluruh Gaza juga menyebabkan konvoi bantuan diserang dan dijarah.
Kelompok sayap kanan Israel juga kerap kali menyerang konvoi bantuan atau mencoba menghentikan mereka memasuki Gaza.
April 2024
1 April: Serangan pesawat tak berawak Israel menargetkan konvoi bantuan World Central Kitchen (WCK), menewaskan enam pekerja bantuan internasional dan seorang pengemudi Palestina.
WCK terpaksa menghentikan operasi kemanusiaannya, serupa dengan banyak organisasi bantuan internasional lainnya yang menghentikan bantuan mereka untuk sementara atau permanen kepada warga Palestina.
Oktober 2024
6 Oktober: Militer Israel memulai pengepungan besar-besaran di Gaza utara, menetapkan seluruh wilayah itu sebagai zona tempur dan mengeluarkan perintah evakuasi paksa kepada ratusan ribu warga Palestina.
Pengepungan di bagian utara, yang disertai dengan serangan Israel di bagian lain Gaza, berlangsung hingga gencatan senjata dengan Hamas berlaku pada 19 Januari 2025. Masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza sangat dibatasi oleh Israel selama musim dingin di tengah suhu yang rendah.
Para menteri sayap kanan pemerintah Israel, termasuk di antaranya Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, menyerukan pemblokiran semua bantuan kemanusiaan dan pendudukan militer di Gaza, dan lebih memilih hal ini daripada opsi gencatan senjata.
Januari 2025
19 Januari: Penerapan gencatan senjata memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, sesuatu yang menurut organisasi-organisasi bantuan perlu bertahan lama sebelum kehidupan bisa kembali normal.
Israel mengizinkan lebih banyak truk masuk ke Gaza pada hari-hari setelah gencatan senjata diberlakukan, namun volume bantuan yang masuk jauh lebih sedikit daripada yang disepakati dalam gencatan senjata.
Ketika bayi-bayi meninggal karena kedinginan, pemerintah Israel mencegah masuknya ribuan rumah mobil yang dimaksudkan untuk menampung warga Palestina yang terlantar, bersama dengan alat-alat berat yang diperlukan untuk membersihkan puing-puing rumah dan infrastruktur yang hancur.
Maret 2005
2 Maret: Untuk kedua kalinya sejak dimulainya perang, Israel menghentikan masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Gaza, sebuah perintah yang saat ini masih berlaku.
10 Maret: Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), memperingatkan bahwa krisis kelaparan akan terjadi lagi di Gaza dan menuduh Israel telah melakukan "persenjataan terhadap bantuan kemanusiaan" secara ilegal.
18 Maret: Israel mengakhiri gencatan senjata, dan militernya melakukan salah satu kampanye pengeboman terberat di Gaza, menewaskan lebih dari 400 warga Palestina dan melukai lebih dari 500 orang, banyak di antaranya adalah anak-anak, pada hari pertama saja.
25 Maret: PBB mengumumkan bahwa mereka menarik 30 persen staf internasionalnya dari Gaza setelah serangan udara Israel pada 19 Maret menewaskan seorang anggota staf PBB asal Bulgaria dan melukai enam pekerja asing lainnya.
Pilihan Editor: PBB Kurangi Staf di Gaza Demi Keamanan Usai Serangan Israel